Keseimbangan Fiskal Kebijakan Fiskal

77 Defisit anggaran ditentukan oleh selisih tingkat suku bunga domestik dan suku bunga luar negeri yang menentukan arus kapital, beban utang pemerintah yang menentukan besarnya cicilan dan bunga utang, dan neraca pembayaran. Secara agregat defisit anggaran D merupakan fungsi dari suku bunga domestik r, tingkat suku bunga dunia r, utang pemerintah B, dan penerimaan pemerintah R. Sehingga fungsi defisit anggaran dapat dituliskan sebagai berikut: D = dr,r,B,R 3.28 Komponen fiskal meliputi variabel-variabel: pengeluaran, penerimaan pajak, defisit, utang, dan obligasi pemerintah domestik dan luar negeri sebagai sumber pembiayaan tambahan bagi pemerintah. Alternatif pembiayaan melalui pencetakan uang tidak diperhitungkan sebagai sumber pembiayaan. Hal ini didasarkan pada kenyataan mengenai posisi independent bank sentral. Akibatnya pemerintah tidak bisa mencetak uang untuk menutup gap dalam anggarannya. 3.1.8. Utang Pemerintah Jika pengeluaran melampaui penerimaan maka kebijakan fiskal akan berkaitan dengan aspek pinjamanutang Subiyantoro dan Riphat, 2004. Langkah paling lazim dalam menutup defisit anggaran pemerintah D adalah dengan utang, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. The law of motion dari utang pemerintah, seperti dikemukakan oleh Cohen 2002 dalam Soelistyaningsih 2005: D t = 1+rD t-1 + G t – T t 3.29 dimana: G t – T t = primary balance deficit, D t-1 + G t – T t = overall balance deficit. 78 Dalam bentuk Present Value, persamaan 3.29 dibagi dengan discount factor 11+r t sehingga menjadi: 3.30 1 1 1 1 1 r T G D D − + = r r t t t t t t t + + + − − Jika inisial time t=0, maka perolehan masa depan adalah: 3.31 ∑ − = = t + + = − + t t t t r T G r 1 1 1 1 t t D D r Dengan persamaan tersebut di atas, maka meningkatnya utang secara PV adalah penjumlahan dari PV defisit utama present value of the primary deficit. Jika t tak terhingga, maka persamaan tersebut akan menjadi: 3.32 ∑ ∞ − = = lim + + = − ∞ → + 1 1 1 1 t t t t t t t r T r D D D r Utang pemerintah solvent apabila persamaan sisi kiri menuju nol, disebut transversality condition. Kondisi ini menyatakan bahwa PV utang pemerintah jangka panjang akan menuju nol dan solvent, sehingga: 3.33 ∑ ∑ + = t t t t t t D + + = − = + 1 1 1 1 r r r ∞ ∞ G T Pada kasus dimana perekonomian tumbuh, pajak menjadi salah satu sumber penggerak perekonomian yang bersifat eksogen, dinyatakan: T t = T 1+n t 3.34 dimana n adalah pertumbuhan ekonomi. Diasumsikan suku bunga r lebih tinggi dibandingkan n rn, dan pertumbuhan ekonomi dipicu oleh pengeluaran pemerintah yang tumbuh sebesar n. G t = G 1+n t 3.35 Melalui persamaan 3.35, maka PV dari primary deficit adalah: 3.36 n r r G T G r T t t t + + = 1 t − − = − ∑ ∞ 1 79 Utang pemerintah dikatakan solvent, jika dan hanya jika: 3.37 1 n r G T D − ≤ − − Maka primary surplus dari anggaran pemerintah akan sama dengan: T t -G t ≥ r-nD t-1 3.38 dan, D t = 1+nD t-1 3.39 Persamaan 3.38 dan 3.39 memberikan implikasi: 3.40 lim = ⎟ ⎞ = n D 1 1 lim 1 ⎠ ⎜ ⎝ ⎛ + + ∞ → ∞ → + t t t t t r r D Kondisi solvency tidak berarti bahwa utang harus distabilkan. Utang tumbuh secara tak terhingga, tetapi utang seharusnya tumbuh tidak lebih cepat dari penerimaan pajak. Dengan kata lain, rasio utang terhadap pajak seharusnya ada batas atasnya.

3.1.9. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal antar tingkat pemerintahan menggambarkan hubungan keuangan financial relations diantara berbagai tingkat pemerintahan, yang meliputi berbagai aktivitas keuangan pemerintah seperti perpajakan, pengeluaran, pinjaman, subsidi, transfer dan hibah. Transfer fiskal antar tingkat pemerintahan intergovernmental fiscal transfers terdiri atas hibah grants, dan bagi hasil revenue-sharing merupakan sumber penerimaan yang dominan bagi tingkat pemerintah daerah di banyak negara sedang berkembang Litvack, et.al., 1998 dalam Nanga, 2006. Tiga peran potensial dari hibah grants yaitu, 1 internalisasi spillover benefits terhadap yurisdiksi lain, 2 pemerataan equalization fiskal antar yurisdiksi, dan 3 meningkatkanmemperbaiki sistem pajak secara menyeluruh. Hibah dapat dibedakan ke dalam dua bentuk utama Oates, 1999, yaitu hibah atau bantuan bersyarat conditional grants dan hibah tak bersyarat 80 unconditional grants. Bantuan bersyarat atau bantuan khusus specific grants adalah bantuan yang memiliki persyaratan tertentu yang terkait di dalam bantuan tersebut, dan diberikan untuk mendorong pemerintah daerah dalam menambah barang dan jasa publik tertentu. Dalam kasus bantuan khusus ini, pemerintah daerah tidak memiliki kebebasan dalam pengalokasian dana karena penggunaan dana tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Bantuan tak bersyarat atau bantuan blok block grant adalah jenis bantuan yang tidak dikaitkan dengan program pengeluaran tertentu, dalam kasus Indonesia diistilahkan dana alokasi umum DAU. Ciri khusus yang menjadi kekuatan jenis bantuan ini adalah dapat meningkatkan sumberdaya lokal dan sekaligus mempertahankan pilihan fiskal yang ada dalam kewenangan pemerintah daerah. Dalam kasus bantuan blok ini, pemerintah daerah memiliki keleluasan dalam mengalokasikan dana yang diterima ke dalam berbagai kemungkinan pengeluaran yang sesuai dengan pilihan dan kepentingan daerah yang bersangkutan. Pengaruh atau dampak dari masing-masing bantuan tersebut dijelaskan pada Gambar 5 dan 6. Dalam Gambar 5 dan 6 posisi pemerintah daerah sebelum ada bantuan grant ditunjukkan titik E dan jumlah barang G dan H yang dikonsumsi masing-masing adalah G 1 dan H 1 . Apabila ada bantuan dari pemerintah pusat dalam bentuk block grant, maka garis anggaran budget line dalam Gambar 5 akan bergeser dari AB menjadi CD, posisi pemerintah Daerah sekarang berada di titik F dan jumlah barang G dan H yang dikonsumsi menjadi G 2 dan H 2 . Konsumsi pemerintah daerah baik untuk barang G maupun H meningkat dan hal ini menunjukkan pula bahwa kepuasan dari pemerintah bertambah karena berada pada indifference curve yang lebih tinggi yaitu I 2 dimana I 2 I 1 .