Kinerja Agroindustri TINJAUAN PUSTAKA

35 tahun 1998, sektor agroindustri menyumbang 17.56 dari kontribusi sektor industri pengolahan non-migas Santoso, 1999. Periode berikutnya, kontribusi dari sektor agroindustri, selama periode 1999-2005 secara rata-rata mencapai 26. Dengan demikian jika dijumlahkan total kontribusi sektor agribisnis dan agroindustri serta elemen-elemen terkaitnya, dapat mencapai kisaran 42-46 dari total kontribusi sektor ekonomi Indonesia. Hal itu diperkirakan akan mampu mendorong pertumbuhan produksi, sekaligus nilai tambah sub sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Perkembangan ekspor dan impor agroindustri serta elemen terkaitnya di Indonesia selama periode 2002-5 menunjukkan, neraca ekspor tertinggi produk perkebunan dari pelaku agroindustri besar berupa minyak dan lemak nabati yang sebagian besar merupakan produk CPO. Selain itu, komoditas dan produk ikan, kerang-kerangan, moluska dan olahannya juga menjadi kelompok produk yang menyumbangkan devisa cukup nyata bagi Indonesia selama ini Sa’id dan Febriyanti , 2005. 2.7. Studi-Studi Terdahulu 2.7.1. Peran Fiskal dalam Perekonomian Negara Seperti diuraikan pada awal Bab II bahwa peran pemerintah selalu dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara. Peran pemerintah tersebut diekspresikan dalam bentuk intervensi fiskal, dimana argumen teoretisnya karena ketidaksempurnaan pasar, eksternalitas, skala ekonomi, resiko dan ketidakpastian, distorsi, dan distribusi Pogue and Sgontz, 1978; Boadway, 1979; Cullis and Jones, 1992; Myles, 1997; Stiglitz, 2000; Rosen, 2005. 36 Banyak studi mengenai fiskal kaitannya dengan perekonomian suatu negara di dunia dengan berbagai model analisis diantaranya adalah, Gupta 1997 melakukan studi mengenai perilaku fiskal dengan model solusi dan instrumen internasional, yang dapat menjelaskan aplikasi model Haller bagi pengaruh eksternal dalam perilaku fiskal di India. Bradley and Whelan 1997 dengan model simulasi melakukan studi mengani dampak eksternal dari kontraksi fiskal di Irlandia dalam perekonomian kecil Eropa. Tuijl and Kolnaar, 1997 dengan model dua negara dapat menjelaskan dengan baik kebijakan fiskal dan keuangan publik dalam perekonomian di Eropa. Peran investasi pemerintah dan belanja publik akan mempengaruhi keunggulan ekonomi antar negara dan dalam jangka panjang tergantung pada elastisitas produksi dan faktor kongesti. Zalmu 1998 menggunakan makro-ekonometri untuk memberi pertimbangan dasar dalam suatu keputusan kebijakan publik dengan kasus Belanda. Gabungan antara teori, hipotesis, fakta dan ketrampilan pemutus kebijakan adalah syarat keberhasilan kebijakan. Terkait dengan itu, Hal and Rae 1998 dengan NBNZ-DEMONZ macroeconometric model dapat menjelaskan dengan baik mengenai ekspansi fiskal kaitannya dengan kebijakan moneter, tingkat bunga premia, dan tingkat upah di New Zealand. Makrydakisa, et.al. 1999 dengan model conventional unit-root test, mampu menjelaskan perubahan regim policy dalam kebijakan fiskal sustainability dalam jangka panjang di Yunani. Mitchell, et.al. 2000 dengan model MSG2, MULTIMOD dan NIGEM menjelaskan prinsip dan aplikasi aturan kebijakan fiskal dalam model makro