200 17 jauh di atas ekspor yang turun menjadi 12. Bahkan alokasi investasi
pertanian menurun tinggal 0.7 untuk subsidi dan 10.4 untuk pertanian-irigasi. Pada masa revitalisasi pertanian 2004-6 pertumbuhan pertanian menurun
kembali menjadi 2.27. Bahkan produktivitas tumbuh negatif 0.30. Penurunan juga terjadi pada pangsa perekonomian menjadi 14.54 dan tenaga kerja menjadi
44. Impor pertanian semakin keras menggempur meminjam istilah Sawit, 2008 neraca perdagangan pertanian. Jadi saat periode revitalisasi malah ditandai kinerja
pertanian yang bertendensi menurun, impor produk pertanian semakin meningkat dan produktivitas pertanian tumbuh negatif.
Dari gambar dan tabel tersebut secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja sektor pertanian sejak pembangunan Indonesia dilakukan sampai pasca krisis
hingga dicanangkan kembali revitalisasi pertanian tahun 2004 secara konsisten menurun. Hal ini sejalan dengan temuan studi yang dilakukan Arndt 1973, Hill
1996, Mubyarto 2000, Salim dalam Soetrisno 2005. Tinjauan terhadap struktur PDB pertanian diperbandingkan dengan sektor
lainnya disajikan pada Tabel 24. Sejak tahun 1970 sampai krisis 1997, pangsa PDB pertanian non kehutanan menurun konsisten dari 37.90 menjadi 13.20. Sampai
masa pemulihan krisis tahun 2005 pangsa PDB relatif stagnan, sebesar 13.74. Sebaliknya sektor lainnya mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan
yang tinggi. Manufaktur adalah sektor yang tumbuh paling pesat dari 7.70 pada tahun 1970 menjadi 25.10 dimasa krisis 1997 dan berlanjut menjadi 28.30 di
tahun 2005.
201 Tabel 24. Struktur PDB Indonesia Menurut Sektor
Pelita I
Pelita II
Pelita V
Pelita VI Pemulihan
Krisis
Sektor
1970 1979
1989 1994 1995 1996 1997 2000 2005
Tanaman Pangan 25.60
17.00 12.90 8.90 8.60 8.10 7.50 7.91 7.80
Tanaman Perkebunan 7.30
3.50 3.40 2.70 2.60 2.50 2.40 2.53 2.50
Peternakan 3.20 1.60
2.10 1.80 1.80 1.70 1.70 1.79 1.77
Perikanan 1.90 1.40
1.60 1.60 1.50 1.50 1.50 1.58 1.56
Kehutanan 1.20 2.70
0.90 1.80 1.60 1.60 1.60 1.69 1.66
Pertanian Non Kehutanan 37.90 23.50 20.00
14.90 14.50 13.90 13.20 13.91 13.74
Pertanian dan Kehutanan 39.10 26.20 20.90
16.70 16.10 15.40 14.80 15.60 15.40
Manufaktur 7.70 10.70
19.70 23.30 23.90 24.70 25.10 27.70 28.30
Tambang dan Galian 16.70
18.10 10.80 9.40 9.30 9.10 8.90
12.10 8.50 Perd, Hotel dan Restoran
14.20 15.90
16.70 16.80 16.70 16.80 16.90 16.20 16.20 Transportasi dan
Komunikasi 3.60 6.00 6.40
7.10 7.10 7.20 7.40 4.70 6.10
Konstruksi, listrik, gas dan air
3.00 6.50 6.50 8.30
8.70 9.10 9.30 6.10 6.80 Lainnya 15.70
16.60 19.00
18.40 18.20 17.70 17.60 17.60 18.70 Total
PDB 100
100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: Tahun 1969-1997, Asian Productivity Organization 2002 berbasis data dari BPS, harga konstan tahun 1993 diolah. Tahun 2000-5, Asian
Development Bank 2007 harga konstan tahun 1993, dan BPS diolah.
6.1.2. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Pada Gambar 29 diketahui perkembangan penyerapan tenaga kerja pertanian. Meskipun ada sedikit perbedaan angka dengan penyerapan tenaga kerja
pertanian pada Tabel 23 karena tidak memasukkan subsektor kehutanan, namun memiliki tren yang sama. Pada tahun 1970-75 sektor pertanian masih menyerap
tenaga kerja sebesar 74.14 dari angkatan kerja. Sampai masa krisis kemampuan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian menurun menjadi 36.26 1996-2000,
dan konsisten sampai masa pemulihan tahun 2005 tinggal 35.27. Angka tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan kesempatan kerja masing-masing
dari 79.57 di tahun 1970-75, menjadi 38.54 di masa krisis 1996-2000 dan sedikit meningkat menjadi 38.69 2001-5. Artinya pasca krisis terjadi penurunan
202 kesempatan kerja secara keseluruhan, namun pertanian relatif stabil dalam
penyerapan tenaga kerja.
Keterangan: Tidak termsasuk subsektor kehutanan Sumber: Analisis data BPS, 1970-2006 Lampiran 1
Gambar 29. Pangsa Tenaga Kerja Pertanian terhadap Populasi, Angkatan Kerja, dan Kesempatan Kerja di Indonesia
Pendalaman mengenai struktur perubahan jenis pekerjaan di sektor pertanian disajikan pada Tabel 25. Dari tabel tersebut diketahui bahwa, pada periode 1980an
sampai 1997 krisis ekonomi petani gurem mengalami peningkatan, dari 15.2 menjadi 18.89 namun setelah krisis 2004 menurun menjadi 10.63.
Peningkatan konsisten terjadi pada buruh tani mulai periode 1980an sebesar 9.38 menjadi 16.14 di tahun 2004. Artinya, bisa jadi petani gurem benar-benar terlepas
dari akses usahataninya kemudian menjadi buruh tani. Kenaikan juga terjadi pada petani keluarga, namun tenaga kerja tani dari keluarga cenderung menurun 42.2
menjadi 32.19. Artinya, anggota keluarga petani cenderung tidak lagi bekerja di lahan pertanian keluarga atau meninggalkan pertanian.
Persentase Tenaga Kerja Pertanian
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
Tahun Pe
rs e
n
Terhadap Populasi 25.12
23.96 23.49
24.10 21.55
16.68 19.42
Terhadap Angkatan Kerja 74.14
66.19 61.24
56.93 49.75
36.26 35.27
Terhadap Permintaan Tenaga Kerja 79.57
70.57 62.99
58.48 51.38
38.54 38.69
1970-1975 1976-1980
1981-1985 1986-1990
1991-1995 1996-2000
2001-2005