Penelitian dan Pengembangan Sektor Pertanian

28 pengembagan RD pertanian juga menyumbang situasi bottleneck kritis dari produksi pertanian di Indonesia Simatupang, et.al., 2004. 2.5. Kinerja Sektor Pertanian

2.5.1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian

Martin and Warr 1992, 1993 dalam analisis dinamis perilaku sektor pertanian menyimpulkan; secara teoretis atribut yang menyumbang penurunan pertumbuhan sektor pertanian di dunia ada tiga pokok yaitu: penurunan harga produk pertanian, perbedaan tingkat perubahan teknologi, dan perubahan relatif dalam faktor anugerah endowments. Hal itu dibuktikan berdasarkan analisis nonlinier dengan pendekatan error correction model ECM. Di negara berkembang juga Indonesia, persoalan teknologi yang stagnan telah berlangsung puluhan tahun. Bias sektor pertanian juga menyumbang penurunan pertumbuhan sektor pertanian. Hal itu juga dialami di Thailand walau tidak separah Indonesia, dimana perubahan struktural dalam sektor pertanian tanpa disertai akumulasi kapital. Hal itu berdampak kepada lemahnya daya dorong tenaga kerja untuk keluar pertanian dan daya tarik sektor non petanian. Akumulasi dari itu sangat nyata dalam penciptaan penurunan nilai tambah pertanian, yang berakibat pada penurunan pangsa pada PDB. Dampak lebih panjang lagi misalnya kemiskinan, kerawanan, dan perbaikan kualitas sumberdaya manusia secara keseluruhan. Hasil studi tersebut juga menemukan bahwa kebijakan sektor petanian belum cukup untuk “menyerap” angkatan kerja pedesaan yang jumlahnya hampir 60 dari keseluruhan. Sehingga dibutuhkan kebijakan yang memperhatikan rantai sebab akibat yang selama ini kurang diperhatikan yaitu faktor anugerah, teknologi, angkatan kerja dan persoalan riil ekonomi. 29

2.5.2. Produktivitas Produk Pertanian

Selama pertengahan abad ke 20 peningkatan output pertanian terutama karena perluasan lahan yang ditanami; yang dominan menyumbang pertumbuhan sektor pertanian di sebagian besar dunia Hayami and Ruttan, 1985. Kemudian di akhir abad 20 terjadi transisi ekstensifikasi menjadi intensifikasi pertanian karena pengaruh keterbatasan lahan dan tekanan penduduk yang semakin besar. Dengan intensifikasi pertanian terbukti memberikan kontribusi nyata pada pengurangan kemiskinan, keamanan pangan dan pertumbuhan disebagian besar negara-negara didunia, termasuk Indonesia Fuglie, 2004. Pengukuran kinerja sektor pertanian kemudian berkembang dengan metode total factor productivity TFP yang merupakan pendekatan nilai rasio antara indeks output dengan indeks input sebagai ukuran kinerja intensifikasi. Metode itu telah dilakukan di tiga negara pertanian besar di Asia yaitu India Fan, et.al., 1999, China Fan and Zhang, 2002 dan Indonesia Fuglie, 2004. Di Cina TFP telah menumbuhkan produksi pertanian sebesar 6, sedang di India sebesar 70. Kasus Indonesia selama periode 1960-2000an telah terjadi peningkatan yang cepat dalam laju pertumbuhan input dan pelambatan dalam laju pertumbuhan output. Pertumbuhan perluasan lahan sebesar 2 per tahun terutama di luar Jawa. Lahan beririgasi tumbuh 1.8 per tahun. Tenaga kerja pertanian juga bertumbuh sekitar 1 per tahun. Pada periode tersebut pertumbuhan tenaga kerja yang keluar dari sektor pertanian lebih dari 1. Input machinary dan pupuk kimia tumbuh lebih dari 10 per tahun, pada situasi penurunan subsidi pupuk hingga 50. Namun, rata- rata agregat faktor input justru menurun sekitar 4 per tahun.