282 output masing-masing berkisar 0.58 dan 0.34 serta daya saing agroindustri
berkisar 0.17.
Keterangan: Skala absis adalah triwulan
Gambar 58. Respon shocks pada Tenaga Kerja Pertanian TKA terhadap Nilai Tambah Input NTI, Nilai Tambah Output NTO dan
Daya Saing Agroindustri DSA Dalam jangka panjang, guncangan pada penyerapan tenaga pertanian,
menurunkan nilai tambah input, output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 0.55, 0.31, dan 0.81. Masing-masing konvergen mulai triwulan ke
34, 38 dan 34. Guncangan pada penyerapan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh negatif dalam meningkatkan kinerja agroindustri. Sehingga kapasitas
sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja secara konsisten diperlukan untuk
-.012 -.010
-.008 -.006
-.004 -.002
.000 .001
10 20
30 40
50 60
a. R
esp on T
er h
adap N
T I
-.007 -.006
-.005 -.004
-.003 -.002
-.001 .000
10 20
30 40
50 60
b. R
espon T
er ha
dap N
T O
-.03 .02
-.02 -.01
.00 .01
10 20
30 40
50 60
c. R
e sp
on Te
rh ad
ap D
S A
Response to Cholesky One S.D. Innovations of TKA
283 mendorong kinerja agroindustri. Fenomena angkatan kerja pedesaan yang semakin
besar meninggalkan sektor pertanian hasil studi Kasryno, 2006 dalam hal ini juga sangat merugikan kinerja agroindustri.
3. Respon atas Perubahan Ekspor Produk Pertanian
Awal guncangan ekspor produk pertanian sebagaimana disajikan pada Gambar 59 dan Lampiran 9C.9.21, terjadi kenaikan nilai tambah input, nilai
tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 1.62, 1.97 dan 4.15.
.024
Keterangan: Skala absis adalah triwulan Gambar 59. Respon shocks pada Ekspor Produk Pertanian XA terhadap
Nilai Tambah Input NTI, Nilai Tambah Output NTO dan Daya Saing Agroindustri DSA
.012 .014
.016 .018
.020 .022
10 20
30 40
50 60
a .
R espon
Te rhad
ap N T
I
.004 .008
.012 .016
.020
10 20
30 40
50 60
b. R
espo n Te
rhad ap
N T
O
.01 .09
.02 .03
.04 .05
.06 .07
.08
10 20
30 40
50 60
c. Re
spon Terhada
p D
S A
Response to Cholesky One S.D. Innovations of XA
284 Dalam jangka panjang, guncangan ekspor produk pertanian menaikkan nilai
tambah input, nilai tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 1.66, 1.41, dan 4.74 konvergen mulai triwulan ke 36, 30 dan 27.
Berarti, perubahan ekspor produk pertanian direspon kenaikan dalam seluruh aspek kinerja agroindustri. Hal ini terjadi karena selama ini ekspor produk pertanian lebih
dominan pada produk pertanian primer
6
sehingga perubahan struktur ekspor dari ekspor primer menjadi produk sekunder akan cepat menarikmeningkatkan kinerja
agroindustri.
4. Respon atas Perubahan Impor Produk Pertanian
Awal guncangan impor produk pertanian sebagaimana disajikan pada Gambar 60 dan Lampiran 9C.9.22, terjadi penurunan nilai tambah input, nilai
tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing berkisar 1.00, 0.97 dan 2.19.
Dalam jangka panjang, guncangan impor produk pertanian menurunkan nilai tambah input, nilai tambah output dan daya saing agroindustri masing-masing
berkisar 1.34, 1.07, dan 2.90 masing-masing konvergen mulai triwulan ke 20, 30, dan 28. Berarti respon impor produk pertanian berkebalikan dengan ekspor
produk pertanian. Impor produk pertanian sebagian besar merupakan olahan atau produk sekunder pertanian
6
, bukan barang modal untuk peningkatan aktivitas pengolahanindustri pertanian. Inilah bukti semakin nyata dari pernyataan Sawit
2008 bahwa pertanianproduk olahan industri pertanian mendapat serbuan dari impor produk pertanian, sehingga menurunkan kinerja agroindustri.
6
Diskusi Pakar dengan Dr. Noer Sutrisno, MA; Prof.Dr.Ir. Rudi Wibowo, MS; Dr.Husain Sawit, M.Sc; Dr.Ir. Djafar Hafsah; dan Dr.Ir. Bayu Krisna Murti, MS; Dr. Ir. Iwantono, tanggal 26 Juli
2007 di Jakarta.