Penetapan Luas Lahan Optimum Untuk Kemandirian Pangan

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 153 Interaksi Faktor Kunci di Wilayah Lombok Tengah Konversi lahan sawah . Kondisi Pulau Lombok sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi sangat rentan terjadinya konversi lahan, terutama lahan sawah. Pesatnya pembangunan infrastruktur untuk mengejar pertumbuhan ekonomi berdampak langsung pada laju konversi lahan yang mencapai 4,07 tahun -1 yang sebagian besar terjadi di Pulau Lombok. Penduduk. Dengan konsentrasi penduduk yang berdomisili di Pulau Lombok sebanyak 3.09.245 jiwa 70,84 dari total penduduk NTB selain meningkatkan permintaan konsumsi beras, juga permintaan lahan meningkat. Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Pulau Lombok 1,76 juga sebagai pemicu terjadinya pragmentasi lahan sawah, sehingga luas lahan garapan akan semakin sempit dari kondisi saat ini seluas 0,36 ha KK -1 . Luas baku sawah. Luas baku sawah di Pulau Lombok tercatat seluas 122.988 ha 53,24 dari luas baku sawah NTB. Luas baku sawah di Pulau Lombok sudah maksimal dan tidak memungkinkan lagi untuk diperluas, sehingga luas baku sawah yang ada sedapat mungkin harus dijaga keberlanjutannya. Luas panen. Sementara itu, perluasan areal panen melalui peningkatan IP padi pada lahan sawah irigasi teknis menghadapi kendala karena petani pada MK1 dan MK2 lebih memilih mengusahakan komoditas selain padi, seperti tembakau, kacang tanah, bawang merah, dan sebagainya dengan luas areal rata-rata mencapai lebih dari 28.000 ha tahun -1 . Jaringan irigasi. Jaringan irigasi memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas dan peningkatan luas panen melalui peningkatan IP padi. Lahan sawah beririgasi teknis di Pulau Lombok hingga saat ini mencapai 35,94 dari luas baku sawah yang ada di wilayah tersebut, sedangkan sawah irigasi setengah teknis 38,37 dan tadah hujan 25,69. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk tahun 2023, minimal luas lahan sawah irigasi teknis di Pulau Lombok harus mencapai 60 dari luas sawah. Kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap usaha tani padi di wilayah ini akan memberikan dampak yang besar terhadap petani di NTB, karena jumlah petani di Pulau Lombok sebanyak 339.069 KK 70,41 dari petani NTB. Ketersediaan modal. Ketersediaan modal yang mudah diakses petani dapat memotivasi petani untuk meningkatkan produksinya. Selain untuk meningkatkan pendapatan agar dapat terpenuhi KHLnya juga sangat penting bagi kecukupan pangan. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 154 Harga gabah. Hal yang terpenting dalam penetapan kebijakan harga dasar gabah adalah menjaga stabilitas harga. Petani selalu dihadapkan pada harga yang rendah pada saat panen raya. Sebaliknya, pada periode tidak berproduksi, harga gabah melonjak tinggi dan dalam jangka yang panjang. Fluktuasi harga yang besar tidak merangsang petani untuk meningkatkan produksi karena yang menikmati harga tinggi hanya tengkulak atau sebagian kecil petani. Pendapatan petani. Pendapatan usaha tani padi sawah di Pulau Lombok relatif lebih tinggi dibandingkan Sumbawa Barat dan Bima, akan tetapi secara aktual pendapatan yang diterima sangat rendah, karena sempitnya lahan garapan, sehingga tidak mampu menutupi KHL minimal petani. Rata-rata pendapatan usaha tani padi sawah di Kabupaten Lombok Tengah pada tipologi lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan berurut-turut Rp.26.086.223, Rp.19.933.745 dan Rp.4.632.744 ha -1 tahun -1 . Interaksi Faktor Kunci di Wilayah Sumbawa Barat Konversi lahan sawah . Kondisi Sumbawa Barat sebagai pusat tambang PT Newmont disatu sisi memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi pada sisi yang lain peningkatan pendapatan masyarakat mempunyai elastisitas yang positif terhadap permintaan lahan, sehingga dapat menjadi pemicu terjadinya konversi. Oleh karena itu masalah konversi harus menjadi perhatian yang serius di wilayah Sumbawa Barat. Penduduk. Jumlah penduduk Sumbawa Barat sebanyak 512.925 jiwa 11,75 dari total penduduk NTB. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi 2,29 dapat meningkatkan permintaan konsumsi beras dan permintaan lahan yang akan mendorong pragmentasi lahan sawah, sehingga luas lahan garapan akan menurun dari kondisi saat ini seluas 0,77 ha KK -1 . Luas baku sawah. Luas baku sawah di wilayah Sumbawa Barat seluas 55.909 ha 24,20 dari luas baku sawah NTB. Luas baku sawah tersebut perlu dipertahankan keberadaannya mengingat potensi perluasan areal sawah di wilayah ini mendekati maksimal. Luas ladang di Sumbawa Barat 10.232 ha dan potensi perluasannya juga terbatas. Luas panen. Perluasan areal sawah di wilayah Sumbawa Barat sudah mendekati maksimal, sedangkan IP padi pada lahan sawah irigasi teknis sudah mencapai 300, sehingga perluasan areal panen harus diarahkan ke lahan sawah setengah teknis dan tadah hujan dengan pembangunan jaringan irigasi. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 155 Lahan sawah relatif tidak banyak digunakan untuk komoditas lain yang hanya sekitar 5.000 ha tahun -1 , karena tingkat keterampilan para petani masih rendah. Jaringan irigasi: Pengembangan jaringan irigasi di wilayah Sumbawa Barat sangat prospektif untuk meningkatkan IP padi sawah. Luas lahan irigasi teknis 39,49 dari luas baku sawah, setengah teknis 24,12 dan tadah hujan 36,39. Kebijakan pemerintah. Jumlah petani di Sumbawa Barat sebanyak 72.223 KK 15 dari total petani NTB. Kebijakan pemerintah terhadap usaha tani padi sawah di wilayah Sumbawa Barat karena produksi masih mempunyai peluang untuk ditingkatkan melalui perbaikan teknologi. Karena itu kebijakan insentif khususnya subsidi pupuk masih perlu dilanjutkan. Ketersediaan modal: Ketersediaan modal yang mudah diakses dapat memotivasi petani untuk meningkatkan produksinya. Selain untuk meningkatkan pendapatan juga sangat penting bagi kecukupan pangan dan sebagai penyangga kebutuhan pangan Pulau Lombok.. Harga gabah. Harga gabah di Sumbawa Barat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga di Pulau Lombok pada kualitas yang sama, karena pada umumnya petani tidak menjual gabahnya langsung pada saat panen. Petani dapat menikmati harga jual yang lebih baik, karena petani umumnya menjual outputnya dalam bentuk beras. Dengan harga gabah yang berlaku saat penelitian telah memberikan pendapatan yang cukup untuk memenuhi KHL petani pada lahan irigasi teknis, antara lain karena lahan garapan lebih luas. Sebaliknya petani pada lahan irigasi setengah teknis dan tadah hujan peningkatan pendapatan harus ditempuh melalui intensifikasi dan subsidi. Pendapatan petani. Pendapatan usaha tani padi sawah di Sumbawa Barat masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan teknologi budidaya, penggunaan benih bermutu, perbaikan kualitas gabah dan peningkatan nilai tambah hasil. Meskipun pendapatan petani pada kondisi aktual mampu menutupi KHL petani pada lahan irigasi teknis, tetapi pada lahan setengah teknis dan tadah hujan diperlukan upaya yang lebih intensif agar pendapatannya dapat memenuhi KHL. Rata-rata pendapatan petani di Sumbawa Barat pada lahan irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan berturut-turut Rp.27.502.273, Rp.13.048.233, dan Rp.5.299.397,- ha -1 tahun -1 . Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 156 Interaksi Faktor Kunci di Wilayah Bima Konversi lahan sawah . Kondisi wilayah Bima berbeda dengan di Wilayah Lombok maupun Sumbawa Barat. Wilayah Bima yang relatif jauh dari pusat pemerintahan, tingkat konversi lahan sawah lebih rendah dari Pulau Lombok. Meskipun demikian masalah konversi harus menjadi perhatian yang serius di wilayah Bima. Luas baku sawah: Luas baku sawah di wilayah Bima seluas 52.089 ha 22,55 dari luas baku sawah NTB. Luas baku sawah di wilayah ini masih dapat ditingkatkan melalui pencetakan sawah baru karena masih memiliki potensi sekitar 6.000 ha. Selain itu, perluasan areal ladang juga masih memungkinkan dengan potensi yang cukup luas. Penduduk: Jumlah penduduk Bima sebanyak 759.474 jiwa 17,40 dari total penduduk NTB. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif lebih rendah, yaitu 1,27 tahun -1 , kondisi lahan sawah diharapkan tetap dipertahankan, sehingga luas lahan garapan tidak mengalami penurunan yang signifikan dari kondisi saat ini seluas 0,74 ha KK -1 . Kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap usaha tani padi di wilayah ini meskipun tidak memberikan dampak yang besar terhadap petani di NTB, tetapi memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan pokok wilayah. Meskipun jumlah petani Bima sebanyak 70.261 KK 14,59 terhadap total petani NTB, namun kebijakan pemerintah terhadap usaha tani padi sawah sangat penting untuk meningkatkan taraf hidup petani dan keluarganya.. Luas panen: Perluasan areal sawah di wilayah ini masih memungkinkan. IP padi pada lahan sawah irigasi teknis sudah mencapai 300 karena petani di wilayah ini tidak banyak pilihan komoditas yang diusahakan. Jaringan irigasi. Jaringan irigasi memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas dan peningkatan luas panen melalui peningkatan IP padi. Lahan sawah beririgasi teknis di Bima hingga saat ini mencapai 19,48, setengah teknis 33,52 dan tadah hujan 46,99. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk tahun 2023, minimal luas lahan sawah irigasi teknis Bima harus mencapai 60 dari luas sawah. Harga gabah: Dengan harga gabah yang berlaku saat ini, tingkat pendapatan petani masih dapat memenuhi KHL petani terutama pada tipologi lahan irigasi teknis, karena luas lahan garapan petani mendekati kebutuhan Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 157 lahan minimalnya. Sebaliknya pada lahan sawah setengah teknis dan tadah hujan kebijakan peningkatan harga gabah sangat penting. Pendapatan petani. Pendapatan usaha tani padi sawah di Bima masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan teknologi budidaya, penggunaan benih bermutu, perbaikan kualitas gabah dan peningkatan nilai tambah hasil. Pada lahan irigasi setengah teknis dan tadah hujan perlu peningkatan IP padi untuk meningkatkan pendapatan petani agar dapat memenuhi KHLnya. Meskipun pendapatan petani pada kondisi aktual mampu menutupi KHL petani pada lahan sawah irigasi teknis, hal ini karena luas lahan garapan petani cukup luas. Rata- rata pendapatan usaha tani padi sawah pada tipologi lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan di Kabupaten Bima berturut-turut Rp.19.815.710, Rp.15.348.718, dan Rp.6.814.928 ha -1 tahun -1 .

5.7.3.3. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di NTB

Dari interaksi faktor kunci di setiap wilayah terlihat bahwa faktor lahan dan penduduk merupakan dua faktor yang harus mendapatkan perhatian serius. Faktor lahan sebagai determinan utama produksi sedangkan faktor penduduk sebagai determinan permintaan konsumsi, sehingga ke duanya merupakan faktor utama dalam pencapaian kemandirian pangan. Hubungan faktor lahan dan penduduk terhadap produksi padi dan total permintaan konsumsi dapat diskenariokan berdasarkan tingkat konversi lahan, perluasan areal ladang, laju pertumbuhan penduduk dan konsumsi beras penduduk kapita -1 tahun -1 . Intervensi yang dilakukan pada setiap skenario dengan asumsi bahwa, produktivitas padi sawah dan padi ladang sesuai dengan tren 2001-2008 adalah sebagai berikut: Skenario Pesimis: 1 pengendalian konversi lahan sawah 3,5 tahun -1 , 2 peningkatan IP padi sawah menjadi 185, 3 perluasan areal padi ladang seluas 52.500 – 90.000 ha, 4 laju pertumbuhan penduduk 1,67 tahun -1 , 5 konsumsi penduduk 139,15 kg kapita -1 tahun -1 . Skenario Moderat: 1 pengendalian konversi lahan sawah 2,8 tahun -1 , 2 peningkatan IP padi sawah menjadi 185 – 200, 3 perluasan areal padi ladang seluas 52.500 – 90.000 ha, 4 pengendalian laju pertumbuhan penduduk 1,5 tahun -1 , 5 penurunan konsumsi beras penduduk menjadi 136,65 kg kapita -1 tahun -1 6 melakukan upaya diversifikasi pangan baik sebagai komplementer atau subsitusi beras, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap beras. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 158 Skenario Optimis: 1 pengendalian konversi lahan sawah 2,2 tahun -1 , 2 peningkatan IP padi sawah menjadi 185, 3 perluasan areal padi ladang seluas 22.500 – 30.000 ha, 4 pengendalian laju pertumbuhan penduduk 1,3 tahun -1 , 5 penurunan konsumsi beras penduduk menjadi 134,15 kg kapita -1 tahun -1 6 melakukan upaya diversifikasi pangan baik sebagai komplementer atau subsitusi beras, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap beras. Kriteria penerimaan skenario adalah 1 neraca produksi dan konsumsi surplus, 2 potensi sumber daya dan teknologi tersedia, 3 secara teknis dapat diimplementasikan dan 4 peluang keberhasilannya tinggi. Kinerja skenario berdasarkan perubahan lahan dan jumlah penduduk di tiga wilayah penelitian disajikan pada Tabel 5.27. Tabel 5.27. Kinerja skenario berdasarkan perubahan lahan dan jumlah penduduk terhadap kemandirian pangan di tiga wilayah penelitian 2023. Wilayah penelitian SkenarioPeubah Lombok Tengah Sumbawa Barat Bima Pesimis Konversi lahan sawah tahun -1 3,5 3,5 3,5 Luas baku sawah ha 72.073 32.764 30.525 Luas komoditas lain ha 27.552 10.000 17.415 Luas padi ladang ha 9.278 17.732 41.430 Produksi Y ton GKG 584.823 255.286 327.238 Jumlah penduduk jiwa 3.896.306 706.234 929.374 Jumlah konsumsi K ton GKG 1.015.986 189.047 255.636 Kemandirian Y-K -73,73 35,04 21,88 Moderat Konversi lahan sawah tahun -1 2,8 2,8 2,8 Luas baku sawah ha 80.326 36.515 34.020 Luas komoditas lain ha 27.552 10.151 17.415 Luas padi ladang ha 9.278 17.732 48.930 Produksi Y ton GKG 713.628 304.867 400.323 Jumlah penduduk jiwa 3.782.780 685.775 902.242 Jumlah konsumsi K ton GKG 930.528 182.205 230.151 Kemandirian Y-K -30,39 67,32 42,51 Optimis Konversi lahan sawah tahun -1 2,2 2,2 2,2 Luas baku sawah ha 88.094 40.047 37.310 Luas komoditas lain ha 27.552 10.151 17.415 Luas padi ladang ha 9.278 17.732 48.930 Produksi Y ton GKG 841.053 337.841 440.911 Jumlah penduduk jiwa 3.672.347 646.507 875.851 Jumlah konsumsi K ton GKG 879.572 171.732 222.036 Kemandirian Y-K -4,58 96,73 98,58 Sumber: Hasil olah data dengan Powersim 2.5