Faktor-Faktor Kunci dari Hasil Analisis Gabungan

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 132 Pada Tabel 5.19 terlihat bahwa dari 20 faktor yang diperoleh dari analisis prospektif tahap pertama dan kedua, terdapat empat faktor yang sama, yaitu kebijakan pemerintah, pertumbuhan penduduk, jaringan irigasi dan keuntungan usaha tani. Dengan menggabubungkan faktor yang sama, maka jumlah faktor kunci menjadi 16 faktor. Selanjutnya dengan menggunakan ke 16 faktor kunci tersebut dilakukan analisis prospektif tahap ketiga. Hasil analisis prospektif tahap ketiga ini menghasilkan faktor-faktor kunci sistem produksi padi sawah yang akan digunakan sebagai elemen dalam formulasi model dan perumusan kebijakan. Hasil analisis prospektif tahap ketiga yang merupakan gabungan hasil analisis tahap pertama dan kedua dapat dilihat pada Gambar 5.15. Gambar 5.15. Tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja sistem produksi padi sawah di NTB Gambar 5.15 memperlihatkan hasil analisis prospektif tahap ketiga bahwa faktor-faktor kunci yang paling berpengruh terhadap kinerja sistem produksi padi sawah di NTB sebanyak sembilan faktor. Dari sembilan faktor tersebut diantaranya tiga faktor merupakan faktor penggerak yaitu konversi lahan sawah, pertumbuhan penduduk dan luas baku sawah; dan enam faktor sebagai faktor penghubung, yaitu harga gabah, kebijakan pemerintah, luas panen, jaringan irigasi, ketersediaan modal, dan pendapatan petani. Apabila dilihat dari tipe sebaran faktor dalam kuadran pengaruh dan ketergantungan sebagaimana terlihat pada Gambar 5.13, 5.14, dan 5.15 menunjukkan tipe sebaran yang mengumpul dari kuadran satu ke kuadran tiga. Menurut Bourgeois 2007, tipe sebaran yang mengumpul di kuadran satu ke kuadran tiga, sebagai indikasi bahwa sistem yang dibangun stabil karena Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 133 memperlihatkan hubungan yang kuat dimana variabel penggerak mengatur variabel output dengan kuat. Selain itu dengan tipe ini maka skenario strategis bisa dibangun lebih mudah dan efisien. Sebaliknya tipe sebaran yang cenderung mengumpul pada diagonal kuadran empat ke kuadran dua menunjukkan bahwa sistem yang dibangun tidak stabil karena sebagian besar variabel yang dihasilkan termasuk variabel marginal, sehingga hal ini menyulitkan dalam membangun skenario strategis untuk masa mendatang.

5.7. Luas Lahan Optimum

Menurut Reintjes et al., 1999, kata optimum diterjemahkan sebagai kondisi, tingkatan atau jumlah yang paling baik atau paling cocok untuk suatu situasi tertentu. Dalam konteks penelitian ini, luas lahan optimum diartikan sebagai luas lahan yang paling sesuai dengan kondisi wilayah untuk mencapai kemandirian pangan berkelanjutan. Penentuan luas lahan optimum dalam penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu 1 luas lahan minimal Lm dengan pendekatan pengeluaran untuk kebutuhan hidup layak KHL petani dan 2 luas lahan optimum untuk kemandirian pangan dengan pendekatan neraca produksi dan permintaan konsumsi.

5.7.1. Luas Lahan Minimal Untuk Memenuhi KHL

Estimasi kebutuhan lahan minimal Lm untuk memenuhi KHL petani dapat didekati dengan pendekatan pengeluaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa KHL petani di NTB pada tahun 2010 sebesar Rp.13.212.000 KK -1 tahun -1 . Pendapatan bersih usaha tani padi sawah pada tipologi lahan sawah irigasi, setengah teknis dan tadah hujan berturut-turut Rp. 24.468.069, Rp.16.110.232, dan Rp.5.582.358 ha -1 tahun -1 . Dengan demikian, estimasi kebutuhan Lm pada tipologi lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan berturut-turut 0,54 ha KK -1 , 0,83 ha KK -1 dan 2,37 ha KK -1 atau rata-rata 0,86 ha KK -1 . Kondisi tersebut mencerminkan bahwa tingkat pendapatan usaha tani berbanding terbalik dengan kebutuhan Lm. Semakin tinggi pendapatan usaha tani, maka kebutuhan Lm untuk memenuhi KHL petani semakin rendah sempit, dan sebaliknya. Pendapatan usaha tani padi sawah dipengaruhi oleh tingkat produktivitas, harga produksi dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi tersebut. Sedangkan produktivitas padi sawah sangat ditentukan oleh kualitas lahan dan tingkat penerapan teknologi. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 134 Rasio lahan sawah dengan jumlah petani di masing-masing tipologi lahan sawah adalah 0,40 ha KK -1 , 0,46 ha KK -1 dan 0,63 ha KK -1 Tabel 5.5. Jika luas lahan yang tersedia saat ini berkurang karena terjadinya konversi dan pendapatan petani tidak meningkat, maka kebutuhan Lm untuk memenuhi KHL petani semakin luas. Oleh karena itu pengendalian konversi lahan dan peningkatan pendapatan petani mutlak diperlukan. Kebutuhan Lm guna memenuhi KHL petani berdasarkan standar garis kemiskinan pada tiga tipologi lahan sawah ditunjukkan pada Gambar 5.16. Gambar 5.16. Kebutuhan Lm untuk memenuhi KHL petani pada tiga tipologi lahan sawah berdasarkan standar garis kemiskinan Gambar 5.16 memperlihatkan bahwa kebutuhan Lm petani yang tertinggi apabila mengacu pada standar Bank Dunia sebesar US 2 kapita -1 hari -1 , sedangkan standar Sajogjo berada di antara US 1 dan US 1,5 atau moderat. Standar yang paling rendah adalah apabila mengacu pada standar garis kemiskinan di daerah perdesaan untuk provinsi NTB yang ditentukan Rp.176.283 kapita -1 bulan -1 BPS, 2010. Dengan mengacu pada standar ini, maka lebih dari 68 petani pada lahan sawah irigasi teknis dengan penguasaan lahan di atas 0,32 ha KK -1 akan berada di atas garis kemiskinan, demikian pula halnya pada lahan irigasi setengah teknis, dimana lebih dari 40 petani dengan luas penguasaan lahan di atas 0,49 ha KK -1 sudah melampaui garis kemiskinan. Sebaliknya, apabila mengacu pada standar Bank Dunia sebesar US 2 kapita -1 hari -1 , maka jumlah petani pada lahan irigasi teknis yang dapat mencapai garis ,5 4 ,4 9 ,9 9 ,3 2 ,7 4 ,8 3 ,7 5 1 ,5 1 ,4 9 1 ,1 3 2 ,3 7 2 ,1 6 4 ,3 2 1 ,3 9 3 ,2 4 7 3 8 1 4 1 2 5 5 4 5 6 6 2 3 1 9 6 4 1 2 7 2 9 1 5 4 6 2 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Irigasi Teknis Irigasi Sem i Teknis Tadah Hujan Standar Garis Kemiskinan VS Tipologi Lahan Sawah K e b u tu h a n L a h a n M in im a l h a K o n tr ib u s i P e n d a p a ta n th d K H L Keb utuhan Lahan Minimal ha Kontrib usi Pendapatan thd KHL 1. Sajogjo; 2. Bank Dunia US1; 3. Bank Dunia US2; 4. BPS NTB; 5. BPS US1,5