Curah hujan Kondisi Iklim 1. Tipe Iklim

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 39 Gambar 3.1. Peta wilayah hujan di Provinsi NTB: a Pulau Lombok dan sekitar- nya dan b Pulau Sumbawa dan sekitarnya Balitklimat, 2003 Pola curah hujan IA dicirikan oleh total curah hujan kurang dari 1000 mm tahun -1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan -1 selama 7-10 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan -1 kurang dari 4 bulan; curah hujan 150-200 mm bulan -1 kurang dari 3 bulan dan curah hujan di atas 200 mm bulan -1 kurang dari 2 bulan. Pola curah hujan IA sebagian besar tersebar di bagian utara Pulau Sumbawa, yaitu pantai utara Kabupaten Sumbawa Besar, Pulau Moyo, sepanjang pantai utara, timur dan selatan Kabupaten Bima. b a Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 40 Pola curah hujan IIA dicirikan oleh total curah hujan 1000 – 2000 mm tahun -1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bul -1 selama 5-8 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan -1 kurang dari 3 bulan, curah hujan 150-200 mm bulan -1 kurang dari 2 bulan dan curah hujan lebih dari 200 mm bulan -1 selama kurang dari 4 bulan. Pola curah hujan IIA, tersebar di bagian selatan dan bagian utara Pulau Lombok serta seluruh wilayah Pulau Sumbawa di luar pola curah hujan IA. Pola curah hujan IIC dicirikan oleh total curah hujan 1000 – 2000 mm tahun -1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan -1 selama 5 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan -1 kurang dari 5 bulan, curah hujan 150-200 mm bulan -1 kurang dari 6 bulan dan curah hujan lebih dari 200 mm bulan -1 selama kurang dari 5 bulan. Pola curah hujan IIC, tersebar di bagian tengah Pulau Lombok, mulai dari wilayah Narmada, Bonjeruk, Batukliang, dan Aikmel. Pola curah hujan IIIA termasuk tipe iklim basah yang dicirikan oleh total curah hujan 2000 – 3000 mm tahun -1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan -1 kurang dari 6 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan -1 kurang dari 4 bulan, curah hujan 150-200 mm bulan -1 kurang dari 5 bulan dan curah hujan di atas 200 mm bulan -1 selama kurang dari 6 bulan. Pola curah hujan IIIA, tersebar di wilayah sekitar Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Pola curah hujan IIIC termasuk tipe iklim basah yang dicirikan oleh total curah hujan 2000 – 3000 mm tahun -1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan -1 kurang dari 4 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan -1 kurang dari 4 bulan, curah hujan 150-200 mm bulan -1 kurang dari 5 bulan dan curah hujan di atas 200 mm bulan -1 selama 6-8 bulan. Pola curah hujan IIIC, tersebar di sekitar Gunung Rinjani, bagian utara Pulau Lombok. Menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson, NTB tergolong wilayah dengan tipe hujan C, D dan F, sedangkan menurut Koppen NTB termasuk wilayah dengan tipe iklim Aw, yaitu tipe iklim hujan tropis dengan curah hujan bulan terkering kurang dari 60 mm bulan -1 selama 6-9 bulan dan curah hujan tahunan kurang dari 2.500 mm tahun -1 . Menurut peta Agroklimat Pulau Bali, NTB dan NTT yang disusun berdasarkan jumlah bulan basah curah hujan kurang 200 mm bulan -1 dan jumlah bulan kering curah hujan kurang dari 100 mm bulan -1 , maka NTB tergolong wilayah dengan zona agroklimat C3, D4 dan E4 Oldeman et al., 1988. Zone C3 dicirikan bulan basah 3-6 bulan, dan bulan kering 4-6 bulan. Zona D4 Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 41 dicirikan bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering 5-6 bulan, sedangkan zona E4 dicirikan bulan basah kurang dari 3 bulan dan bulan kering kurang dari 6 bulan. Curah hujan tahunan selama 22 tahun 1987-2008 di Pulau Lombok yang bersumber dari sembilan stasiun yang mewakili wilayah utara, tengah, dan selatan Pulau Lombok, ditunjukkan pada Gambar 3.2. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 Tahun C u ra h H u ja n m m t h Min Max Rerata Stasiun: Santong, Keru, Kuripan, Mantang, Janapria Sengkol, Prian, Pringgabaya dan Sapit Gambar 3.2. Curah hujan tahunan di Pulau Lombok 1987-2008 Sumber: BMKG, St. Klimatologi Kedri, NTB 2009 Curah hujan tahunan selama 22 tahun 1987-2008 di Pulau Sumbawa yang bersumber dari enam stasiun yang mewakili wilayah barat, tengah, dan timur Pulau Sumbawa, ditunjukkan pada Gambar 3.3. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 Tahun C u ra h H u ja n m m t h Min Max Rerata Stasiun: Tepas, Taliw ang, Semongkat, Utan Rhee, Rasanae, dan Sape Gambar 3.3. Curah hujan tahunan di Pulau Sumbawa 1987-2008 Sumber: BMKG, St. Klimatologi Kediri NTB, 2009 Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 42 Gambar 3.2 dan 3.3 memperlihatkan kondisi curah hujan yang sangat berbeda antara Pulau Lombok dan Sumbawa. Curah hujan tahunan di Pulau Lombok relatif lebih tinggi di bandingkan dengan di Pulau Sumbawa. Curah hujan tertinggi di Pulau Lombok terjadi pada tahun 1989 dan tahun 1999 dan terendah terjadi pada tahun 1987, 1994 dan 2004, 2005. Curah hujan tertinggi di Pulau Sumbawa terjadi pada tahun 2000 dan 2008, terendah pada tahun 1994. Gejala El Nino berpengaruh terhadap intensitas hujan di NTB. Rata-rata hari hujan dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 4 – 11 hari bulan -1 . Curah hujan rata-rata antara 53 - 277 mm bulan -1 . Bulan kering curah hujan kurang dari 60 mm bulan -1 terjadi selama 4-5 bulan, yaitu mulai bulan Mei sampai dengan bulan September, sedangkan bulan basah curah hujan di atas 200 mm bulan -1 terjadi selama 5 bulan, yaitu mulai Nopember sampai dengan Maret.

3.2.3. Suhu

Provinsi NTB termasuk salah satu wilayah yang menghadapi konsekuensi serius dari perubahan iklim karena posisinya yang terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa. Kondisi demikian menyebabkan suhu dan kelembaban udara selalu tinggi, sehingga dikategorikan sebagai daerah beriklim humid tropic yang isothermik dan beberapa daerah beriklim mirip semi arid dengan curah hujan dan kelembaban udara yang relatif rendah. Berdasarkan data statistik dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BPS, 2009, temperatur maksimum pada tahun 2008 berkisar antara 30,2 o C – 32,7 o C, dan temperatur minimum berkisar antara 21,3 o C – 24,7 o C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Juli. Sebagai daerah tropis, provinsi NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 75-85. Ciri komponen iklim yang optimal untuk pertumbuhan padi adalah suhu relatif tinggi, musim pertanaman growing season sedang sampai panjang, cahaya matahari cukup, air terdistribusi rata hampir sepanjang musim pertanaman, suhu kering pada periode pengisian sampai kematangan gabah Huke, 1976 dalam Las et al., 2008. Idealnya, kondisi seperti ini dapat berlangsung terus menerus dari tahun ke tahun.

3.3. Topografi

Ketinggian tempat wilayah NTB bervariasi mulai dari 0 sampai dengan 3.726 m di atas permukaan laut dpl di Pulau Lombok dan dari 0 sampai dengan Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 43 2.755 m dpl di Pulau Sumbawa. Berdasarkan ketinggian wilayah, fisiografi NTB diklasifikasikan atas datar, landai, bergelombang sampai bergunung. Di Pulau Lombok terdapat jajaran Gunung Rinjani, Mareje, Timanuk, Nangi, Perigi, Plawangan, dan Baru, sedangkan di Pulau Sumbawa terhampar deretan Gunung Batulanteh, Tukan, Jaran Pusang, SoromandiDonggo, Tambora, Dadu, Pajo dan Sambi. 3.4. Tanah 3.4.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan hasil pengamatan tanah di lapangan dan didukung oleh hasil analisis laboratorium, tanah-tanah di wilayah penelitian dapat diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy Soil Survey Staff, 1998 ke dalam lima ordo, yaitu Entisols, Andisols, Inceptisols, Mollisols, dan Vertisols BPTP NTB, 2005. Entisols Entisols merupakan tanah-tanah muda, yang belum mempunyai perkembangan profil, dengan susunan horison A-C atau A-C-R, atau A-R. Tanah ini terbentuk dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan volkan. Umumnya terbentuk pada landform dataran, fluvio-marin, dan volkan. Penampang tanah bervariasi, tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung, dan berlapis-lapis stratified atau berselang seling. Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut menunjukkan proses pengendapan dari limpasan sungai yang berulang; sebagian mengandung kerikil di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat tua sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak netral pH 7, kadar C organik sangat rendah sampai sedang, kadar P 2 O 5 dan K 2 O potensial sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai tinggi dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi. Penggunaan lahan bervariasi. Klasifikasi tanah pada tingkat subgrup termasuk Typic Hydraquents, Typic Endoaquents, Typic Ustifluvents, Typic Ustipsamments, Lithic Ustorthents, Vitrandic Ustorthents, dan Typic Ustorthents. Andisols Andisols merupakan tanah-tanah muda, yang belum sampai sedikit mempunyai perkembangan profil, dengan susunan horison A-C, A-C-R. Tanah ini terbentuk dari bahan abu volkan debu, pasir, dan kerikil. Umumnya terbentuk