88 kemerdekaaan K. H. Hasan Mustafa dan santri-santri Darul Ulum banyak ikut
berjuang mempertahankan kemerdekaaan sehingga pesantren ini pernah dibakar oleh tentara Belanda. Di pesantren ini semua ilmu agama dikaji baik itu Fikih,
Tauhid, Hadits dan yang lainnnya, termasuk Tasauf di dalamnya.
188
D. Pesantren sebagai Ujung Tombak Pemelihara Khazanah Kekayaaan Intelektual Islam Klasik
Sebagai lembaga pendidikan tradisional, penyelenggaraaan pendidikan pesantren biasanya dilakukan melalui sebuah komunitas tersendiri di bawah
pimpinan seorang kiyai atau ulama yang dibantu oleh seseorang atau beberapa orang ulama dan atau para ustadz yang hidup bersama di tengah-tengah para santri
dengan masjid atau mushola sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, sebagai lembaga pendidikan tradisional, pesantren memiliki pondok sebagai tempat tinggal para santri. Selama 24 jam, mereka semuanya
belajar seluruh materi yang bersumber dari Kitab-kitab Kuning yang disampaikan oleh seorang kiyai.
189
. Salah satu karakteristik dari kehidupan dunia pesantren ialah bahwa di
setiap pesantren setiap santri akan belajar kitab-kitab Klasik atau yang lebih populer dengan sebutan Kitab Kuning. Selama para santri belajar di pesantren,
mereka banyak belajar Ilmu-ilmu Alat, Fiqih dan Ushul Fiqih, Aqidah atau
89 Tauhid Ushuludin, Tafsir al-Quran, Hadits dan Ilmu Hadits, Akhlak dan Tasauf
yang disajikan melalui kitab-kitab kuningnya.
190
Walaupun antar pesantren yang satu dengan pesantren yang lainnnya ada yang memiliki kekhususan dalam pengkajiannnya, namun secara komprehensif
berdasarkan informasi yang dikemukakan Martin van Bruinessen di antara kitab- kitab yang secara umum dipelajari di pesantren yang bertebaran di Jawa Barat
memiliki banyak kesamaaan. Di antara kitab-kitab itu biasanya meliputi, pertama kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu-ilmu alat dengan berbagai cabangnya
seperti Nahwu. Di antara kitab-kitab yang berhubungan dengan Nahwu ialah Jurumiyah, Imriti, Mutammimah, Asymawi, Alfiyah, Ibnu Aqil, Dahlan Alfiyah,
Qathrun Nada, Awamil, Qawaidul Irab, Nahwul Wahdhih dan Qawaidul Lughat. Kedua, yang berkaitan dengan Sharaf adalah kitab Kailani, Maqshud, Amtsilatut
Tashriiyah dan Bina. Kemudian yang ketiga, yang berkaitan dengan Balaghah adalah kitab Jauhar Maknun dan Uqudul Juman. Sementara yang keempat, yang
berhubungan dengan Manthiq adalah kitab Sullamul Munauraq dan Idhahul Mubham.
191
Dalam bidang Fiqih, di pesantren para santri mempelajari Fathul Muin, Ianah Thalibin, Taqrib, Fath al-Qarib, Kifayatul Ahyar, Bajuri, Iqna, Minhaj al-
Thalibin, Minhaj al-Thulab, Fathul Wahab, Mahalli, Minhajul Qawim, Safinah, Kasyifat al-Saja, Tahrir, Riyadh al-Badiah, Sullam al-Munajat, Uqud Al-Lujaim,
Sittin, Muhadzab, Bughiyat Al-Mustarsyidin, Mabadi Fiqhiyah, Fiqh Wadhih dan Sabil al-Muhtadin. Untuk Ushul Fiqh, di pesantren para santri belajar kitab
90 Waraqat, Lathaif Al-Isyarat, Jamul Jawami, Luma, Al-Asybah wa Al-Nadhair,
Bayan dan Bidayatul Mujtahid.
192
Untuk Ilmu Aqidah dan Tauhid Ushuludin, biasanya di pesantren dipelajari kitab Ummul Barahin, Sanusi, Dasuqi, Syarqawi, Kifayatul Awam,
Tijanuddaruri, Aqidatul Awam, Nuruzh Zhulam, Jauharut Tauhid, Tuhfatul Murid, Fathul Majid, Jawahirul Kalamiyah, Husnul Hamidiyah dan Aqidatul
Islamiyah.
193
Untuk kajian Tafsir Al-Quran dipelajari kitab Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Baidhawi, Jamiul Bayan, Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir al-Manar,
sedangkan kajian Ilmu Tafsir adalah kitab Itqan dan Itmamuddirayah.
194
Selanjutnya untuk kajian Hadits dan Ilmu Hadits adalah kitab Bulughul Maram, Subulus Salam, Riyadhus Shalihin, Sahih Bukhari, Tajridush Sharih, Jawahir
Bukhari, Shahih Muslim, Arbain Nawawi, Majalisus Saniyah, Durratun Nasihin, Tanqihul Qaul, Mukhtarul Ahadits, Ushfuriyah, Baiquniyah dan Minhatul
Mughitts.
195
Kajian Akhlaq
196
dan Tasauf, di pesantren dipelajari kitab Talimul Mutaalim, Wasaya, Aqhlaq lil Banat, Akhlaq lil Banin, Irsyadul Ibad, Nashaihul
Ibad, Ihya Ulum al-Din, Sairus Salikin, Bidayatul Hidayah, Maraqil Ubudiyah, Hidayatus Salikin, Minhajul Abidin, Hikam, Hidayatul Adzkiya, Kifayatul Atqiya,
Risalatul Muawanah, Nashaihud Diniyah dan Adzkar.
197
Kitab-kitab Klasik inilah yang dipelajari di pesantren. Dengan deretan kitab-kitab Klasik tersebut di atas maka tepat bila dikatakan bahwa pesantren
91 dapat disebut sebagai ujung tombak pemelihara khazanah kekayaaan intelektual
Islam klasik. Hal ini dapat dipahami karena di pesantren-pesantren itulah biasanya kitab-kitab klasik atau kuning itu dipelajari.
92
BAB III RIWAYAT PARA KIAI TERKEMUKA DAN PERKEMBANGAN
TAREKAT DI TATAR SUNDA
A. Pengantar
Setelah masa awal penyebaran agama Islam di Tatar Sunda dilakukan oleh Sunan Gunung Jati, pendiri Kesultanan Cirebon sekaligus juga salah seorang
wali dari Wali Sanga, tugas tersebut dilanjutkan oleh para kiai atau ajengan. Kiai adalah gelar ahli agama Islam dan merupakan pemimpin kharismatik dalam
agama. Ia fasih dan mempunyai kemampuan yang cermat dalam membaca pikiran-pikiran pengikutnya. Sifat khas seorang kiai adalah terus terang, berani
dan blak-blakan dalam bersikap dan bahkan sebagai seorang ahli ia jauh lebih unggul dari pada kiai dalam menerapkan prinsip-prinsip ijtihad. Sebaliknya ia
mampu menjelaskan masalah-masalah tata keimanan yang sulit kepada para petani muslim sesuai dengan pandangan atau suara hati mereka. Seorang kiai juga
dipandang sebagai lambang kewahyuan. Ia menghimpun para pengikutnya secara luas, baik yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan.
198
Berikut ini akan diuraikan profil-profil kiai yang dianggap memiliki peranan penting dalam perkembangan Islam di Tatar Sunda. Bagian A akan
menguraikan para ulama pada masa sebelum kemerdekaan dan bila ulama tersebut masih hidup akan diuraikan hingga masa seteklah kemerdekaan; serta bagian B
akan menguraikan para ulama pada masa sesudah kemerdekaan.