Kesimpulan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
304 1. Kondisi fiskal, kinerja sektor pertanian dan agroindustri
a. Selama periode 1970-2005, ada dua perubahan pokok dalam tata kelola fiskal, pertama perubahan dari T-account berimbang menjadi I-account
dimana defisit menjadi determinan penting. Kedua, fiskal sentralistik menjadi desentralistik setelah krisis moneter tahun 1997. Krisis moneter
tahun 1997 berpengaruh nyata pada struktur data deret waktu. b. Dorongan fiskal sebagai investasi publik di sektor pertanian belum optimal
dan bertendensi menurun undervalue serta alokasi anggaran untuk sektor petanian dan agroindustri terjadi gejala kurang tepat sasaran misalocation
dan kurang fokus pada fasilitas publik pertanian seperti infrastuktur pertanian dan agroindustri dan strategi pertumbuhan jangka panjang
seperti penelitian dan pengembangan pertanian. c. Kinerja sektor pertanian sejak tahun 1970-2005 menurun, yang ditandai oleh
penurunan PDB dan produktivitas pertanian, penyerapan dan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian, dan pangsa ekspor produk pertanian. Impor
produk pertanian cenderung meningkat, terutama pasca krisis moneter 1997. Kesejahteraan petani tertekan karena kebijakan industri yang menciptakan
over value pada nilai tukar rupiah.
d. Kinerja agroindustri secara absolut meningkat ditandai oleh peningkatan nilai tambah input, nilai tambah output dan daya saing agroindustri. Namun
pertumbuhannya menurun terutama setelah krisis moneter 1997. e. Gejala ketidakterkaitan decoupling antara sektor pertanian dan
agroindustri secara indikatif terjadi mulai tahun 1995.
305 2. Hubungan Kebijakan Fiskal dengan Kinerja Sektor Pertanian dan
Agroindustri: a. Model VECM dapat menjelaskan dengan baik fenomena hubungan
struktural ekonomi jangka panjang antara kebijakan fiskal dengan kinerja sektor pertanian dan kinerja agroindustri.
b. Dalam jangka panjang, instrumen kebijakan fiskal yang penting dan bisa mendorong banyak unsur kinerja sektor pertanian adalah: pajak penghasilan,
anggaran sektor pertanian, anggaran penelitian dan pengembangan pertanian, anggaran infrastruktur pertanian disamping itu juga variabel
makroekonomi investasi. c. Dalam jangka panjang, instrumen kebijakan fiskal yang penting dan bisa
mendorong banyak unsur kinerja agroindustri adalah: pajak penghasilan, anggaran penelitian dan pengembangan pertanian, anggaran infrastruktur
pertanian, desentralisasi fiskal disamping itu juga variabel makroekonomi investasi dan konsumsi.
3. Instrumen kebijakan fiskal yang efektif mempengaruhi kinerja sektor pertanian dan agroindustri
: a. Guncangan instrumen kebijakan fiskal dalam jangka panjang yang direspon
dengan peningkatan kinerja sektor pertanian adalah: PPh, PPn, anggaran sektor pertanian, anggaran infrastruktur pertanian, disamping itu juga
investasi dan konsumsi. b. Guncangan instrumen kebijakan fiskal dalam jangka panjang yang direspon
dengan peningkatan kinerja agroindustri adalah: PPn, anggaran penelitian dan pengembangan pertanian, dan anggaran infrastruktur pertanian.
306 c. Respon kinerja sektor pertanian dan agroindustri atas guncangan instrumen
kebijakan fiskal mencapai keseimbangan relatif lama, rata-rata pada triwulan ke 30.9 atau 8 tahun, dan triwulan ke 28.9 atau 7 tahun.
d. Instrumen kebijakan fiskal yang efektifberperan dalam mempengaruhi variabilitas kinerja sektor pertanian dalam jangka panjang di Indonesia
adalah: subsidi pertanian, anggaran infrastruktur pertanian, anggaran penelitian dan pengembangan pertanian, pajak pertambahan nilai, dan
desentralisasi fiskal. e. Instrumen kebijakan fiskal yang efektifberperan dalam mempengaruhi
variabilitas kinerja agroindustri di Indonesia adalah: anggaran infrastruktur pertanian, desentralisasi fiskal, dan pajak pertambahan nilai.
4. Keterkaitan antara kinerja sektor pertanian dengan agroindustri: a. Guncangan kinerja sektor pertanian dalam jangka panjang yang direspon
dengan peningkatan kinerja agroindustri adalah: ekspor produk pertanian, dan kesejahteraan petani.
b. Respon kinerja agroindustri atas guncangan kinerja sektor pertanian mencapai keseimbangan pada triwulan ke 28.92 atau sekitar 7 tahun.
c. Kinerja sektor pertanian yang terkaitefektif dalam mempengaruhi variabilitas kinerja agroindustri di Indonesia adalah: PDB pertanian, ekspor
produk pertanian, dan impor produk pertanian . 5. Secara keseluruhan sebagaimana disajikan pada Tabel 49, instrumen kebijakan
fiskal yang berperan penting dan efektif dalam mempengaruhi variabilitas dan peningkatan kinerja sektor pertanian dan agroindustri adalah: pajak penghasilan,
307 pajak pertambahan nilai, anggaran penelitian dan pengembangan pertanian,
anggaran infrastruktur pertanian dan desentralisasi fiskal.
Tabel 49. Rangkuman Hubungan Jangka Panjang antara Kebijakan Fiskal dengan Kinerja Sektor Pertanian dan Kinerja Agroindustri
Instrumen Kebijakan Fiskal yang Penting dan Efektif Meningkatkan Kinerja Berdasar Analisis
Kinerja Kointegrasi
Banyak berhubungan signifikan bertendensi
positif
IRF
Respon jangka panjang meningkatkan kinerja
FEVD
Berperan Efektif mempengaruhi
variabilitas kinerja
Sektor Pertanian
1. Pajak penghasilan 2. Anggaran sektor
pertanian 3. Anggaran penelitian
dan pengembangan pertanian
4. Anggaran infrastruktur pertanian
1. Pajak penghasilan 2. Pajak pertambahan
nilai 3. Anggaran sektor
pertanian 4. Anggaran
infrastruktur pertanian 1. Pajak
pertambahan nilai
2. Subsidi pertanian 3. Anggaran
penelitian dan pengembangan
pertanian 4. Anggaran
infrastruktur pertanian
5. Desentralisasi fiskal
Agro industri
1. Pajak penghasilan 2. Anggaran penelitian
dan pengembangan pertanian
3. Anggaran infrastruktur pertanian
4. Desentralisasi fiskal 1. Pajak pertambahan
nilai 2. Anggaran penelitian
dan pengembangan pertanian
3. Anggaran infrastruktur
pertanian 1. Pajak
pertambahan nilai
2. Anggaran infrastruktur
pertanian 3. Desentralisasi
fiskal Sektor
pertanian dan agro
industri Instrumen kebijakan fiskal yang berpengaruh, guncangannya direspon
peningkatan kinerja dan efektif terhadap sektor pertanian dan agroindustri: 1. Penerimaan pajak penghasilan
2. Penerimaan pajak pertambahan nilai 3. Anggaran penelitian dan pengembangan pertanian
4. Anggaran infrastruktur pertanian 5. Desentralisasi fiskal
Berdasarkan frekuensi yang paling banyak muncul pada pengaruh signifikan [kointegrasi], magnitude respon meningkat [IRF] dan
magnitude peran efektif [FEVD] dari instrumen tersebut dalam
meningkatkanberpengaruh pada variabel kinerja sektor pertanian dan agroindustri
308