71 Tingkat belanja negara yang memadai ditentukan oleh penerimaan dan
defisit anggaran yang harus dibiayainya. Jika peningkatan pengeluaran pemerintah tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan pajak maka akan menyebabkan
defisit fiskal yang lebih besar. Langkah selanjutnya adalah mencari sumber pendanaan untuk menutup defisit melalui: a pinjaman dari sektor swasta, b
mencetak uang money creation dan c pinjaman dari luar negeri. Selain itu, masih ada sumber pembiayaan lainnya, yaitu : 1 pengurangan simpanan devisa dapat
menyebabkan krisis nilai tukar, 2 penjualan aset negara privatisasi, dan 3 akumulasi tunggakan arrears. Untuk menutup defisit umumnya dilakukan dengan
kombinasi antara berbagai sumber pendanaan tersebut.
Alternatif pendekatan yang digunakan untuk melihat kedua masalah tersebut melalui the economys saving-investment balance, persamaannya ditulis:
T- Cg-Ig = Sp -Ip + M-X 3.17
dimana: T
= tax revenue penerimaan pajak, Cg
= government consumption konsumsi pemerintah, Ig
= government investment investasi pemerintah, Sp
= private saving tabungan swasta, Ip
= private investment investasi swasta, M =
impor, X = ekspor, dan
M - X menggambarkan external current account defisit. Melalui pendekatan ini terlihat bahwa defisit fiskal sama dengan jumlah saving-
investment gap dari sektor swasta ditambah external current account deficit.
72 Selanjutnya bila pendekatan pertama 3.16 dan kedua 3.17 digabungkan,
diperoleh persamaan sebagai berikut. Sp - Ip = Bgp +
∆H- Bpf 3.18
M - X = Bgf + Bpf 3.19
dimana: Bpf = utang swasta private sector borrowing dari sumber luar negeri. Persamaan 3.18 menyatakan bahwa kelebihan tabungan sektor swasta
sama dengan uang yang dipinjamkan kepada pemerintah dan uang yang dipegangnya sendiri dikurangi dengan utang luar negerinya. Sedangkan persamaan
3.19 menyatakan bahwa external current account deficit dibiayai dari utang luar negeri pemerintah dan utang luar negeri sektor swasta, yang bersumber dari foreign
saving. Dengan mensubstitusikan persamaan 3.18 dan 3.19 kedalam persamaan 3.17 akan menghasilkan persamaan 3.16.
3.1.4. Pengeluaran Pemerintah Sektoral
Selain klasifikasi anggaran ke dalam belanja rutin dan pengeluaran pembangunan klasifikasi ekonomi, yang lebih lazim dan dikenal sesuai dengan
klasifikasi internasional adalah klasifikasi berdasarkan sektoral. Sampai saat ini, secara sektoral APBN mengklasifikasikan belanja negara ke dalam 20 sektor.
Sementara itu, IMF melalui format GFS Government Finance Statistic terbaru telah mengembangkan konsep klasifikasi belanja negara. Tujuan konsep tersebut
untuk membantu menunjukkan sifat, komposisi dan dampak dari penerimaan, hibah, pengeluaran, pinjaman bersih, pembiayaan dan utang, serta transaksi
keuangan pemerintah yang dikelompokkan berdasarkan jenis kegiatannya. Dalam kaitannya dengan belanja negara, di dalam konsep GFS, pengeluaran pemerintah
pusat diklasifikasikan berdasarkan sifat ekonomi dan berdasarkan fungsi.
73 Secara ekonomis, pengeluaran dikelompokkan menjadi pengeluaran lancar
rutin dan pengeluaran modal pembangunan. Dalam hal ini, pembagian sektor- sektor ekonomi dititikberatkan pada bagaimana seluruh kegiatan ekonomi dalam
suatu negara dapat dibagi menurut bagian-bagiannya, dan sejauhmana pembagian tersebut sesuai dengan struktur ekonomi yang diterapkan di negara yang
bersangkutan. Sedangkan secara fungsional, pengeluaran dan pinjaman bersih dikelompokkan sesuai dengan tujuan pokok atau fungsi untuk sektor mana mereka
dibentuk, apakah untuk pertahanan, pendidikan, pertanian, dan lain sebagainya.
3.1.5. Subsidi
Norton 2002 mengemukakan bahwa di negara berkembang, subsidi khususnya pertanian penting sebagai instrumen fiskal untuk mendorong
produktivitas dan peningkatan kesejahteraan petani. Subsidi adalah bentuk transfer pemerintah yang efisien sekaligus sebagai alat redistribusi kesejahteraan antar
penduduk dan antar produsen dan konsumen. Inilah pokok pentingnya subsidi, sehingga pada perekonomian majupun masih menggunakan instrumen subsidi dari
pemerintah untuk sektor swasta. Dampak dari subsidi pemerintah s dapat dilihat pada Gambar 4 Stiglitz,
2000. Gambaran kurva penawaran produk pertanian dalam jangka pendek SR Gambar 4.a diasumsikan sangat tidak elastis karena memproduksi produk
pertanian membutuhkan waktu yang panjang bahkan musiman. Jika pemerintah membayar agregat subsidi untuk produk pertanian, dampaknya adalah terjadi
peningkatan permintaan produk pertanian kurva permintaan bergeser ke kanan atas. Dampaknya harga produk pertanian naik, tetapi kenyataannya petani hampir
tidak bisa meningkatkan produksinya.