280
8.4. Hubungan Keterkaitan Kinerja Sektor Pertanian dengan Kinerja Agroindustri
Sektor pertanian wajib terintegrasi dengan agroindustri, bahkan pada tataran kebijakan makro ekonomi dalam moneter dan fiskal yang mengkait dengan
pembangunan pertanian Arifin, 2008. Analisis bagian ini untuk mencapai tujuan penelitian ke empat, mengkaji keterkaitan antara kinerja sektor pertanian dengan
kinerja agroindustri pada kondisi fiskal di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mendalami fenomena decoupling ketidakterkaitan antara pertanian dan
agroindustri dari temuan-temuan penelitian sebelumnya. Analisis untuk mengetahui respon dinamik dari kinerja agroindustri atas
guncangan shocks variabel kinerja sektor pertanian dengan impulse response function
IRF selengkapnya pada Lampiran 9. Disamping itu dianalisis besar peran setiap variabel kinerja sektor pertanian dalam menjelaskan variabilitas
variabel kinerja agroindustri dengan menggunakan dekomposisi ragam kesalahan peramalan yang diorthogonalisasi orthogonalized forecast error variance
decomposition atau FEVD selengkapnya pada Lampiran 10.
8.4.1. Respon Dinamik Kinerja Agroindustri atas Guncangan Kinerja Sektor Pertanian
1. Respon atas Perubahan PDB Pertanian
Awal guncangan PDB pertanian sebagaimana disajikan pada Gambar 57 dan Lampiran 9C.9.19, terjadi penurunan nilai tambah input NTI berkisar 3.28 dan
nilai tambah output NTO berkisar 1.96. Sedangkan daya saing agroindustri DSA meningkat berkisar 8.17.
281 Dalam jangka panjang, guncangan PDB pertanian mengakibatkan
penurunan nilai tambah input berkisar 1.70 konvergen mulai triwulan ke 29. Nilai tambah output juga menurun berkisar 0.88 konvergen mulai triwulan ke 25. Daya
saing agroindustri meningkat berkisar 2.03 konvergen mulai triwulan ke 21. Berarti perubahan PDB pertanian lebih cepat mengimbas pada nilai tambah output
dan daya saing agroindustri.
.000
Keterangan: Skala absis adalah triwulan Gambar 57. Respon shocks pada PDB Pertanian GDPA terhadap Nilai
Tambah Input NTI, Nilai Tambah Output NTO dan Daya Saing Agroindustri DSA
2. Respon atas Perubahan Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian
Awal guncangan penyerapan tenaga keja pertanian sebagaimana disajikan pada Gambar 58 dan Lampiran 9C.9.20, terjadi penurunan nilai tambah input dan
-.035 -.030
-.025 -.020
-.015 -.010
-.005
10 20
30 40
50 60
a. Respon Terhadap
NTI
-.020 -.016
-.012 -.008
-.004
10 20
30 40
50 60
b. Respons Terhadap NTO
-.02 .10
.00 .02
.04 .06
.08
10 20
30 40
50 60
c. Respon Ter hadap
DSA
Response to Cholesky One S.D. Innovations of GDPA
282 output masing-masing berkisar 0.58 dan 0.34 serta daya saing agroindustri
berkisar 0.17.
Keterangan: Skala absis adalah triwulan
Gambar 58. Respon shocks pada Tenaga Kerja Pertanian TKA terhadap Nilai Tambah Input NTI, Nilai Tambah Output NTO dan
Daya Saing Agroindustri DSA Dalam jangka panjang, guncangan pada penyerapan tenaga pertanian,
menurunkan nilai tambah input, output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 0.55, 0.31, dan 0.81. Masing-masing konvergen mulai triwulan ke
34, 38 dan 34. Guncangan pada penyerapan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh negatif dalam meningkatkan kinerja agroindustri. Sehingga kapasitas
sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja secara konsisten diperlukan untuk
-.012 -.010
-.008 -.006
-.004 -.002
.000 .001
10 20
30 40
50 60
a. R
esp on T
er h
adap N
T I
-.007 -.006
-.005 -.004
-.003 -.002
-.001 .000
10 20
30 40
50 60
b. R
espon T
er ha
dap N
T O
-.03 .02
-.02 -.01
.00 .01
10 20
30 40
50 60
c. R
e sp
on Te
rh ad
ap D
S A
Response to Cholesky One S.D. Innovations of TKA
283 mendorong kinerja agroindustri. Fenomena angkatan kerja pedesaan yang semakin
besar meninggalkan sektor pertanian hasil studi Kasryno, 2006 dalam hal ini juga sangat merugikan kinerja agroindustri.
3. Respon atas Perubahan Ekspor Produk Pertanian
Awal guncangan ekspor produk pertanian sebagaimana disajikan pada Gambar 59 dan Lampiran 9C.9.21, terjadi kenaikan nilai tambah input, nilai
tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 1.62, 1.97 dan 4.15.
.024
Keterangan: Skala absis adalah triwulan Gambar 59. Respon shocks pada Ekspor Produk Pertanian XA terhadap
Nilai Tambah Input NTI, Nilai Tambah Output NTO dan Daya Saing Agroindustri DSA
.012 .014
.016 .018
.020 .022
10 20
30 40
50 60
a .
R espon
Te rhad
ap N T
I
.004 .008
.012 .016
.020
10 20
30 40
50 60
b. R
espo n Te
rhad ap
N T
O
.01 .09
.02 .03
.04 .05
.06 .07
.08
10 20
30 40
50 60
c. Re
spon Terhada
p D
S A
Response to Cholesky One S.D. Innovations of XA
284 Dalam jangka panjang, guncangan ekspor produk pertanian menaikkan nilai
tambah input, nilai tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 1.66, 1.41, dan 4.74 konvergen mulai triwulan ke 36, 30 dan 27.
Berarti, perubahan ekspor produk pertanian direspon kenaikan dalam seluruh aspek kinerja agroindustri. Hal ini terjadi karena selama ini ekspor produk pertanian lebih
dominan pada produk pertanian primer
6
sehingga perubahan struktur ekspor dari ekspor primer menjadi produk sekunder akan cepat menarikmeningkatkan kinerja
agroindustri.
4. Respon atas Perubahan Impor Produk Pertanian
Awal guncangan impor produk pertanian sebagaimana disajikan pada Gambar 60 dan Lampiran 9C.9.22, terjadi penurunan nilai tambah input, nilai
tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 1.00, 0.97 dan 2.19.
Dalam jangka panjang, guncangan impor produk pertanian menurunkan nilai tambah input, nilai tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing
berkisar 1.34, 1.07, dan 2.90 masing-masing konvergen mulai triwulan ke 20, 30, dan 28. Berarti respon impor produk pertanian berkebalikan dengan ekspor
produk pertanian. Impor produk pertanian sebagian besar merupakan olahan atau produk sekunder pertanian
6
, bukan barang modal untuk peningkatan aktivitas pengolahanindustri pertanian. Inilah bukti semakin nyata dari pernyataan Sawit
2008 bahwa pertanianproduk olahan industri pertanian mendapat serbuan dari impor produk pertanian, sehingga menurunkan kinerja agroindustri.
6
Diskusi Pakar dengan Dr. Noer Sutrisno, MA; Prof.Dr.Ir. Rudi Wibowo, MS; Dr.Husain Sawit, M.Sc; Dr.Ir. Djafar Hafsah; dan Dr.Ir. Bayu Krisna Murti, MS; Dr. Ir. Iwantono, tanggal 26 Juli
2007 di Jakarta.
285
Keterangan: Skala absis adalah triwulan
Gambar 60. Respon shocks pada Impor Produk Pertanian IMA terhadap Nilai Tambah Input NTI, Nilai Tambah Output NTO dan
Daya Saing Agroindustri DSA
5. Respon atas Perubahan Kesejahteraan Petani
Awal guncangan kesejahteraan petani sebagaimana disajikan pada Gambar 61 dan Lampiran 9C.9.23, terjadi peningkatan nilai tambah input berkisar 1.76.
Nilai tambah output dan daya saing agroindustri juga meningkat masing-masing berkisar 2.05 dan 0.25.
Dalam jangka panjang, guncangan kesejahteraan petani meningkatkan nilai tambah input, dan nilai tambah output masing-masing berkisar 1.62, dan 1.10
konvergen mulai triwulan ke 24 dan 27. Sedangkan daya saing agroindustri menurun berkisar 0.49 konvergen mulai triwulan ke 31. Kesejahteraan petani
berkaitan dengan kemampuan akumulasi modal untuk meningkatkan aktivitas
-.020 -.018
-.016 -.014
-.012 -.010
-.008 -.006
-.004 -.002
10 20
30 40
50 60
a. R
e spon Ter
hada p
N T
I
-.016 -.014
-.012 -.010
-.008 -.006
-.004
10 20
30 40
50 60
b. R
espon Ter hadap N
T O
-.044 -.008
-.040 -.036
-.032 -.028
-.024 -.020
-.016 -.012
10 20
30 40
50 60
c. R
e spon
Ter hada
p D
SA
Response to Cholesky One S.D. Innovations of IMA
286 pengolahan produk pertanian, meskipun belum bisa meningkatkan daya saing
agroindustri. Hal itu sejalan dengan hasil analisis data pada Bab VI bahwa daya saing agroindustri menurun terutama setelah krisis moneter tahun 1997 pada situasi
kesejahteraan petani meningkat hampir 2 dua kali dari keseimbangan sebelumnya. Hasil studi Rozelle and Swinnen 2004 juga menemukan bahwa akumulasi modal
petani cermin kesejahteraan menumbuhkan industri pertanian.
.024
Keterangan: Skala absis adalah triwulan Gambar 61. Respon shocks pada Kesejahteraan Petani WP terhadap Nilai
Tambah Input NTI, Nilai Tambah Output NTO dan Daya Saing Agroindustri DSA
Dari uraian di atas sebagaimana disajikan pada Tabel 46, respon kinerja agroindustri atas guncangan kinerja sektor pertanian mencapai keseimbangan rata-
rata pada triwulan ke 28.92 atau 7 tahun. Kinerja sektor pertanian yang cenderung
.004 .008
.012 .016
.020 .024
.028 .032
10 20
30 40
50 60
a. R
e sp
on Ter
ha da
p NTI
.004 .008
.012 .016
.020
10 20
30 40
50 60
b . Re
sp on
Te rh
ad ap
NTO
-.03 .02
-.02 -.01
.00 .01
10 20
30 40
50 60
c. R
e spon
Ter h
ad ap
D S
A
Response to Cholesky One S.D. Innovations of W P
287 meningkatkan kinerja agroindustri dalam jangka panjang adalah: ekspor produk
pertanian dan kesejahteraan petani. Dapat dikatakan bahwa, ekspor produk pertanian akan menarik pull kinerja agroindustri terutama jika struktur ekspor
semakin dominan pada produk olahan pertanian. Sedangkan kesejahteraan petani sebagai faktor pendorong push peningkatan kinerja agroindustri. Semakin
meningkat kesejahteraan petani akan meningkatkan kemampuan akumulasi kapital petani yang akan mendorong kegiatan industri pertanian, sebagaimana ditemukan
dalam studi Rozelle and Swinnen 2004. Besaran respon dalam persen secara keseluruhan relatif kecil; berarti
bahwa respon kinerja agrondustri atas guncangan kinerja sektor pertanian relatif lemah kurang responsif.
Tabel 46. Respon Dinamik Kinerja Agroindustri atas Guncangan Kinerja Sektor Pertanian
Respon dari Kinerja Agroindustri Guncangan Perubahan
Kinerja Pertanian NTI NTO DSA Kecenderungan
Respon Dinamik
GDPA: Jangka Pendek 3.28
1.96 8.17
Turun Jangka Panjang
1.70 0.88
2.03 Turun
Konvergen 29
25 21
25 TKA: Jangka Pendek
0.58 0.34
0.17 Turun
Jangka Panjang 0.55
0.31 0.81
Turun Konvergen
34 38
34 35.3
XA : Jangka Pendek 1.62
1.97 4.15
Naik Jangka Panjang
1.66 1.41
4.74 Naik
Konvergen 36
30 27
31 IMA: Jangka Pendek
1.00 0.97
2.19 Turun
Jangka Panjang 1.34
1.07 2.90
Turun Konvergen
20 30
28 26
WP: Jangka Pendek 1.76
2.05 0.25
Naik Jangka Panjang
1.62 1.10
0.49 Naik
Konvergen 24
27 31
27.3 Keterangan: Satuan konvergensi adalah triwulan. Angka dalam kurung negatif,
menunjukkan respon penurunan. Kecenderungan turun dan naik berdasarkan frekuensi respon turun atau naik yang paling banyak.
288
8.4.2. Kinerja Sektor Pertanian yang Efektif Mempengaruhi Kinerja Agroindustri
Sebagaimana disajikan pada Tabel 47, variabilitas nilai tambah input agroindustri dalam jangka pendek triwulan ke 1 dijelaskan oleh guncangan PDB
pertanian sebesar 9.66, ekspor pertanian sebesar 2.36 dan kesejahteraan petani sebesar 2.78. Dalam jangka panjang triwulan ke 60 variabilitas nilai tambah
input dijelaskan oleh guncangan kinerja sektor pertanian, yang paling besar dari PDB pertanian sebesar sebesar 14.67, kemudian ekspor pertanian sebesar 13.72,
kesejahteraan petani sebesar 13.44, impor produk pertanian sebesar 8.81, dan tenaga kerja pertanian sebesar 1.59. Berarti, variabilitas nilai tambah input dalam
jangka panjang dijelaskan oleh guncangan semua variabel kinerja sektor pertanian. Variabilitas nilai tambah output agroindustri dalam jangka pendek triwulan
ke 1 dijelaskan oleh guncangan kesejahteraan petani sebesar 7.02, ekspor pertanian sebesar 6.50, PDB pertanian sebesar 6.39, dan impor pertanian
sebesar 1.58. Dalam jangka panjang triwulan ke 60 variabilitas nilai tambah output dijelaskan oleh guncangan kinerja sektor pertanian, yang paling besar dari
ekspor pertanian sebesar 20.91, kesejahteraan petani sebesar 13.14, impor pertanian sebesar 11.52, PDB pertanian sebesar 8.26 dan penyerapan tenaga
kerja pertanian sebesar 1.02. Berarti, variabilitas nilai tambah output dalam jangka panjang dijelaskan oleh guncangan semua variabel kinerja sektor pertanian.
Variabilitas daya saing agroindustri dalam jangka pendek triwulan ke 1 dijelaskan oleh guncangan PDB pertanian sebesar 12.07, dan ekspor pertanian
sebesar 3.11. Dalam jangka panjang triwulan ke 60 variabilitas daya saing agroindustri dijelaskan oleh guncangan kinerja sektor pertanian, yang paling besar
dari ekspor produk pertanian sebesar 21.46, impor produk pertanian sebesar
289 Tabel 47. Hubungan Keterkaitan Kinerja Sektor Pertanian dengan Kinerja
Agroindustri
NTI Guncangan Periode S.E.
GDPA TKA XA IMA WP NTI NTO DSA 1 0.1057
9.66 0.30
2.36 0.89
2.78 84.01 0.00
0.00 5 0.1441
8.27 0.45
7.61 3.71
9.94 58.64 0.19
0.48 10 0.1769
11.71 1.36
8.87 5.25 10.82 49.92
0.59 0.81
20 0.2244 12.74
1.42 11.50 7.16 12.03 41.72
0.67 1.03
30 0.2618 13.70
1.55 12.45 7.94 12.57 38.19
0.65 1.11
40 0.2945 14.16
1.56 13.05 8.34 13.00 36.24
0.64 1.13
50 0.3239 14.46
1.58 13.44 8.62 13.26 34.97
0.64 1.14
60 0.3507 14.67
1.59 13.72 8.81 13.44 34.07
0.64 1.15
NTO Guncangan Periode S.E.
GDPA TKA XA IMA WP NTI NTO DSA 1 0.0774
6.39 0.19
6.50 1.58
7.02 71.08 7.24
0.00 5 0.1068
4.90 0.14 14.93
5.41 10.71 48.89 4.25
0.50 10 0.1300
6.95 0.78 15.13
7.27 11.66 43.21 3.45
0.68 20 0.1621
7.35 0.85 18.04
9.27 12.15 37.05 2.75
0.75 30 0.1870
7.83 0.97 19.25 10.30 12.51 34.40
2.37 0.59
40 0.2092 8.03
1.00 20.02 10.86 12.82 32.93 2.16
0.48 50 0.2292
8.16 1.01 20.54 11.24 13.01 31.94
2.02 0.40
60 0.2475 8.26
1.02 20.91 11.52 13.14 31.24 1.91
0.35
DSA Guncangan Periode S.E.
GDPA TKA XA IMA WP NTI NTO DSA 1 0.2351
12.07 0.01
3.11 0.86
0.01 0.54
0.06 83.34
5 0.3421 14.58
0.21 10.81 1.50
0.88 5.95
0.80 49.83
10 0.4142 10.50
0.60 13.54 4.00
0.87 8.49
1.08 44.57
20 0.5175 8.60
0.78 17.42 5.79
0.88 8.85
1.46 40.93
30 0.5985 7.61
0.82 19.20 6.64
0.75 9.12
1.56 39.60
40 0.6697 7.02
0.80 20.24 7.16
0.65 9.29
1.62 38.88
50 0.7340 6.61
0.79 20.95 7.52
0.59 9.42
1.66 38.39
60 0.7931 6.32
0.78 21.46 7.77
0.54 9.51
1.69 38.02
Keterangan: Periode = triwulan,
S.E. = Standard Error,
TKA = Tenaga Kerja Pertanian, NTI
= Nilai Tambah Input, XA
= Ekspor Produk Pertanian, NTO
= Nilai Tambah Output, IMA = Impor Produk Pertanian, dan
DSA = Daya Saing Agroindustri,
WP = Kesejahteraan Petani.
GDPA = PDB Pertanian,
290 7.77, dan PDB pertanian sebesar 6.32. Berarti, variabilitas daya saing dalam
jangka panjang dijelaskan oleh guncangan variabel kinerja sektor pertanian yaitu: ekspor, impor produk pertanian, dan PDB petanian.
Dari uraian di atas sebagaimana disajikan pada Tabel 48, variabel kinerja sektor pertanian yang efektifberperan besar dalam mempengaruhi variabilitas
kinerja agroindustri di Indonesia adalah: PDB pertanian, ekspor produk pertanian, dan impor produk pertanian.
Tabel 48. Rangkuman Peran Guncangan Kinerja Sektor Pertanian terhadap Variabilitas Kinerja Agroindustri dalam Jangka Panjang
Sumber Guncangan dari Kinerja Sektor Pertanian Variabilitas
Kinerja Agroindustri
GDPA TKA XA IMA WP NTI
14.67 1
1.59 5
13.72 2
8.81 4
13.44 3
NTO 8.26
4
1.02 5
20.91 1
11.52 3
13.14 2
DSA 6.32
3
0.78 4
21.46 1
7.77 2
0.54 5
Kesimpulan Efektif - Efektif
Efektif -
Keterangan: Peran guncangan besar berdasarkan nilai FEVD jangka panjang atau nilai rata-rata di atas 1 dan atau lebih besar jika diperbandingkan
dengan variabel lainnya. Angka dalam kurung menunjukkan ranking besar peran guncangan. Efektif ditentukan berdasarkan frekuensi peran
guncangan yang besar, semakin banyak frekuensinya maka variabel kebijakan fiskal tersebut efektif.
Sumber: Analisis Tabel 47
Peningkatan PDB pertanian berarti meningkatkan kesejahteraan petani. Kondisi tersebut akan memampukan petani dalam akumulasi kapital sehingga dapat
menggerakkan industri pertanian sebagaimana hasil studi Martin and Warr 1992, 1993 untuk negara berkembang dan Rozelle and Swinnen 2004.
291 Ekspor dan impor menentukan neraca perdagangan. Semakin membaiknya
neraca perdagangan surplus berarti memberi multiplier pada kegiatan sekunder industri pertanian sebagaimana hasil studi ADB, SEAMEO SEARCA, Crescent,
CASER and Ministry of Agriculture RI 2005. Dalam kasus Indonesia, hal itu terjadi jika didorong perubahan pola ekspor dari produksi primer menjadi produk
olahan pertanian, perubahan impor pertanian dari impor olahan hasil pertanian menjadi impor barang modal untuk produksi sekunderindustri pertanian.
Disamping itu dengan semaksimal mungkin menghindarkan pengembangan industri pertanian yang mempunyai ketergantung bahan dasar dari impor.
Besaran dalam persen peran guncangan dari kinerja sektor pertanian dalam mempengaruhi variabilitas kinerja agroindustri relatif besar. Maknanya
adalah terdapat keterkaitan yang kuaterat terutama unsur kinerja sektor pertanian yang efektif dalam mempengaruhimendorong kinerja agroindustri meskipun
dorongan tersebut direspon lemah sebagaimana temuan pada Bagian 8.4.1. di Tabel 46.