Kebijakan dan Kinerja Agroindustri

42 and Holt 1998 dalam Herjanto 2003 dari studinya menemukan bahwa kontribusi agribisnis dalam PDB di Indonesia mencapai 53 yang lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia, Korea Selatan, Argentina maupun Brazil. Saragih 1996 dalam studi mengenai kontribusi agroindustri dalam perekonomian Indonesia periode 1971-95 dengan pendekatan input-output menemukan bahwa pangsa ekspor meningkat lebih besar dibandingkan dengan impor, sehingga selalu menjadi penghasil surplus devisa. Hal tersebut juga dilakukan oleh Rosa dan Bernadette 2006, dengan menggunakan Tabel input- output 66 sektor tahun 1995 dan 2000 menganalisis keterkaitan menggunakan model keterkaitan ke belakang dan ke depan secara total, dan kinerja diukur dengan efisiensi. Hasil dari penelitian ini, sebagian besar agroindustri mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi namun ke depan rendah. Artinya, pengembangan produk lanjutan dari produk pertanian masih rendah. Komoditi agroindustri selalu mengalami fluktuasi dalam perdagangan internasional seperti diukur dengan nilai indeks comparative advantage. Dalam studi Herjanto 2003 menemukan nilai Revealed Comparative Advantage RCA Indonesia yang meningkat sejak tahun 1971 sampai 1990, dan setelah itu selalu menurun.

2.7.4. Alasan Pemilihan Variabel

Dari uraian tinjauan pustaka pada bagian terdahulu, memberikan dasar rasionalisasi untuk memasukkan variabel dalam model penelitian. Sehingga alasan pemilihan variabel diuraikan sebagai berikut. 43

a. Pentingnya Kebijakan Fiskal Bagi Pembangunan Sektor Pertanian dan Agroindustri

Secara teoretis, Keynes mengemukakan bahwa dampak kebijakan fiskal lebih cepat berpengaruh pada sektor riil termasuk pertanian dan agroindustri melalui transmisi harga yang cepat penyesuaiannya, dan berpengaruh cepat juga kepada keseimbangan makroekonomi Turnovsky, 1981; Romer, 2001. Dalam kasus pembangunan pertanianagroindustri di Indonesia, peran pemerintah masih dipersyaratkan dan diperlukan Alexandrates, 1995; Arifin, 2001; 2004; Tambunan, 2003a; 2003b; Fuglie, 2004; Pakpahan, 2004; Syafa’at, et. al., 2005; Sastrosunarto, 2006; Sa’id dan Dewi, 2006. Peran pemerintah tersebut diwujudkan dalam kebijakan fiskal. Menurut Norton 2004, cakupan kebijakan fiskal tidak hanya menjangkau determinan makro ekonomi pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan stabilitas ekonomi namun juga pada determinan non ekonomi seperti pemerataan, pendidikan dan kesehatan, serta kemiskinan. Analisis pengaruh kebijakan fiskal juga bisa dikembangkan untuk analisis performa sektoral bahkan komoditi. Dalam studi ini dikaji keefektifan pengaruh kebijakan fiskal terhadap kinerja sektor petanian dan agroindustri.

b. Variabel Kebijakan Fiskal

1. Pajak Penghasilan PPh dan Pajak Pertambahan Nilai PPn Studi Hutahaean, et.al. 2002, dan Irawan 2005 menemukan, penerimaan pemerintah dari pajak selama ini signifikan dalam mempengaruhi kinerja kebijakan fiskal di Indonesia non pajak cenderung menurun, sedangkan hibah belum terlalu berpengaruh terhadap kinerja kebijakan fiskal karena ketidakpastian dan ketidakberlanjutannya. Secara lebih spesifik, penerimaan pemerintah dari pajak