Desentralisasi Fiskal Kebijakan Fiskal

80 unconditional grants. Bantuan bersyarat atau bantuan khusus specific grants adalah bantuan yang memiliki persyaratan tertentu yang terkait di dalam bantuan tersebut, dan diberikan untuk mendorong pemerintah daerah dalam menambah barang dan jasa publik tertentu. Dalam kasus bantuan khusus ini, pemerintah daerah tidak memiliki kebebasan dalam pengalokasian dana karena penggunaan dana tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Bantuan tak bersyarat atau bantuan blok block grant adalah jenis bantuan yang tidak dikaitkan dengan program pengeluaran tertentu, dalam kasus Indonesia diistilahkan dana alokasi umum DAU. Ciri khusus yang menjadi kekuatan jenis bantuan ini adalah dapat meningkatkan sumberdaya lokal dan sekaligus mempertahankan pilihan fiskal yang ada dalam kewenangan pemerintah daerah. Dalam kasus bantuan blok ini, pemerintah daerah memiliki keleluasan dalam mengalokasikan dana yang diterima ke dalam berbagai kemungkinan pengeluaran yang sesuai dengan pilihan dan kepentingan daerah yang bersangkutan. Pengaruh atau dampak dari masing-masing bantuan tersebut dijelaskan pada Gambar 5 dan 6. Dalam Gambar 5 dan 6 posisi pemerintah daerah sebelum ada bantuan grant ditunjukkan titik E dan jumlah barang G dan H yang dikonsumsi masing-masing adalah G 1 dan H 1 . Apabila ada bantuan dari pemerintah pusat dalam bentuk block grant, maka garis anggaran budget line dalam Gambar 5 akan bergeser dari AB menjadi CD, posisi pemerintah Daerah sekarang berada di titik F dan jumlah barang G dan H yang dikonsumsi menjadi G 2 dan H 2 . Konsumsi pemerintah daerah baik untuk barang G maupun H meningkat dan hal ini menunjukkan pula bahwa kepuasan dari pemerintah bertambah karena berada pada indifference curve yang lebih tinggi yaitu I 2 dimana I 2 I 1 . 81 C I 2 H 2 H 1 D B A Barang G F E I 1 G 2 G 1 A I 1 I 2 H 1 E F’ H 2 D’ Barang G Barang H Barang H 0 G 1 G 2 B Sumber: Oates 1999 Gambar 5. Jalur Efek Block Grant Gambar 6. Jalur Efek Specific Grant Sebaliknya, pemerintah pusat memberikan bantuan dalam bentuk spesifik specific grant, dampak yang ditimbulkan adalah penurunan harga biaya produksi barang G dan budget line bergeser dari AB ke AD. Posisi pemerintah daerah kini berada di titik F dan jumlah barang G yang dikonsumsi menjadi G 2 ’. Berarti bantuan spesifik meningkatkan produksi barang G. Bantuan spesifik juga meningkatkan kepuasan pemerintah daerah karena sekarang berada di titik F yang terletak pada indifference curve I 2 dimana I 2 I 1 . Dampak spesifik grant tidak dapat diprediksi secara langsung karena tergantung pada bentuk indifference curve maupun income dan price elasticity of demand dari kedua jenis barang tersebut. Price effect dari subsidi atau bantuan cenderung menurunkan produksi barang H, tetapi sebalikannya pada income effect. Dalam beberapa kasus seperti tampak dalam Gambar 6, efek netto yang ditimbulkan oleh bantuan spesifik adalah penurunan secara absolut di dalam produksi H. 82 Secara teoretis disimpulkan; block grant dampaknya terhadap produksi atau konsumsi dapat diprediksi secara langsung, dan hanya menghasilkan income effect, sedangkan specific grant tidak dapat menghasilkan income effect juga substitution effect dan price effect. 3.2. Investasi Insentif ekonomi atas keputusan investasi tergantung kepada tingkat keuntungan yang diperoleh investor. Investasi netto net investment bergantung kepada perbedaan antara produk marjinal modal dan biaya modal. Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dijelaskan bagaimana perekonomian aktual mengubah modal dan tenaga kerja menjadi barang dan jasa Mankiw, 2003. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah: Y = AK α L 1- α 3.41 dimana: Y = output, K = modal, L = tenaga kerja, A = parameter tingkat teknologi, dan α = parameter yang mengukur bagian modal atas output 0α1. Produk marjinal modal adalah: MPK = αALK 1- α 3.42 Sewa riil RP sama dengan produk marjinal modal dalam equilibrium dapat ditulis: RP = αALK 1- α 3.43 83 Persamaan 3.43 mengidentifikasi variabel yang menentukan harga sewa riil dimana, 1 semakin kecil persediaan modal, semakin tinggi harga sewa riil dari modal, 2 semakin besar jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, semakin tinggi harga sewa riil dari modal, 3 semakin baik teknologi, semakin tinggi harga sewa riil dari modal. Biaya modal C K untuk suatu periode adalah: C K = iP K - ∆P K + P K = P K i - ∆P K P K + 3.44 dimana: C K = biaya modal, iP K = biaya bunga, ∆P K = keuntungan dari modal, dan P K = biaya penyusutan adalah tingkat penyusutan. Dengan memperhatikan inflasi, maka ∆P K P K sama dengan tingkat inflasi keseluruhan π. Karena i- π sama dengan tingkat bunga riil r, biaya modal dapat ditulis: C K = P K r + . Biaya modal riil real cost of capital yang diukur dalam unit output perekonomian tergantung pada harga relatif barang modal P K P, tingkat bunga riil r dan tingkat penyusutan ditulis: C K = P K Pr + 3.45 Tingkat keuntungan investasi π diperoleh dari selisih antara penerimaan riil 3.43 dengan biaya riil 3.45. Dengan mensubstitusi persamaan 3.42 ke 3.43 keuntungan investasi dapat dituliskan: π = MPK - P K Pr + 3.46 dimana MPK = marginal product of capital. Investor akan menambah investasi jika produksi marjinal melebihi biaya modal, ditulis: 84 ∆K = I n [MPK-P K Pr + ] 3.47 Dimana I n [ ] adalah fungsi yang menunjukkan berapa banyak investasi neto merespon insentif untuk investasi. Dari persamaan 3.41 sampai dengan 3.47 dapat membuat persamaan investasi: I = I n [MPK-P K Pr + ]+ K 3.48 Investasi bisnis bergantung kepada produk marjinal modal, biaya modal, dan jumlah penyusutan atau depresiasi. Sumber pembiayaan investasi pertanian di Indonesia terdiri atas investasi pemerintah, investasi swasta domestik PMDN, investasi swasta asing PMA dan investasi masyarakat non-fasilitas. Investasi swasta asing merupakan sumber pembiayaan investasi pembangunan di banyak negara berkembang sejak berakhirnya Perang Dunia II. Hal ini terutama disebabkan karena pada negara- negara berkembang seperti Indonesia, kemampuan menabung masih rendah sehingga kemampuan investasi rendah. 3.3. Konsumsi Konsumen bertindak rasional serta memiliki alternatif pilihan yang lengkap dan konsisten tentang sederetan preferensi konsumsi. Pilihan preferensi dapat di formulasikan dalam rangka maksimisasi utilitas yang dibatasi oleh kendala pendapatannya atau income opportunity set, oleh karena itu terdapat masalah pemilihan kombinasi atau bundel komoditi yang optimum di dalam opportinity setnya Pindyck and Rubinfeld, 1995. Preferensi konsumen merupakan fungsi transformasi U utility function, yang mempunyai sifat-sifat: 1 merupakan fungsi terbatas, positif dan mempunyai 85 nilai riil, 2 fungsi U kontinyu, dimana terdapat consistency dan transitivity of choice, 3 rata smoothness, 4 monotonik, 5 fungsi transformasi U merupakan fungsi yang konvek, 6 fungsi U dapat diturunkan dua kali, dan 7 fungsi U merupakan fungsi tertutup boundedness Koutsoyiannis, 1979. Jika fungsi utilitas U = fQ i menggambarkan deretan preferensi konsumen, yang digambarkan dalam sederetan vektor komoditi Q i dimana Q i = Q 1 , Q 2 ,...,Qn. U = fQ i 3.49 Maksimisasi utilitas konsumen dalam mengkonsumsi komoditi dibatasi oleh kendala pendapatan tertentu Y°, didefinisikan sebagai fungsi yang linear, Y° = P i .Q i 3.50 dimana: P i , elemen kolom dari vektor harga, maka maksimisasi utilitas dengan kendala pendapatan tertentu adalah masalah mendapatkan vektor QP,Y° yang optimal. Berdasarkan persamaan pengganda Lagrang L, kondisi maksimisasi utilitas konsumen dapat dirumuskan dengan memaksimumkan U sebagai berikut: Max. L = U- Y°- ΣP i .Q i 3.51 dimana: P i = harga komoditi Q i , P i P 1 , P 2 ,....., P n , Q i = komoditi Q i Q 1 ,Q 2 ......, Q n , Y° = pendapatan konsumen untuk mengkonsumsi q 1 dan q 2 , dan = pengganda Lagrang. Syarat perlu first ordinary necessary condition untuk maksimisasi utilitas adalah turunan parsial terhadap Q i dan sama dengan nol, yaitu: 3.52 atau P = − = λ Q U Q L i i i , δ δ δ δ P λ Q U i i δ δ = 86 3.53 Utilitas konsumen maksimum keseimbangan konsumen dicapai berdasarkan persamaan 3.52 dan 3.53, yakni pada saat MRS Marginal rate of substitution sama dengan rasio harga kedua komoditi tersebut slope garis anggarannya seperti pada persamaan 3.54: 3.54 3.4. Kinerja Sektor Pertanian 3.4.1. Pertumbuhan Output Pada perekonomian, pertumbuhan dapat dijelaskan melalui peubah antara yaitu teknologi ekspresi produktivitas dan efisiensi dari penggunaan faktor produksi Syafa’at, et.al., 2005. Jika fungsi produksi agregat adalah, Y t = FC t , L t , A t 3.55 maka laju pertumbuhan dapat ditulis sebagai berikut: g = IY t + ÅA t 3.56 dimana: Y t = output, C t = kapital, L t = tenaga kerja, A t = teknologi, g = laju pertumbuhan, I = investasi, , = elastisitas, dan atau Q P = = ∑ Y i i o L , . − δλ δ Q P Y i ∑ = i o . konstan = = ⎪ ⎪ ⎨ ⎞ ⎛ ⎠ − U U δ δ ⎪ ⎪ ⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪ ⎪ ⎩ ⎪ ⎧ ⎟⎟ ⎠ ⎜⎜ ⎝ ⎟⎟ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ P P Q Q U Qi Qn n i δ δ 87 t = waktu. Pertumbuhan outputproduk pertanian dapat dilihat dari relasi antara pertumbuhan kontribusi PDB pertanian, dan laju pertumbuhan relatif produk neto pertanian dengan non pertanian. Jika P p = produk neto pertanian, P Np = produk neto non pertanian, dan P N = total produk nasional atau PDB, maka relasi tersebut dapat dijelaskan dengan rumus Kuznet Ghatak and Ingersent, 1984: PDB = P P + P NP 3.57 dan, ∂PDB = ∂P P P P P P + ∂P NP P NP P NP anggap r P = ∂P P P P , dan r NP = ∂P NP P NP , maka: ∂PDB = P P r P + P NP r NP 3.58 P P r P = ∂PDB - P NP r NP 3.59 dan, P P r P ∂PDB = 1 - P NP r NP ∂PDB 3.60 Substitusi persamaan 3.58 ke bagian kanan persamaan 3.60: = 1 – [P NP r NP P P r P + P NP r NP ] = P P r P + P NP r NP - P NP r NP P P r P + P NP r NP = P P r P P P r P + P NP r NP = 1 P P r P + P NP r NP P P r P = 1 1 + P NP r NP P P r P 3.61 Rumus Kuznets ini mengekspresikan suatu relasi terbalik antara pertumbuhan pangsa PDB dari pertanian P p r p PDB dan hasil dari rasio pangsa- pangsa sektoral dari PDB P NP P P serta rasio laju pertumbuhan output sektoral r NP r P seperti yang diberikan di persamaan 3.61. Selanjutnya, besarnya setiap perubahan di dalam rasio produk non pertanian terhadap produk pertanian sebagian ditentukan oleh perbedaan dalam laju pertumbuhan sektoral sehingga, ∆P NP P P = P 1 NP P 1 P – P NP P P 3.62