Sarekat Islam Organisasi Keislaman pada Masa Kolonial

262 bahwa organisasi yang tumbuh pada masa pergerakan nasional tidak hanya semata-mata bersifat politik, melainkan juga bisa bersifat sosial, budaya, dan keagamaan. Bisa pula menunjukkan skala nasional atau bahkan hanya berskala lokal atau hanya tumbuh di wilayah tertentu, tetapi memiliki konstribusi penting bagi perjuangan baik terhadap bangsa maupun terhadap umat Islam sendiri. Umat Islam di Jawa Barat secara aktif ikut berjuang menumbuhkan jiwa nasionalisme di kalangan penduduk pribumi baik melalui organisasi politik, sosial, maupun budaya. Beberapa organisasi pergerakan yang tumbuh di Jawa Barat, antara lain Sarekat Islam, Persjarikatan Oelama, Al-Ittihadijjatoel Islamijjah, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, dan Ahmadiyah. Sebagian masih eksis sampai sekarang dan sebagian lagi sudah mati karena bermetamorfosis menjadi organisasi baru.

1. Sarekat Islam

Sarekat Islam didirikan pada 10 November 1912 407 di Surakarta sebagai kelanjutan dari organisasi Sarekat Dagang Islamiyah SDI. Perkumpulan para pedagang itu sendiri didirikan tahun 1909 oleh R. M. Tirtoadisoerjo di Batavia dan dua tahun kemudian di Buitenzorg. Pada akhir tahun 1911, SDI didirikan di Surakarta setelah R. M. Tirtoadisoerjo berhasil meyakinkan H. Samanhoedi, seorang pengusaha batik besar dari Kampung Laweyan, Surakarta, tentang pentingnya organisasi tersebut didirikan untuk melindungi para pedagang batik di Surakarta. Dalam perkembangannya, orientasi SDI mengalami pergeseran dari 263 kepentingan ekonomi menjadi lebih cenderung berorientasi politik. Oleh karena itu, kata dagang yang terikat pada organisasi itu dihilangkan sehingga sesuai dengan Akta Notaris di Surakarta tanggal 10 November 1912, nama organisasi tersebut menjadi Sarekat Islam. 408 Perubahan nama dari SDI menjadi SI ternyata mendapat sambutan luar biasa yang ditandai dengan berdirinya cabang di berbagai daerah. 409 Pemerintah Hindia Belanda menunjukkan reaksi negatif dengan menolak memberikan status cabang bagi Sarekat Islam yang didirikan di berbagai daerah. Baru pada tahun 1916, Sarekat Islam Lokal diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai organisasi cabang dari Centraal Sarekat Islam CSI. Tabel 1: Daftar Sarekat Islam di Jawa Barat Periode 1913-1916 Tahun Pendirian Nama Daerah Nama Cabang SI Lokal Banten Jakarta Priangan Cirebon 1913 - Jakarta Bandung Cirebon - Tangerang Cimahi Indramayu - Jatinegara Cianjur - - Bogor Sukabumi - 1914 Serang - Tasikmalaya Ciamis - - Majalaya Majalengka - - Garut Kuningan - - - Jatibarang - - - Karangampel 1915 Labuan - Cikalongkulon Losaarang 1916 Rangkasbitung - Manonjaya - Sumber: A. P. E. Korver. 1985. Sarekat Islam. Ratu Adil? Jakarta: Grafitipers. Hlm. 226. Balatentara Islam, 21 Februari 1925; Sulaeman Anggapradja. 1978. Sejarah Garut dari Masa ke Masa. Garut: Pemda Garut. Sampai tahun 1913, Sarekat Islam Lokal di Jawa Barat telah didirikan di Jakarta, Tangerang, Jatinegara, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Cimahi, Indramayu, dan Cirebon. Satu tahun kemudian 1914 jumlah Sarekat Islam Lokal 264 di Jawa Barat seiring dengan pembukaan organisasi tersebut di Serang, Tasikmalaya, Garut, Majalaya, Majalengka, Kuningan, Jatibarang, Ciamis, dan Karangampel. Tahun 1915, Sarekat Islam Lokal di Jawa Barat didirikan di Labuan, Cikalongkulon, dan Losarang. Di Rangkasbitung dan Manonjaya, Sarekat Islam Lokal baru didirikan tahun 1916. 410 Tabel 2: Perkiraan Anggota Sarekat Islam di Jawa Barat Dalam Kurun Waktu 1913-1916 Nama Cabang SI Tahun 1913 1914 1915 1916 Serang - - - 4.539 Labuan - - - 1.356 Rangkasbitung - - - 400 Banten - - - 6.295 Jakarta - 34.000 - - Tangerang 12.000 10.787 - - Jatinegara 2.500 16.000 - - Bogor 1.134 8.763 - - Purwakarta 7.000 - - - Jakarta 22.634 69.584 - - Bandung 800 - - 1.500 Cianjur 1.500 - - 8.000 Sukabumi - 16.000 - - Tasikmalaya - 231 - 1.200 Cimahi - 260 - - Manonjaya - - - 500 Majalaya - - - 582 Priangan 2.300 16.491 - 11.782 Cirebon 23.000 - - - Indramayu 7.000 - - - Losarang - - - 500 Ciamis 1.203 - - 1.888 Majalengka 7.725 - - 10.005 Cirebon 38.928 - - 12.393 Total 63.862 86.075 - 30.470 Sumber: A. P. E. Korver. 1985. Sarekat Islam. Ratu Adil? Jakarta: Grafitipers. Hlm. 222. Sangat sulit untuk menentukan jumlah anggota Sarekat Islam di Jawa Barat dalam kurun waktu 1913-1916. Namun demikian, sebagaimana terlihat pada tabel 2, pada 1913 Sarekat Sarekat Islam di Jawa Barat diperkirakan memiliki 265 anggota sebanyak 63.862 orang. Keanggotaan Sarekat Islam dari Keresidenan Cirebon mencapai sekitar 60,96 dari keseluruhan jumlah anggota Sarekat Islam di Jawa Barat. Sementara itu, jumlah keanggotaan Sarekat Islam di Keresidenan Jakarta mencapai 35,44 dan di Priangan hanya mencapai 3,6 dari keseluruhan jumlah anggota Sarekat Islam di Jawa Barat. Satu tahun kemudian 1914, jumlah anggota Sarekat Islam di Jawa Barat diperkirakan berjumlah 86.075 orang atau meningkat sekitar 34,78 dari jumlah anggota tahun sebelumnya. Tahun 1916, keanggotaan Sarekat Islam di Jawa Barat berjumlah 30.470 orang atau mengalami penurunan sekitar 64,6 dari tahun 1914. Seiring dengan perkembangan politik di Hindia Belanda, pada Kongres Nasional Central Sarekat Islam CSI di Surabaya tanggal 17-23 Februari 1923 diputuskan nama Sarekat Islam diubah menjadi Partai Sarekat Islam Hindia Timur PSIHT. Partai ini berlandaskan sosialisme kanan yakni menerima paham sosialisme tetapi berdasar pada ajaran Islam. Tahun 1929, nama PSIHT diubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia PSII berdasarkan hasil Kongres PSIHT di Pekalongan. SI Lokal yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Barat pun menjadi cabang dari PSII. 411 Ketika bangsa Indonesia merdeka, PSII tetap bertahan dan menjadi salah satu peserta dalam pemilihan umum tahun 1955. Di beberapa daerah, eksistensi Sarekat Islam mendapat dukungan penuh dari ajengan setempat yang memiliki pengaruh kuat. Sampai tahun 1916, Sarekat Islam Sukabumi mendapat dukungan penuh dari K. H. Ahmad Sanusi. Dukungan tersebut diberikan karena Sarekat Islam memperjuangkan urusan keagamaan dan 266 keduniawian secara bersamaan. Sarekat Islam hendak memajukan umat Islam tanpa membedakan hubungannya dengan organisasi tersebut. Tujuan akhirnya adalah menjadikan umat Islam sebagai masyarakat mandiri karena tidak bergantung kepada pertolongan bangsa asing. 412 Meskipun demikian, K. H. Ahmad Sanusi meninggalkan Sarekat Islam karena memandang perjuangannya sudah tidak terarah lagi. Setelah meninggalkan Sarekat islam, ia mendirikan organisasi Al-Ittihadijatoel Islamijjah AII. Foto 102: Abdoel Moeis; Wakil Presiden CSI sampai Tahun 1923 Sumber: Koleksi Online Tropenmuseum. Royal Tropical Instituut, Amsterdam. Diakses dari http:collectie.tropenmuseum.nl , Tanggal 12 Juni 2010, Pukul 16.00 WIB. Selain didukung oleh para ulama berpengaruh, pertumbuhan Sarekat Islam di Jawa Barat tidak dapat dilepaskan dari peranan beberapa tokoh nasionalis yang memiliki pengaruh kuat di lingkungannya, antara lain Gunawan yang memimpin Sarekat Islam Jakarta dan Abdoel Moeis menjadi pemimpin Sarekat Islam di Bandung dan kemudian menjadi Wakil Presiden Central Sarekat Islam. Abdoel Moeis bersama-sama dengan Agus Salim dan Suryopranoto mengusulkan 267 pemecatan bagi anggota SI yang menjadi pengikut Darsono dan Semaun pemimpin SI Merah. 413 Meskipun demikian, akibat perpecahan yang semakin meruncing, Abdoel Moeis meninggalkan Sarekat Islam pada tahun 1923. 414 Keputusan mundur Abdoel Moeis disebabkan oleh kekecewaan dirinya terhadap para pemimpin Sarekat Islam, terutama Tjokroaminoto, yang dipandang tidak mendukung terhadap kegiatan-kegiatannya, sikap yang kurang tegas terhadap kelompok komunis di tubuh SI, dan peristiwa pemogokan yang terjadi di berbagai kantor pegadaian di Pulau Jawa. 415

2. Muhammadiyah