Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB
16 bersifat penyesuaian tindakan masa lampau adjustment atau berorientasi masa
depan visionary. Langkah kelima, analisis kebijakan, yaitu menyusun alternatif tindakan atau
keputusan policy yang akan diambil untuk mempengaruhi proses nyata sebuah sistem dalam menciptakan kejadian nyata. Keputusan tersebut dimaksudkan
untuk mencapai kejadian yang diinginkan. Alternatif tersebut dapat satu atau kombinasi bentuk-bentuk intervensi, baik yang bersifat struktural atau fungsional.
Intervensi struktural artinya mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem, sedangkan intervensi fungsional artinya mempengaruhi fungsi unsur dalam
sistem. Pengembangan dan penetapan alternatif intervensi tersebut dipilih setelah dilakukan pengujian simulasi komputer atau simulasi pendapat pakar.
Perilaku dinamis dalam model dapat dikenali dari hasil simulasi model. Simulasi model terdiri atas beberapa tahap, yaitu penyusunan konsep,
pembuatan model, simulasi dan validasi hasil simulasi. Model dapat dinyatakan baik bila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses
yang terjadi di dunia nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
2.2. Sistem Produksi Padi Sawah
Padi merupakan salah satu komoditas prioritas yang menjadi fokus perhatian saat ini dan di masa yang akan datang. Prioritas komoditas ditetapkan
berdasarkan kriteria kuantitaif, mencakup: produksi, luas panen, nilai tambah, serapan tenaga kerja dan daya saing Suryana, 2005. Indikator dapat pula
bersifat kualitatif, seperti kebijakan, sosial-budaya, dan manajemen industri. Pemberian
indeks untuk
masing-masing indikator
dilakukan dengan
memanfaatkan expertise judgement oleh pakar yang berpengalaman luas pada bidangnya.
Pada umumnya usaha tani padi di Indonesia diusahakan dalam skala kecil oleh sekitar 18 juta petani, akan tetapi usaha tani padi menyumbang 66
terhadap produk
domestik bruto
PDB tanaman
pangan, memberikan
kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah tangga dengan sumbangan pendapatan 25-35 Badan Litbang Pertanian, 2005b. Oleh sebab
itu, komoditas padi tetap menjadi komoditas strategis dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, sehingga menjadi basis utama dalam revitalisiasi
pertanian ke depan.
Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB
17 Pengertian skala usaha tani mengacu pada konsep retun to scale.
Selama ini konsep tersebut telah banyak diterapkan sebagai pendekatan teoritis mengenai skala optimal usaha tani Chavas, 2001 dalam Sumaryanto, 2009.
Penerapannya dalam studi empiris menghasilkan beragam kesimpulan. Sen 1962 menemukan adanya hubungan terbalik antara luas garapan dengan
produktivitas pada usaha tani di India. Kemudian, pada dekade 70-an, studi Yotopoulos and Lau 1973 dan Berry and Cline 1979 yang dikutip dari
Sumaryanto 2009 memperoleh kesimpulan bahwa pada usaha tani di India ternyata skala kecil relatif lebih efisien daripada skala besar; dan tidak
disarankan untuk mengkondisikan konsolidasi usaha tani karena secara umum ternyata usaha kecil berada pada kondisi constant return to scale. Dalam
konteks penelitian ini pengertian mengenai skala usaha tani akan dikaitkan dengan kebutuhan hidup layak minimal petani dan garis kemiskinan poverty line
yang diacu di wilayah perdesaan.
2.2.1. Faktor-Faktor Produksi Padi Sawah
Dalam sistem produksi padi sawah terdapat tiga faktor dasar paradigmatik, yaitu benih, tanah dan tenaga Sitorus, 2006. Ketiga unsur dasar tersebut
membentuk pertanian melalui proses interaksi triangular yang berpusat pada budaya tertentu. Implikasi dari asumsi ini adalah bahwa pengembangan benih,
tanah dan tenaga yang unggul berikut pola interaksi berinti budaya antara ketiganya harus menjadi fokus utama dalam pengembangan sistem produksi
padi. Sedangkan faktor-faktor produksi, seperti pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian alsintan bersifat pendukung supportif terhadap ketiga unsur
dasar tersebut. Pupuk dan air irigasi adalah faktor pendukung untuk tanah; obat- obatan adalah faktor pendukung untuk benih, sedangkan alsintan adalah faktor
pendukung untuk tenaga kerja petani, dalam arti meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja petani. Implikasi asumsi ini bahwa fokus aktivitas pengembangan
sistem produksi padi bergeser dari tiga serangkai “pupuk-obat-obatan-alsintan” ke “benih-tanah-tenaga”.
Benih adalah faktor produksi yang menjadi penentu utama atau ”patokan dasar” tingkat perkembangan dan kemajuan pertanian, sehingga efektivitas
faktor-faktor produksi akan ditentukan oleh tingkatan teknologi benih Sitorus, 2006. Di antara komponen teknologi produksi, varietas unggul mempunyai
peranan yang lebih besar dalam peningkatan produktivitas padi. Hasil riset World