Tempat dan Waktu Penelitian

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 58 dimensi sistem produksi padi sawah agar fungsi NTB sebagai lumbung pangan nasional dapat dipertahankan.

4.2. Rancangan Penelitian Cakupan kegiatan penelitian.

Penelitian ini bersifat makro pada agregasi provinsi NTB. Pengambilan data primer dilakukan pada tingkat usaha tani padi sawah di tiga wilayah Kabupaten yang mewakili karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang dominan di NTB. Menurut Simatupang 2007, untuk tujuan analisis kebijakan, isu ketahanan pangan dapat dikaji pada tingkat agregasi: rumah tangga dan regional kabupaten, provinsi, dan nasional. Untuk mencapai output yang diharapkan, secara garis besar kegiatan penelitian mencakup lima kegiatan pokok, yaitu: 1 analisis pendapatan dan optimasi usaha tani padi sawah pada tipologi lahan sawah irigasi teknis, semi teknis dan tadah hujan; 2 analisis KHL dan menentukan kontribusi pendapatan usaha tani padi sawah terhadap KHL petani; 3 analisis kapasitas produksi dan kebutuhan konsumsi padi; 4 penilaian indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah, dan 5 penyusunan model dan alternatif skenario penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang atau galengan Mustofa, 2000. Dapt pula didefinisikan sebagai tipe penggunaan lahan yang dalam pengelolaannya memerlukan genangan air, permukaan lahan datar dan dibatasi pematang untuk menahan air. Berdasarkan sumber airnya, dikenal tiga tipologi lahan sawah, yaitu 1 sawah irigasi teknis, yaitu lahan sawah yang airnya bersumber dari jaringan irigasi permanen, sehingga memungkinkan mendapatkan air pengairan sepanjang tahun dan dapat ditanami padi tiga kali dalam setahun, 2 sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah yang airnya bersumber dari jaringan irigasi semi permanen atau irigasi sederhana, sehingga memungkinkan dapat ditanami padi dua kali dalam setahun, 3 sawah tadah hujan yaitu lahan sawah yang sumber airnya tergantung dari curah hujan sehingga pada umumnya hanya dapat ditanami padi satu kali dalam setahun. Cakupan Lokasi : Pengumpulan data primer dilaksanakan di tiga wilayah penelitian yang mewakili karakteristik provinsi NTB, yaitu Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Bima, disajikan pada peta Gambar 4.1. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 59 Gambar 4.1. Peta Administrasi Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi NTB berdasarkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang dominan berkaitan dengan sistem produksi padi sawah dibagi atas tiga wilayah, yaitu wilayah dengan karakteristik suku Sasak di KabupatenKota se Pulau Lombok strata 1, wilayah dengan karakteristik suku Sumbawa di Kabupatan Sumbawa dan Sumbawa Barat strata 2, dan wilayah dengan karakteristik suku Bima di Kabupaten Dompu, Bima dan Kota Bima strata 3. Kabupaten Lombok Tengah terpilih mewakili karakteristik strata 1, Kabupaten Sumbawa Barat terpilih mewakili karakteristik strata 2 dan Kabupaten Bima terpilih mewakili karakteristik strata 3. Di setiap Kabupaten pewakil ditentukan tiga kelompok tani masing- masing mewakili tipologi lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan multistage stratified random sampling. Pada setiap kelompok tani dipilih secara acak 15 orang petani sebagai responden, dengan total responden sebanyak 135 orang. Wilayah Kabupaten Lombok Tengah diwakili oleh kelompok tani “Tunas Ice”, Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat, mewakili tipologi lahan sawah irigasi teknis, kelompok tani “Pancor Tunas Urip”, Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat mewakili tipologi lahan sawah irigasi setengah teknis, dan kelompok tani “Batur Kuwur”, Desa Kawo, Kecamatan Pujut, mewakili tipologi lahan sawah tadah hujan. Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat diwakili oleh kelompok tani “Jorok Boruk”, Desa Beru, Kecamatan Brang Rea, mewakili tipologi lahan sawah irigasi teknis, kelompok tani “Maju Bersama”, Desa Tapir, Kecamatan Seteluk