Pengeluaran Pemerintah Sektoral Subsidi

73 Secara ekonomis, pengeluaran dikelompokkan menjadi pengeluaran lancar rutin dan pengeluaran modal pembangunan. Dalam hal ini, pembagian sektor- sektor ekonomi dititikberatkan pada bagaimana seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu negara dapat dibagi menurut bagian-bagiannya, dan sejauhmana pembagian tersebut sesuai dengan struktur ekonomi yang diterapkan di negara yang bersangkutan. Sedangkan secara fungsional, pengeluaran dan pinjaman bersih dikelompokkan sesuai dengan tujuan pokok atau fungsi untuk sektor mana mereka dibentuk, apakah untuk pertahanan, pendidikan, pertanian, dan lain sebagainya.

3.1.5. Subsidi

Norton 2002 mengemukakan bahwa di negara berkembang, subsidi khususnya pertanian penting sebagai instrumen fiskal untuk mendorong produktivitas dan peningkatan kesejahteraan petani. Subsidi adalah bentuk transfer pemerintah yang efisien sekaligus sebagai alat redistribusi kesejahteraan antar penduduk dan antar produsen dan konsumen. Inilah pokok pentingnya subsidi, sehingga pada perekonomian majupun masih menggunakan instrumen subsidi dari pemerintah untuk sektor swasta. Dampak dari subsidi pemerintah s dapat dilihat pada Gambar 4 Stiglitz, 2000. Gambaran kurva penawaran produk pertanian dalam jangka pendek SR Gambar 4.a diasumsikan sangat tidak elastis karena memproduksi produk pertanian membutuhkan waktu yang panjang bahkan musiman. Jika pemerintah membayar agregat subsidi untuk produk pertanian, dampaknya adalah terjadi peningkatan permintaan produk pertanian kurva permintaan bergeser ke kanan atas. Dampaknya harga produk pertanian naik, tetapi kenyataannya petani hampir tidak bisa meningkatkan produksinya. 74 Harga S SR Harga Produk Produk P s S LR P s P D s D s D D P QQ s Produk 0 Q Q s Produk a b Sumber: Stiglitz 2000. Gambar 4. Dampak Subsidi terhadap Peningkatan Produksi Pertanian Dalam jangka panjang LR, penyesuaian meningkat besar seperti pada Gambar 4.b kurva penawaran relatif lebih elastisdatar. Peningkatan harga yang sedikit berdampak kepada peningkatan produksi yang besar. Hal tersebut merupakan tujuan dari subsidi yaitu meningkatkan produktivitas untuk mencapai peningkatan produk agregat dalam jangka panjang. 3.1.6. Dampak Pengeluaran Pemerintah Seberapa besar dampak kebijakan fiskal melalui peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan output, tergantung pada besaran multiplier effect yang dapat diturunkan sebagai berikut notasi dalam bentuk riil dengan definisi notasi seperti pada bagian sebelumnya Romer, 2001: Kurva IS mencerminkan keseimbangan pada pasar barang: y = cy-t y + i r + g 3.20 dan kurva LM mencerminkan kondisi keseimbangan pada pasar uang: 75 M = l r + k y 3.21 P o dimana fungsi konsumsi dan pajak mempunyai slope positif tetapi lebih kecil dari satu atau 0 c’, t’ 1, slope investasi dan permintaan uang i’ 0 dan l’ 0, serta slope transaksi permintaan uang k’ 0 tanda [’] menunjukkan nilai tertentu. Dengan menurunkan persamaan 3.20, diperoleh: dy = c ’ dy – t’ dy + i’ dr + dg = c ’ 1-t’dy + i’dr + dg 3.22 M Menurunkan persamaan 3.21 dengan — konstan, akan diperoleh: P 0 = l’ dr + k’ dy k dr = - — dy l’ dengan mensubstitusikan ke persamaan 3.22 diperoleh: 3.23 dg dy 1 = l k i t c 1 1 + − − Karena c’ 1 – t’ kurang dari satu dan positif maka multiplier tersebut bernilai positif. , = menunjukkan penurunan investasi yang berasal dari peningkatan r, sewaktu y dan r meningkat sepanjang kurva LM, dan k i l i − l k l − k i merupakan slope kurva LM, sehingga jika kurva LM mempunyai slope = 0, atau kurva LM horizontal, maka multiplier akan menjadi: 3.24 dg dg dy = = 1 MPC t c − − − 1 1 1 Artinya, perubahan pengeluaran pemerintah g meskipun kecil akan menghasilkan perubahan output yang besar, karena adanya multiplier effect tersebut. Efek perubahan output akan makin besar dengan bentuk kurva LM yang horizontal. 76

3.1.7. Keseimbangan Fiskal

Keseimbangan primer primary balance adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran, tidak termasuk cicilan utang dan bunga. Defisit anggaran pemerintah terdiri atas defisit luar negeri dan defisit dalam negeri. Defisit anggaran luar negeri adalah pengeluaran mata uang asing dikurangi penerimaannya. Defisit total pemerintah dalam neraca anggaran dengan memperhitungkan defisit anggaran luar negeri dan domestik dirumuskan Subagjo, 2005: D = GD+FG - RD+RF – KG 3.25 KG = K-KP 3.26 K = RE + CA 3.27 dimana: CA = current account dalam neraca pembayaran, D = neraca anggaran defisitsurplus, FG = pengeluaran pemerintah luar negeri, GD = pengeluaran pemerintah domestik, K = arus kapital total, KG = arus kapital pemerintah, KP = arus kapital swasta, RD = penerimaan pemerintah domestik, RE = cadangan devisa, dan RF = penerimaan pemerintah luar negeri. Pada persamaan 3.27 diasumsikan bahwa bank sentral akan meningkatkan kredit netonya kepada pemerintah, apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya dengan selisih yang lebih besar dari arus masuk kapital neto. 77 Defisit anggaran ditentukan oleh selisih tingkat suku bunga domestik dan suku bunga luar negeri yang menentukan arus kapital, beban utang pemerintah yang menentukan besarnya cicilan dan bunga utang, dan neraca pembayaran. Secara agregat defisit anggaran D merupakan fungsi dari suku bunga domestik r, tingkat suku bunga dunia r, utang pemerintah B, dan penerimaan pemerintah R. Sehingga fungsi defisit anggaran dapat dituliskan sebagai berikut: D = dr,r,B,R 3.28 Komponen fiskal meliputi variabel-variabel: pengeluaran, penerimaan pajak, defisit, utang, dan obligasi pemerintah domestik dan luar negeri sebagai sumber pembiayaan tambahan bagi pemerintah. Alternatif pembiayaan melalui pencetakan uang tidak diperhitungkan sebagai sumber pembiayaan. Hal ini didasarkan pada kenyataan mengenai posisi independent bank sentral. Akibatnya pemerintah tidak bisa mencetak uang untuk menutup gap dalam anggarannya. 3.1.8. Utang Pemerintah Jika pengeluaran melampaui penerimaan maka kebijakan fiskal akan berkaitan dengan aspek pinjamanutang Subiyantoro dan Riphat, 2004. Langkah paling lazim dalam menutup defisit anggaran pemerintah D adalah dengan utang, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. The law of motion dari utang pemerintah, seperti dikemukakan oleh Cohen 2002 dalam Soelistyaningsih 2005: D t = 1+rD t-1 + G t – T t 3.29 dimana: G t – T t = primary balance deficit, D t-1 + G t – T t = overall balance deficit.