4.4 3.7 4.3 KINERJA SEKTOR PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI DI INDONESIA

222 cenderung menurun hingga tahun 2005. Keadaan ini relatif seragam untuk negara- negara kawasan Asia Tenggara juga sebagian besar di Asia lainnya. 6.2.3. Daya Saing Agroindustri Daya saing agroindustri Indonesia sejak tahun 1970 meningkat diatas 1. Menurut Lall and Rao 1993 termasuk dalam continuing comparative advantage, namun pertumbuhannya menurun sampai pertengahan periode 1986-90 dari 134.9 menjadi 48.67. Peningkatan drastis sampai pertengahan periode 1991- 95. Pada saat krisis tahun 1997, penurunan nilai dan pertumbuhannya masih terjadi bahkan lebih rendah dibandingkan dengan penurunan sebelumnya dari 250.78 menjadi negatif 61.60 berlangsung sampai tahun 2005 meskipun mulai tahun 2000 mengalami sedikit pertumbuhan. Selengkapnya disajikan pada Gambar 38. Artinya, krisis ekonomi telah menurunkan nilai dan pertumbuhan daya saing agroindustri. Sumber: Analisis data dari BPS 1970-2006, FAO 2007, dan United Nations 2007 Lampiran 1 Gambar 38. Daya Saing Agroindustri -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 Tahun P er sen 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 In d eks Pertumbuhan 134.09 48.67 -0.70 250.78 -61.60 -42.76 RCA Indeks 0.84 1.96 2.92 2.89 10.16 3.90 2.23 1970-1975 1976-1980 1981-1985 1986-1990 1991-1995 1996-2000 2001-2005 223 Uraian diatas selaras dengan studi World Bank 2007, mengenai daya saing produk industri berbasis pertanian yang difokuskan saat krisis dan setelah krisis moneter tahun 1997 seperti disajikan pada Tabel 36. Dari 63 produk SITC yang distudi hanya 17 memiliki daya saing baik RCA lebih dari 1 pada tahun 1995. Keadaan ini meningkat tipis di tahun 2001 dan pasca krisis menjadi 21 produk. Jika diperbandingkan dengan beberapa kelompok negara sebagaimana hasil studi Tambunan 2003b disajikan pada Tabel 37, diprediksikan pada tahun 2020 daya saing produk pertanian Indonesia didalamnya terkandung produk agoindustri mengalami peningkatan walaupun kecil 1.70 jika dibandingkan dengan tahun 1992 sebesar 1.69. Kenaikan itu masih di atas negara-negara OECD, NICs, bahkan Cina, negara transisi, dan sedang berkembang lainnya kecuali Brazil. Jadi ada optimisme dalam membangun pertanian. Tabel 36. Indeks Daya Saing Produk Industri Berbasis Pertanian Indonesia Indeks Produk 1995 2001 Produk 1995 2001 Perikanan dll. 3.9 3.3 Minyak sayur 5.6 9.7 Kopi, teh, dll. 4.3 4.1 Minyak hewan 8.1 3.5 Tembakau 0.9 1.5 Pupuk 2.0 0.9 Karet mentah 15.9 8.9 Kayu olahan diluar furniture 16.7 9.5 Produk perkayuan 1.1 1.4 Alat telekomunikasi dan perekam suara 1.0 1.3 Pulp dan kertas 2.0 3.2 Furniture dan bagjannya 1.9 2.3 Bijih dan skrap logam 4.6 4.8 Barang-barang perjalanan, tas tangan 0.9 1.6 Batu bara, arang dan briket 5.2 7.0 Kain dan pakaian 2.4 2.7 Minyak dan produk minyak 3.1 1.9 Alaskaki 6.2 4.3 Gas alam dan olahan 15.8 8.0 Minyak sayur 5.6 9.7 Dari total 63 produk - SITC 2 digit: Jumlah produk RCA 1 17 21 produk dengan RCA 1 27 33 Sumber: World Bank 2007, Perhitungan berdasarkan data UNCOMTRADE 224 Tabel 37. Indeks Daya Saing Produk Pertanian Indonesia dan Negara- Negara Lain NegaraKelompok Negara 1992 2020 OECD 0.85 1.12 NICs 0.27 0.49 China 1.55 0.22 India 1.73 0.74 Brazil 2.07 2.20 Indonesia 1.69 1.70 Ekonomi Transisi 1.14 1.29 NSB lainnya 1.87 1.19 Sumber: Tambunan 2003b

VII. PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA SEKTOR PERTANIAN

7.1. Hubungan Kebijakan Fiskal dengan Kinerja Sektor Pertanian

Analisis bagian ini untuk mencapai tujuan penelitian ke dua, mengkaji hubungan kebijakan fiskal dengan kinerja sektor pertanian di Indonesia. Untuk mendapatkan pemaknaan sesuai dengan teori ekonomi pada sistem persamaan VECM dari VAR4, maka hubungan kointegrasi diantara variabel-variabel dalam sistem dibangun dengan melakukan restriksi perilaku jangka panjang dari variabel- variabel endogen berdasarkan metode estimasi ML maximum likelihood. Restriksi menghasilkan delapan persamaan kointegrasi meliputi: sistem persamaan yang menjelaskan kinerja sektor pertanian terdiri dari lima persamaan PDB pertanian [GDPA], penyerapan tenaga kerja sektor pertanian [TKA], ekspor produk pertanian [XA], impor produk pertanian [IMA], dan kesejahteraan petani [WP] disajikan pada Tabel 38, selengkapnya pada Lampiran 8. Sedangkan tiga persamaan lainnya merupakan sistem persamaan yang menjelaskan kinerja agroindustri dibahas pada bagian 8.1. Persamaan regresi kointegrasi 7.1 hingga 7.5 dapat menjelaskan hubungan struktural ekonomi antara variabel-variabel kebijakan fiskal dengan kinerja sektor pertanian sebagai berikut: GDPA t = -0.011 + 0.083PPH t + 0.178PPN t + 0.058EA t – 0.032SP t + 0.084RDA t – 0.180IA t – 0.008DF t + 0.079I t + 0.071KONS t 7.1 TKA t = -0.072 + 0.395PPH t + 0.523PPN t + 0.195EA t + 0.045SP t + 0.281RDA t – 0.464IA t + 0.085DF t + 0.257I t + 0.125KONS t 7.2 226 Tabel 38. Hubungan Jangka Panjang Kebijakan Fiskal dengan Kinerja Sektor Pertanian Cointegrating Eq: DLOG GDPA1 DLOG TKA1 DLOG XA1 DLOG IMA1 DWP1 DLOGPPH1 -0.08286 -0.39489 -0.45769 -0.64578 -0.67463 0.03456 0.10483 0.14183 0.54497 0.21307 [-2.39778] [-3.76705] [-3.22694] [-1.18499] [-3.16631] DLOGPPN1 -0.1782 -0.52292 -0.41051 1.421638 0.509752 0.07132 0.21634 0.29272 1.12469 0.43972 [-2.49882] [-2.41712] [-1.40241] [ 1.26403] [ 1.15926] DLOGEA1 -0.05792 -0.19453 0.947683 3.847074 0.175939 0.02285 0.06933 0.09380 0.36042 0.14092 [-2.53434] [-2.80584] [ 10.1027] [ 10.6737] [ 1.24854] DLOGSP_1 0.032179 -0.04494 -0.17445 -0.95171 -0.02014 0.01424 0.04320 0.05846 0.22461 0.08782 [ 2.25940] [-1.04006] [-2.98415] [-4.23717] [-0.22938] DLOGRDA1 -0.08414 -0.28105 0.31809 1.368473 0.751309 0.02709 0.08218 0.11119 0.42723 0.16703 [-3.10581] [-3.42001] [ 2.86074] [ 3.20315] [ 4.49794] DLOGIA1 0.180211