Analisis Prospektif Metode Analisis Data

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 75 macam pilihan dan tujuan bagi para pembuat keputusan dan turut merancang serangkaian alternatif ketimbang memilih alternatif terbaik. Dalam penelitian ini, analisis prospektif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan faktor kunci dengan melihat pengaruh langsung antar faktor terhadap sistem atau obyek penelitian. Analisis prospektif dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama, penentuan faktor-faktor kunci pada kondisi saat ini existing condition dari hasil analisis MDS; tahap kedua, penentuan faktor-faktor kunci hasil analisis kebutuhan need analysis dari stakeholder; tahap ketiga, penentuan faktor-faktor kunci dari hasil analisis gabungan antara hasil analisis tahap pertama dan kedua atau gabungan antara existing condition dan need analysis. Hasil akhir dari analisis prospektif adalah faktor dan sebarannya dalam suatu diagram yang terbagi dalam empat kuadran yang menggambarkan tingkat pengaruh dan ketergantungan dari setiap faktor yang dianalisis terhadap sistem produksi padi sawah. Faktor-faktor pada setiap kuadran mempunyai karakteristik yang berbeda dan dapat di ”adjust” untuk memperoleh skenario strategis Bourgeois and Jesus, 2004. Faktor pada kuadran pertama disebut faktor penentu atau penggerak driving variables. Faktor-faktor ini mempunyai pengaruh kuat namun ketergantungannya kurang kuat, sehingga termasuk ke dalam kategori faktor paling kuat dalam sistem yang dikaji. Kuadran dua berisi faktor-faktor yang disebut sebagai faktor penghubung leverage variables, yaitu faktor yang menunjukkan pengaruh dan ketergantungan yang kuat antar faktor, sehingga faktor-faktor dalam kuadran ini sebagian dianggap sebagai faktor atau peubah yang kuat. Faktor-faktor pada kuadran tiga disebut sebagai faktor terikat output variables, yaitu faktor yang mewakili output, dimana pengaruhnya kecil tetapi ketergantungannya tinggi. Kuadran empat bersisi faktor-faktor yang disebut faktor bebas marginal variables, yaitu faktor yang pengaruh maupun tingkat ketergantungannya rendah, sehingga dalam sistem bersifat bebas. Tahapan berikutnya dari analisis prospektif adalah analisis morfologis yang bertujuan memperoleh domain kemungkinan masa depan agar skenario strategis yang dibuat konsisten, relevan dan terpercaya. Tahapan ini dilakukan dengan mendifinisikan beberapa keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari semua faktor kunci yang diperoleh dari hasil analisis prospektif. Keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang dari setiap faktor kunci dalam penelitian ini Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 76 didifinisikan dalam tiga kelompok cluster menurut peluang terjadinya keadaan di masa yang akan datang, yaitu cluster A, B dan C. Cluster A, mendifinisikan keadaan tidak berubah tetap atau keadaan berubah mengikuti kecenderungan trend yang terjadi saat ini. Cluster ini memiliki peluang cukup besar terjadinya dalam jangka pendek, tetapi hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh selama ini. Cluster ini kurang tepat digunakan untuk perencanaan jangka menengah dan panjang. Cluster B mendifinisikan perubahan yang cukup berarti ke arah yang lebih baik dari kondisi saat ini. Peluang terjadinya tidak terlalu besar pada jangka pendek tetapi cukup besar dalam jangka menengah 3-5 tahun. Cluster ini perlu dimodifikasi apabila digunakan untuk perencanaan jangka panjang. Cluster C mendifinisikan perubahan yang mendasar untuk mencapai kondisi yang paling optimal dalam jangka panjang. Cluster ini memiliki peluang yang cukup besar mencapai target apabila ditunjang oleh perencanaan jangka pendek dan menengah yang konsisten. Dalam analisis konsistensi juga diidentifikasi saling ketidaksesuaian di antara keadaan-keadaan cluster dari faktor-faktor kunci mutual incompatibility identification. Tahapan ini dilakukan dengan cara mencantumkan keadaan- keadaan yang tidak dapat atau sangat tidak mungkin terjadi secara bersamaan yang akan menghasilkan kombinasi yang tidak sesuai. Apabila faktor-faktor kunci beserta clusternya dihubungkan satu dengan yang lain, maka terdapat faktor- faktor dengan clusternya tidak dapat berjalan secara bersamaan atau tidak bisa dikombinasikan dalam satu skenario. Sebagai contoh, apabila laju konversi lahan tetap seperti saat ini, dan potensi lahan sawah sudah tidak tersedia, maka luas baku sawah tidak mungkin dapat ditingkatkan. Demikian pula apabila tingkat pendapatan petani dan kondisi jaringan irigasi tetap seperti saat ini, maka peluang untuk meningkatkan IP padi sangat kecil, dan seterusnya.

4.4.6. Penyusunan Model Untuk Penetapan Luas Lahan Optimum Usaha Tani Padi Sawah

Penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah dalam penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu 1 estimasi kebutuhan lahan minimal dengan pendekatan pengeluaran KHL petani, dan 2 penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah dengan pendekatan sistem dinamis. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 77

4.4.6.1. Penetapan Luas Lahan Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran

Jumlah pengeluaran petani untuk memenuhi KHL minimalnya dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan lahan minimal Lm guna memenuhi KHL petani yang dapat didekati dengan rumus Monde 2008, yaitu: Lm = KHL Pb .......................................................................................10 Dimana: Lm = luas lahan minimal ha KHL = kebutuhan hidup layak petani Rp. KK -1 tahun -1 Pb = pendapatan bersih usaha tani Rp. ha -1 tahun -1

4.4.6.2. Penetapan Luas Lahan Berdasarkan Model Sistem Dinamis

Penyusunan model dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri- ciri sistem sebagai titik tolak analisis Marimin, 2004. Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pada prinsipnya metodologi sistem menurut Marimin 2004, melalui enam tahapan analisis, yaitu: analisis kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi masalah, pembentukan alternatif sistem, diterminasi dari realisasi fisik, sosial politik dan penetapan kelayakan ekonomi dan keuangan. Menurut Manetch dan Park 1977 dalam Hartrisari 2007, tahapan pendekatan sistem dimulai dari analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan, verifikasi dan validasi serta implementasi sistem. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem Eriyatno, 1999, Hartrisari, 2007. Pada tahap ini diidentifikasi kebutuhan- kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem stakeholders. Setiap pelaku memiliki kebutuhan yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem. Pelaku mengharapkan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika mekanisme sistem dijalankan. Bila pelaku merasa bahwa mekanisme sistem tidak dapat mengakomodasi kebutuhannya, maka pelaku sebagai komponen sistem tidak akan menjalankan fungsinya secara optimal sehingga mengakibatkan kinerja sistem terganggu.