H. Ahmad Sanusi 1889-1950

109 Abdul Halim dianugerahi Bintang Maha Putra Utama dan tahun 2008 Presiden Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional.

K. H. Ahmad Sanusi 1889-1950

Ahmad Sanusi atau Ajengan Sanusi lahir 18 September 1889 di Cibadak, Sukabumi. 231 Ia anak ketiga dari delapan bersaudara pasangan suami-isteri K. H. Abdurrahim 232 dengan Nyai Empok. 233 Ahmad Sanusi belajar ilmu agama kepada ayahnya di Pesantren Cantayan. Selanjutnya masuk Pesantren Selajambe, Sukamantri, Sukaraja, Cilaku, Ciajag Sukabumi, Pesantren Gudang Tasikmalaya, Pesantren Gentur Cianjur, Pesantren Keresek dan Bunikasih Garut. Pada tahun 1904, melanjutkan pelajaran agamanya ke Makkah. Masa studinya di Makkah bersamaan dengan Abdul Halim Majalengka. Sekembalinya ke tanah air 1915, ia membantu ayahnya membina Pesantren Cantayan. Tahun 1922, mendirikan pesantren Genteng Babakan Sirna, di Cibadak. Ketika meletus Gerakan SI Afdeeling B Nopember 1926, Ahmad Sanusi bersama para santrinya 234 dituduh terlibat dalam pemberontakan tersebut. Ia pun ditangkap dan dipenjara selama 6 bulan di Sukabumi dan di Cianjur 7 bulan di Cianjur. Karena dianggap berbahaya, tahun 1927, ia dimasukan ke dalam tahanan Batavia Centrum, Tanah Tinggi selama 7 tahun. Ketika berada dalam tahanan di Batavia Centrum, pada awal Nopember 1931, Ahmad Sanusi mengesahkan berdirinya organisasi Al-Ittihadijatul Islamijjah AII. Pendirian AII disamping sebagai perlawanan terhadap kaum 110 Kolonial, juga sebagai reaksi terhadap kelompok reformis mujaddid. AII memusatkan perhatiannya dalam bidang sosial dan pendidikan. AII berazaskan Islam dan bertujuan menuju kebahagiaan ummat dengan berpegang kepada madzhab Ahlus Sunnah wal-Jama’ah. Pada perkembangan selanjutnya, meskipun secara resmi AII menyatakan dirinya bukan sebagai organisasi politik, namun menjelma menjadi sebuah organisasi paling militan di Karesidenan Priangan dan Bogor. Aktivitas AII tidak hanya di bidang pendidikan, tetapi juga dalam ranah pergerakan nasional. 235 Pada pelaksanaan kongres AII pertama tahun 1935, hadir sebagai pembicara K. H. Abdul Halim dari Persjarikatan Oelama. Mulai saat itulah jalinan persahabatan antara keduanya terajut kembali. Pada masa Pendudukan Jepang 1943, ia diangkat menjadi Penasihat Pemerintahan Keresidenan Bogor. Tahun 1944, ia pun diangkat menjadi Wakil Residen Bogor. Selanjutnya ditunjuk menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia. Ia pun masuk anggota KNIP dan ikut ke Yogyakarta. Setelah kembali ke Sukabumi, pada tahun 1950, Ajengan Sanusi wafat. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Maha Putera Utama. Foto 41: K. H. Ahmad Sanusi 111 Sumber: Ulama-Ulama Nusantara. Diakses dari http:sachrony.files.wordpress.com. Tanggal 12 Maret 2011. Selain aktif dalam berbagai organisasi, Ahmad Sanusi pun dapat dimasukkan ke dalam deretan penulis yang produktif. Jumlah tulisannya mencapai ratusan, di antaranya 1 Mukjizat Nabi Muhammad SAW; 2 Tafsir Surat Waqi’ah; 3 Kitab al-Uhud fi al-Hudud; 4 dan Tafsir al-Qur’an berbahasa Sunda. Sejumlah tulisan lainnya tersebar dalam majalah-majalah sebagai berikut: 1 Al-Hidayatul Islamiyah; 2 Al-Ittihadiyatul Islamiyyah; dan 3 Majalah bulanan Tamsiyyatul Muslimin. 236

K. H. Ahmad Nahrowi Keresek