4 1 3 1 2 PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA AGROINDUSTRI

291 Ekspor dan impor menentukan neraca perdagangan. Semakin membaiknya neraca perdagangan surplus berarti memberi multiplier pada kegiatan sekunder industri pertanian sebagaimana hasil studi ADB, SEAMEO SEARCA, Crescent, CASER and Ministry of Agriculture RI 2005. Dalam kasus Indonesia, hal itu terjadi jika didorong perubahan pola ekspor dari produksi primer menjadi produk olahan pertanian, perubahan impor pertanian dari impor olahan hasil pertanian menjadi impor barang modal untuk produksi sekunderindustri pertanian. Disamping itu dengan semaksimal mungkin menghindarkan pengembangan industri pertanian yang mempunyai ketergantung bahan dasar dari impor. Besaran dalam persen peran guncangan dari kinerja sektor pertanian dalam mempengaruhi variabilitas kinerja agroindustri relatif besar. Maknanya adalah terdapat keterkaitan yang kuaterat terutama unsur kinerja sektor pertanian yang efektif dalam mempengaruhimendorong kinerja agroindustri meskipun dorongan tersebut direspon lemah sebagaimana temuan pada Bagian 8.4.1. di Tabel 46.

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

9.1. Ringkasan dan Sintesis 1. Dinamika Kebijakan Fiskal Indonesia

Indonesia sebagai negara dengan perekonomian kecil terbuka small open economy , sehingga kebijakan fiskal dipengaruhi oleh guncangan keseimbangan makroekonomi yang bersumber dari dalam maupun dari luar negeri. Relasi keduanya, mewujudkan dinamika fiskal antar waktu sebagai bentuk penyesuaian dalam mencapai keseimbangan. Periodisitas dinamika fiskal selama rentang analisis 1970-2005 meliputi: awal periode 1970an, kebijakan fiskal masih menghadapi upaya rehabilitasi perekonomian sehingga diterapkan fiskal ketat. Sejak krisis minyak dunia tahun 1973, telah terjadi limpahan cadangan internasional sehingga fiskal leluasa untuk intervensi pada pertumbuhan ekonomi. Penerimaan pemerintah didominasi hasil minyak dan utang luar negeri. Mulai periode 1980an, penerimaan dalam negeri bukan minyak semakin meningkat. Sasaran kebijakan fiskal berkembang untuk tujuan: stabilitas ekonomi makro, mengurangi ketergantungan terhadap bantuan luar negeri, dan meningkatkan distribusi pendapatan dan mengurangi ketergantungan terhadap bantuan luar negeri. Belanja pemerintah dikonsentrasikan pada agenda orientasi nasional dengan banyak memberikan fasilitas pengusaha pribumi. Awal periode 1990an, fiskal mengakomodasi lima strategi ekonomi yang secara gradual ditempuh yaitu, reformasi stabilisasi, perpajakan, perdagangan, investasi asing, dan reformasi sektor keuangan. Disisi lain, komersialisasi dan independensi sektor swasta mulai menguat, konglomerasi raksasa berkoneksi 293 dengan pemerintahan. Kondisi ini menghasilkan gelembung pertumbuhan ekonomi yang rapuh. Pada tahun 1997 terjadi anti klimak dengan krisis moneter, menciptakan pertumbuhan ekonomi negatif -13.