Skenario dan Strategi Luas Lahan Optimum Untuk Kemandirian Pangan

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 141 Sedangkan skenario optimis dengan strategi intervensi faktor kunci yang cukup intensif cluster B dan C. Setiap skenario dalam penelitian ini disusun tiga alternatif berdasarkan tingkat intervensi faktor-faktor kunci yaitu Alternatif-1, Alternatif-2 dan Alternatif-3. Berdasarkan strategi untuk mencapai tujuan terdiri atas dua strategi, yaitu strategi peningkatan produksi dan strategi pengendalian konsumsi. Penyusunan skenario dan strategi tersebut dengan mempertimbangkan kemampuan, peluang dan kendala yang mungkin terjadi. Hasil simulasi kinerja skenario dengan strategi alternatif-1 ditunjukkan pada Gambar 5.17. Gambar 5.17. Neraca produksi dan konsumsi padi di NTB tahun 2023 dengan tingkat pengendalian konversi lahan yang berbeda antar skenario Gambar 5.17 memperlihatkan bahwa skenario pesimis dan moderat dengan strategi Alternatif-1, diperkirakan tidak akan mencapai sasaran yang diharapkan. Diperkirakan akan terjadi defisit produksi padi masing-masing skenario mulai tahun 2017 dan 2021. Sebaliknya, skenario optimis dengan strategi alternatif-1 diperkirakan terjadi surplus. Kebutuhan konsumsi padi pada 2023 dengan tingkat intervensi yang berbeda untuk skenario pesimis, moderat dan optimis diperkirakan akan mencapai 1,55 juta ton GKG, 1,50 juta ton GKG dan 1,47 juta ton GKG. Penurunan konsumsi tersebut terjadi sebagai dampak dari intervensi pengendalian pertumbuhan penduduk dan pengendalian konsumsi beras penduduk kapita -1 tahun -1 . Faktor yang paling berperan terhadap penurunan produksi padi adalah terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian yang sulit dikendalikan, sehingga luas baku sawah menjadi berkurang secara signifikan. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 142 Estimasi luas baku sawah pada tahun 2023 dengan tingkat intervensi pengendalian konversi lahan yang berbeda antar skenario, diperlihatkan pada Gambar 5.18. Gambar 5.18. Estimasi luas baku sawah tahun 2023 dengan tingkat intervensi pengendalian konversi lahan yang berbeda antar skenario Gambar 5.18 memperlihatkan bahwa luas baku sawah akan berkurang meskipun dilakukan intervensi pengendalian konversi lahan sawah. Pada 2023 apabila konversi lahan dapat ditekan menjadi 3,5 tahun -1 15 dari kondisi saat ini melalui skenario pesimis, maka luas baku sawah akan tersisa seluas 138.000 ha atau menyusut 40,21. Apabila konversi lahan dapat ditekan 2,8 30 dari kondisi saat ini melalui skenario moderat, luas baku sawah akan tersisa seluas 153.000 ha atau menyusut 33,44 dan apabila konversi lahan sawah dapat ditekan 2,2 45 dari kondisi saat ini melalui skenario optimis, maka luas baku sawah akan tersisa 168.000 ha atau menyusut 27,07. Hasil kinerja skenario dengan tingkat intervensi Alternatif-2 dan Alternatif-3, ditunjukkan pada Gambar 5.19 dan 5.20. Gambar 5.19 dan 5.20 memperlihatkan bahwa skenario pesimis Alternatif-2 dengan intervensi peningkatan IP padi menjadi 240 akan menghadapi hambatan dalam pencapaiannya, terkait dengan keterbatasan sumber daya air, infrastruktur jaringan irigasi, motivasi petani dan resiko ketidakpastian iklim. Skenario pesimis Alternatif-3 dengan intervensi perluasan areal padi ladang seluas 143.460 ha tidak akan mencapai sasaran, selain karena membutuhkan biaya yang cukup besar, juga karena potensi lahan untuk areal padi ladang tidak mencukupi. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 143 Gambar 5.19. Kinerja skenario dengan tingkat intervensi Alternatif-2 Gambar 5.20. Kinerja skenario dengan tingkat intervensi Alternatif-3 Skenario optimis Alternatif-1, 2 dan 3 dengan strategi pengendalian konversi lahan sawah 2,2 tahun -1 diperkirakan sulit untuk dicapai dengan melihat kondisi saat ini. Provinsi NTB saat ini tengah membangun berbagai infrastruktur pendukung untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah lain. Hal ini diperkirakan akan memacu terjadinya konversi lahan sawah yang sulit untuk dikendalikan. Dengan mempertimbangkan peluang dan kendala tersebut di atas, maka pilihan yang paling rasional adalah skenario moderat Alternatif-3. Pada Alternatif-3 skenario moderat memerlukan intervensi peningkatan IP menjadi 200, mempunyai peluang yang cukup besar apabila pemerintah mempunyai komitmen membangun jaringan irigasi teknis. Demikan halnya dengan perluasan areal padi ladang menjadi 113.460 ha, dari sisi potensi masih cukup tersedia. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 144 Hasil simulasi tingkat pencapaian produksi padi sawah melalui tiga skenario dengan tiga alternatif strategi peningkatan IP padi sawah pada tahun 2023 disajikan pada Tabel 5.22. Tabel 5.22. Tingkat pencapaian produksi padi melalui skenario dengan tiga alternatif peningkatan IP padi sawah pada tahun 2023 Tahun SkenarioPeubah 2008 2013 2018 2023 Skenario Pesimis IP padi sawah 1 155,00 165,00 175,00 185,00 2 155,00 170,00 185,00 200,00 3 155,00 185,00 200,00 220,00 Pencapaian target 1 119,66 105,56 93,32 81,92 2 119,66 107,88 103,53 105,36 3 119,66 108,30 105,70 101,39 Skenario Moderat IP padi sawah 1 155,00 162,50 175,00 185,00 2 155,00 165,00 180,00 190,00 3 155,00 165,00 185,00 200,00 Pencapaian target 1 119,66 110,68 102,72 95,67 2 119,66 110,62 107,59 105,10 3 119,66 109,84 104,59 103,79 Skenario Optimis IP padi sawah 1 155,00 162,50 175,00 185,00 2 155,00 165,00 175,00 185,00 3 155,00 165,00 175,00 185,00 Pencapaian target 1 119,66 116,73 114,69 113,60 2 119,66 115,23 112,01 109,77 3 119,66 110,77 106,74 103,53 Hasil pengolahan dengan Powersim 2.5 Alternatif Kondisi awal tahun 2008 Tabel 5.22 memperlihatkan bahwa apabila diasumsikan produktivitas padi sawah meningkat mengikuti tren 2001-2008 hingga mencapai 5,9 ton ha -1 pada tahun 2023, maka untuk mencapai target produksi 100 apabila skenario pesimis dijalankan harus meningkatkan IP padi sawah secara bertahap hingga 220 pada tahun 2023, skenario moderat 200 dan skenario optimis 185. Apabila alternatif peningkatan IP padi sawah tidak dapat mencapai terget produksi, maka perluasan areal padi ladang merupakan opsi yang dapat dipertimbangkan untuk menutupi defisit produksi padi akibat konversi lahan sawah yang sulit dikendalikan. Peluang perluasan padi ladang sekitar 137.600 ha 61,3 dari potensi lahan yang tersedia di NTB Hidayat dan Ritung, 2008. Opsi perluasan areal padi ladang untuk menutupi defisit produksi padi guna mencukupi kebutuhan pangan domestik memerlukan pengkajian yang mendalam dari berbagai aspek ekologi, ekonomi, sosial, kebijakan dan kelembagaan serta Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 145 teknologi dan infrastruktur. Selain memerlukan biaya yang cukup besar untuk pembukaan lahan baru, juga dukungan teknologinya terbatas, tingkat produktivitas rendah dan resiko terhadap cekaman lingkungan akibat variabilitas iklim sangat tinggi. Dari aspek kebijakan, pemanfaatan lahan kering untuk usaha tani padi akan berbenturan dengan upaya diversifikasi pangan yang berbasis pada pengembangan sumber daya lokal yang adaptif pada lingkungan tersebut. Oleh karena itu dalam proses perencanaan pembangunan hal-hal tersebut menjadi pertimbangan yang utama. Proyeksi kebutuhan luas panen padi ladang untuk mencapai sasaran produksi padi tahun 2023 ditunjukkan pada Tabel 5.23. Tabel 5.23. Skenario perluasaan areal panen padi ladang dan tingkat pencapaian produksi padi pada tahun 2023 di NTB. Tahun SkenarioPeubah 2008 2013 2018 2023 Skenario Pesimis Luas panen padi ladang ribu ha 53,46 83,46 113,46 143,46 Produktivitas ton GKG 3,62 3,73 3,84 3,96 Produksi padi ladang juta ton GKG 0,19 0,31 0,44 0,57 Produksi NTB juta ton 1,75 1,68 1,66 1,64 Skenario Moderat Luas panen padi ladang ribu ha 53,46 73,46 93,46 113,46 Produktivitas ton GKG 3,62 3,73 3,84 3,96 Produksi padi ladang juta ton GKG 0,19 0,27 0,36 0,45 Produksi NTB juta ton 1,75 1,68 1,67 1,65 Skenario Optimis Luas panen padi ladang ribu ha 53,46 60,96 68,46 75,96 Produktivitas ton GKG 3,62 3,73 3,84 3,96 Produksi padi ladang juta ton GKG 0,19 0,23 0,26 0,30 Produksi NTB juta ton 1,75 1,68 1,65 1,62 Produktivitas ha -1 mengikuti trend 2001-2008 Data awal tahun 2008 Tabel 5.23 memperlihatkan bahwa luas areal padi ladang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi apabila skenario pesimis yang dijalankan adalah seluas 143.460 ha atau meningkat 168,36 dari luas ladang saat ini, skenario moderat memerlukan 113.460 ha atau meningkat 112,23 dan skenario optimis memerlukan seluas 75.960 ha atau meningkat 42. Opsi peningkatan IP padi sawah dan perluasaan areal padi ladang yang dikombinasikan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk mencapai target produksi yang diharapkan. Alternatif intervensi ini akan memberikan hasil yang lebih rasional dibandingkan dengan apabila dilakukan secara parsial. Tiga skenario masing-masing dengan tiga alternatif tingkat Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 146 intervensi IP padi sawah dan perluasan areal padi ladang digunakan sebagai kompensasi penurunan luas baku sawah akibat konversi. Hasil simulasi tiga skenario dengan tiga alternatif tingkat intervensi peningkatan IP padi sawah dan perluasan areal padi ladang, ditunjukkan pada Gambar 5.21. 50 100 150 200 250 P-1 M-1 O-1 P-2 M-2 O-2 P-3 M-3 O-3 Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3 Skenario dan Alternatif Tingkat Intervensi T in g k a t In te rv e n s i 20 40 60 80 100 120 P e n c a p a ia n P ro d u k s i Peningk atan IP padi sawah Perluasan areal padi ladang Pencapaian target produk si P = pesimis M = moderat 1,2,3 = alternatif O = optimis Gambar 5.21. Kinerja skenario peningkatan IP padi sawah dan perluasan areal padi ladang dengan tiga alternatif tingkat intervensi. Gambar 5.21 memperlihatkan bahwa ketiga alternatif kombinasi peningkatan IP padi sawah dan perluasan areal padi ladang mempunyai respon yang berbeda terhadap pencapaian target produksi 100 pada tahun 2023. Peningkatan IP padi sawah dan perluasan areal padi ladang yang terbatas pada skenario pesimis, moderat dan optimis Alternatif-1 kinerja skenario tidak optimal, sehingga sasaran produksi yang dapat dicapai negatif pada skenario pesimis, meskipun pada skenario moderat dan optimis positif. Peningkatan IP padi sawah yang lebih tinggi meskipun tidak diikuti dengan perluasan areal padi ladang pada skenario pesimis, moderat dan optimis Alternatif-2, memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Alternatif-1. Pada Alternatif-2 peluang skenario pesimis untuk mencapai target produksi pada kondisi nyata sangat kecil, karena IP padi sawah yang dipersyaratkan lebih 220 adalah kurang realistis menurut kondisi wilayah NTB yang sebagian besar wilayahnya beriklim kering. Demikian pula halnya dengan skenario optimis, peluangnya untuk mencapai target produksi akan terkendala oleh persyaratan konversi lahan sawah di bawah 2,2 tahun -1 . Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 147 Kombinasi peningkatan IP padi sawah dan perluasan areal padi ladang pada skenario pesimis, moderat dan optimis Alternatif-3, memberikan kinerja yang baik sehingga dapat mencapai target yang diharapkan. Akan tetapi peluang skenario pesimis untuk mencapai target sangat kecil bahkan tidak mungkin tercapai karena skenario pesimis mempersyaratkan perluasan areal padi ladang lebih dari 224 atau melebihi potensi areal yang tersedia. Sedangkan peluang pencapaian target melalui skenario optimis akan terkendala oleh persyaratan konversi lahan di bawah 2,2 tahun -1 . Hal ini sangat sulit dicapai dengan kondisi pembangunan yang sedang berkembang di NTB. Berdasarkan potensi dan peluang tersebut, maka pilihan skenario yang paling rasional adalah Skenario Moderat dengan kombinasi peningkatan IP padi sawah 185 dan perluasan areal padi ladang 113.460 ha. Secara kuantitatif hasil kinerja skenario moderat disajikan pada Tabel 5.24. Tabel 5.24. Kinerja skenario moderat dengan strategi peningkatan IP dan perluasan areal padi ladang pada tahun 2023 Tahun Peubah 2008 2013 2018 2023 Konversi lahan sawah 4,07 2,8 2,8 2,8 Luas baku sawah ribu ha 230,99 201,36 176,12 153,75 Luas komoditas lain ribu ha 38,64 39,91 41,22 42,58 IP padi sawah 155 165 175 185 Luas panen padi sawah ribu ha 298,14 266,39 236,07 205,67 Produktivitas kw GKG 50,85 53,44 56,17 59,04 Produksi padi sawah juta ton 1,52 1,42 1,33 1,21 Luas padi ladang ribu ha 53,46 73,46 93,46 113,46 Produktivitas kw GKG 36,18 37,28 0,38 39,58 Produksi padi ladang juta ton 0,19 0,27 0,36 0,45 Produksi total NTB juta ton 1,75 1,68 1,67 1,65 Konsumsi juta ton GKG 1,31 1,42 1,52 1,56 Surplus 25,14 15,47 8,98 5,45 Hasil olah data dengan Powersim 2.5 Kondisi awal tahun 2008 Trend 2001-2008 Tabel 5.24 memperlihatkan bahwa penurunan luas baku sawah sebesar 2,8 tahun -1 secara langsung memberikan pengaruh pada penurunan luas panen padi sawah sebesar 28,55. Apabila luas lahan sawah untuk penggunaan komoditas selain padi meningkat mengikuti kecenderungan tahun 2001-2008, maka diperkirakan luas baku sawah untuk usaha tani padi seluas 153.750 ha. Dengan penambahan areal padi ladang menjadi 113.460 ha dan asumsi tingkat produktivitas padi sawah dan ladang mengikuti tren 2001-2008, Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 148 yaitu 59 kw ha -1 dan 39 kw ha -1 , maka neraca produksi padi diperkirakan akan surplus sebesar 5,45 pada tahun 2023. Target produktivitas tersebut masih di bawah potensi hasil varietas. Target produktivitas yang digunakan telah mempertimbangkan tren produktivitas selama 10 tahun terakhir, kualitas lahan dan variabilitas iklim yang sulit diprediksi di NTB. Varietas Widas, Ciherang, Cigeulis yang umum diusahakan petani di NTB dengan potensi hasil 80 kw ha -1 , produktivitasnya mencapai rata-rata 49,71 kw ha -1 . Produktivitas padi di Indonesia yang tertinggi dihasilkan petani Jawa Timur sebesar 59,11 kw ha -1 Deptan, 2010. Diduga kualitas lahan sawah di Jawa Timur lebih baik dibandingkan dengan di NTB yang didominasi kelas kesesuaian lahan S2 dan S3 untuk tanaman padi sawah. Dengan pencapaian tingkat produktivitas seperti tersebut di atas, diperkirakan produksi padi sawah pada tahun 2023 mencapai 1,21 juta ton atau menurun 19,91 dan produksi padi ladang 0,45 juta ton atau meningkat 132,15. Total produksi padi yang dapat dicapai pada tahun 2023 adalah 1,65 juta ton atau menurun 2,71 dari tahun 2008. Apabila kedua opsi di atas dikombinasikan dengan upaya pengendalian konsumsi melalui pengendalian pertumbuhan penduduk sebesar 10 dari kondisi awal yaitu dari 1,67 menjadi 1,5 dan konsumsi beras penduduk menurun sebesar 2 dari 139,15 kg kapita -1 tahun -1 menjadi 136,65 kg kapita -1 tahun -1 , maka diperkirakan konsumsi padi pada tahun 2023 tidak lebih dari 1,56 juta ton atau meningkat 25,76 dari tahun 2008. Dengan demikian, Skenario Moderat mampu mempertahankan neraca produksi dan konsumsi padi selama periode 2008-2023 dalam kondisi surplus, sehingga tujuan mempertahankan kemandirian pangan secara berkelanjutan di NTB dapat dicapai.

5.7.3. Penetapan Luas Lahan Optimum

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menetapkan luas lahan optimum, yaitu 1 penetapan luas lahan minimal Lm dengan pendekatan pengeluaran untuk memenuhi KHL minimal petani dan 2 penetapan luas lahan optimum dengan pendekatan neraca produksi dan konsumsi padi untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum penduduk. Kedua pendekatan ini dalam implementasinya harus berjalan sinergis karena berada dalam satu sistem yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain dalam mencapai sasaran yang diharapkan. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 149

5.7.3.1. Penetapan Luas Lahan Minimal Untuk Memenuhi KHL

Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan usaha tani padi pada tiga tipologi lahan sawah memberikan kontribusi yang rendah terhadap KHL petani. Oleh karena itu perlu disusun skenario peningkatan pendapatan usaha tani padi sawah agar dapat memberikan kontribusi sebesar 100 terhadap KHL. Memperhatikan kondisi biofisik, agroklimat, ketersediaan teknologi dan peluang keberhasilan, maka disusun skenario peningkatan pendapatan usaha tani padi sawah di tiga wilayah pewakil, disajikan pada Tabel 5.25. Tabel 5.25. Skenario intervensi peningkatan pendapatan petani pada tiga tipologi lahan sawah di tiga wilayah penelitian Wilayah sasaran Skenario dan intervensi yang diperlukan Lombok Tengah Sumbawa Barat Bima Kondisi Aktual 1 Irigasi teknis: - Luas lahan garapan KK -1 ha - 0,31 - 0,62 - 0,62 - Produktivitas kw ha -1 - 59,33 - 59,63 - 45,82 - Harga gabah Rp kg -1 - 2.650 - 2.650 - 2.650 - Biaya tenaga kerja - tinggi - tinggi - sedang - Mutu benih - tinggi - tinggi - sedang - Pemupukan - optimal - optimal - kurang opt - Penggunaan obat-obatan - tinggi - sedang - rendah - IP padi sawah - 200 - 300 - 300 - Pendapatan Rp. juta ha -1 - 26,086 - 27,502 - 19,815 2 Irigasi setengah teknis: - Luas lahan garapan KK -1 ha - 0,37 - 1,06 - 0,61 - Produktivitas kw ha -1 - 52,81 - 48,40 - 41,34 - Harga gabah Rp kg -1 - 2.650 - 2.650 - 2.650 - Biaya tenaga kerja - tinggi - tinggi - sedang - Mutu benih - tinggi - sedang - sedang - Pemupukan - optimal - belum opt - belum opt - Penggunaan obat-obatan - tinggi - sedang - rendah - IP padi sawah - 200 - 200 - 200 - Pendapatan Rp. juta ha -1 - 19,933 - 13,048 - 15,348 3 Tadah hujan: - Luas lahan garapan KK -1 ha - 0,45 - 0,84 - 0,97 - Produktivitas kw ha -1 - 45,23 - 48,40 - 41,34 - Harga gabah Rp kg -1 - 2.650 - 2.650 - 2.650 - Biaya tenaga kerja - tinggi - tinggi - sedang - Mutu benih - sedang - sedang - sedang - Pemupukan - belum opt - belum opt - belum opt - Penggunaan obat-obatan - tinggi - sedang - rendah - IP padi sawah - 100 - 100 - 100 - Pendapatan Rp. juta ha -1 - 4,632 - 5,299 - 6,814