117
sekalipun-- selama tidak memerintahkan rakyatnya untuk menyalahi perintah Allah atau melarang untuk berbakti kepada Allah SWT. Dalam
pengambilan keputusan, seorang muslim hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip Ushul Fiqh: menghindari mafsadah lebih utama daripada
mencari manfaat.Tb. Bakri adalah sosok moderat dalam menyikapi persoalan. Ia wafat di Sempur, tanggal 1 Desember 1975.
246
K. H. Badruzzaman 1900-1972
K. H. Badruzzaman diperkirakan lahir tahun 1900-an. Ia adalah anak kelima dari sembilan bersaudara, K. H. Faqih ibn K. H. Adzai dikenal, ama
Biru, Garut. Sebagai anak kiai, ia mendapatkan pelajaran agama dari ayahnya. Kemudian belajar kepada K. H.R. Qurtubi pesantren Pangkalan, selanjutnya
kepada Kiai Bunyamin kakaknya di Ciparay Bandung. Setelah itu, ke Pesantren Cilenga Tasikmalaya, dan pesantren Balerante Cirebon. Tahun 1920,
Badruzzaman bersama kakaknya Bunyamin berangkat ke Makkah untuk melanjutkan pendidikan agamanya. Mereka bermukim selama tiga tahun. Tahun
1926 M., Badruzzaman berangkat ke Makkah untuk kedua kalinya dan bermukim selama 7 tahun. Di antara para gurunya di Makkah adalah: syekh‘Alawi al-Maliki
Mufti Makkah yang beraliran Maliki, dan syekh sayyid Yamani Mufti Makkah bermadzhab Syafii. Di Makkah ia seangkatan dengan K. H. Kholil Bangkalan.
Setelah dinyatakan lulus, Badruzzaman melanjutkan pendidikannya di Madinah di bawah asuhan syekh Umar Hamdan pakar hadis bermadzhab Maliki. Tahun
118 1933, ia kembali ke Garut dan diserahi untuk mengelola pesantren Al-Falah Biru
bersama K. H. Bunyamin.
247
Foto 44: K. H. Badruzzaman
Sumber: Ulama-Ulama Nusantara. Diakses dari http:sachrony.files.wordpress.com. Tanggal 12 Maret 2011.
Pada masa revolusi, H. Badruzzaman bergabung dengan Hizbullah. Selain di Hizbullah, ia bersama H. Mustafa Kamil dan sejumlah kiai lainnya di
Garut mendirikan Al-Muwafaqoh dan didaulat sebagai Ketuanya. Tahun 1942, Badruzzaman bersama K. H. Ahmad Sanusi Sukabumi mendirikan Persatoean
Oelama PO. Pada tahun 1952, organisasi ini ber-fusi di Bogor dengan Perikatan Oemat Islam POI Majalengka menjadi Persatuan Ummat Islam PUI. Aktivitas
lainnya, ia aktif di Masyumi dan PSII. Di Masyumi, sebagai anggota Majelis Syura’ dan di PSII sebagai Ketua Masywi Majelis Syar’i wa al-Ibadat wilayah
Jawa Barat. Pada tahun 1967, atas ajakan keluarganya ia masuk Perti Persatuan
119 Tarbiyah Islamiyah dan menduduki jabatan Majelis Tahkim. Di sela-sela
aktivitasnya, ia pun tetap mengembangkan dan pengamal Tarekat Tijaniyah serta menulis beberapa buku, di antaranya: Risalah Tauhid dan Allohu Robbuna,
Kaifiyat Shalat, Kaifiyat Wudhu, Nadzom Taqrib, Syarah Safinatun Naja, risalah ilmu Nahwu, risalah ilmu sharaf, Nadzom Jurumiah, ilmu Bayan dalam bentuk
Nadzom; serta Siklus Sunni. K. H. Badruzzaman wafat tahun 1972 dalam usia 72 tahun di pesantren Biru, Garut.
248
K. H. Yusuf Taujiri 1900-1982