Nilai indeks dan Status Keberlanjutan Multi-Dimensi

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 123 53,12 50,84 51,98 58,54 52,91 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Kebijakan Kelembagaan Teknologi Infrastruktur Gambar 5.12. Diagram layang-layang keberlanjutan multidimensi sistem produksi padi sawah di NTB Gambar 5.12 memperlihatkan bahwa ke lima dimensi sistem produksi padi sawah di NTB berada pada nilai indeks antara 50 – 75 pada skala keberlanjutan 0-100, sehingga masing-masing dimensi berstatus cukup berkelanjutan. Nilai indeks dan status keberlanjutan multidimenasi serta bobot setiap dimensi dihitung berdasarkan hasil analisis Rap-Sisprodi dan hasil penilaian tingkat kepentingan bobot setiap dimensi terhadap keberlanjutan sistem produksi padi sawah di NTB yang dilakukan oleh pakar. Nilai indeks multidimensi dan bobot setiap dimensi terhadap kinerja sistem produksi padi sawah, disajikan pada Tabel 5.14. Tabel 5.14. Nilai indeks multidimensi sistem produksi padi sawah di NTB Dimensi Keberlanjutan Bobot Nilai Pakar n=7 Bobot Ttb Indeks Keberlanjutan Bobot Dimensi  Ekologi 0,36 38 58,54 22,24  Ekonomi 0,25 27 51,98 14,03  Sosial 0,14 14 50,84 7,12  Kebijakan kelembagaan 0,13 13 53,12 6,91  Infrastruktur dan teknologi 0,07 8 52,91 4,23 Jumlah 0,95 100 267,39 54,53 Keterangan: Ttb = tertimbang Tabel 5.14 menunjukkan bahwa nilai indeks gabungan yang diperoleh sebesar 54,53. Nilai tersebut berada pada selang 50,01-75,00 menunjukkan bahwa status keberlanjutan sistem produksi padi sawah di NTB saat ini adalah cukup berkelanjutan. Dimensi ekologi memiliki bobot tertinggi, yaitu 22,24; diikuti dimensi ekonomi dengan bobot 14,03; dimensi sosial 7,12; dimensi Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 124 kebijakan dan kelembagaan 6,91 dan dimensi teknologi dan infrastruktur 4,23. Berdasarkan bobot tersebut dapat diperkirakan bahwa keberlanjutan sistem produksi padi sawah untuk mencapai kemandirian pangan di NTB sangat ditentukan oleh keberhasilan meningkatkan status keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi dan sosial tanpa mengabaikan arti pentingnya dimensi kebijakan- kelembagaan dan dimensi teknologi-infrastruktur. Faktor terpenting dari dimensi ekologi adalah eksistensi lahan sawah yang memberikan kontribusi lebih dari 90 dari total produksi padi NTB. Di wilayah beriklim kering, eksistensi lahan sawah tidak hanya penting sebagai faktor produksi padi untuk memenuhi hajat hidup lebih dari 95 penduduk, tetapi dari aspek ekonomi dan sosial, usaha tani padi sawah memberikan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi lebih dari 45 penduduk di perdesaan, penyangga kestabilan ekonomi dalam keadaan kritis dan berkaitan langsung dengan upaya mengatasi masalah kemiskinan poverty alleviation. Eksistensi lahan sawah juga berfungsi sebagai stabilisasi kualitas lingkungan mitigasi banjir, pengendali erosi tanah, pemelihara pasokan air tanah, penambat karbon, penyejuk dan penyegar udara, pendaur ulang sampah organik, dan pemelihara keanekaragaman hayati, serta pemelihara nilai sosial budaya dan daya tarik perdesaan rural amenity Agus dan Husein, 2005. Ancaman yang sangat serius dari dimensi ekologi adalah variabilitas iklim, laju konversi lahan sawah yang tidak terkendali dan bersifat permanen irreversible terjadinya degradasi lahan dan air serta rusaknya infrastruktur irigasi. Tingkat konversi lahan sawah yang sangat tinggi menyebabkan rasio antara luas lahan sawah dengan jumlah petani di NTB sangat kecil, yaitu sekitar 0,48 ha KK -1 . Sedangkan rasio luas lahan sawah dengan jumlah penduduk adalah 440 m 2 kapita -1 atau di bawah rata-rata nasional seluas 646 m 2 kapita -1 . Rata-rata luas lahan sawah di negara penghasil beras dunia, seperti Vietnam adalah 986 m 2 kapita -1 , China: 1.120 m 2 kapita -1 , India: 1.590 m 2 kapita -1 dan Thailand: 5.230 m 2 kapita -1 Pasaribu, 2009. Kondisi tersebut akan menjadi titik kritis bagi pencapaian swasembada beras secara berkelanjutan di NTB. Besarnya insentif ekonomi dari usaha tani padi sawah dalam memenuhi kebutuhan hidup layak petani akan menentukan keputusan petani apakah akan mempertahankan asset produktif yang dimiliki menjadi basis dalam memperoleh pendapatan. Indikator utama dimensi ekonomi adalah tingkat efisiensi, daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah, dan stabilitas ekonomi petani. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 125 Tekanan penduduk terhadap eksistensi lahan sawah yang sangat tinggi seringkali menimbulkan konflik dalam pemanfaatannya. Demikian pula preferensi penduduk yang sangat bias terhadap beras, menjadi hambatan dalam upaya diversifikasi pangan. Oleh itu kemanpuan dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan pengendalian konsumsi beras penduduk kapita -1 tahun -1 akan menentukan keberhasilan mencapai target kemandirian pangan berkelanjutan. Kebijakan dan kelembagaan memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan keberlanjutan sistem produksi padi sawah yang bersifat kompleks, multidimensi dan melibatkan banyak sektor. Menurut Djogo et al. 2003, kebijakan dan kelembagaan sulit dipisahkan, seperti dua sisi sekeping mata uang. Kebijakan yang baik tetapi tidak didukung kelembagaan yang baik, tidak akan membawa proses pembangunan mencapai hasil yang maksimal. Kebijakan adalah intervensi pemerintah untuk mencari cara pemecahan masalah dalam pembangunan dan mendukung proses pembangunan ke arah yang lebih baik. Berbagai hasil kajian menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan bersumber dari dua persoalan fundamental, yaitu kegagalan kebijakan dan kelembagaan. Dimensi teknologi dan infrastruktur memegang peranan penting dalam mempengaruhi setiap dimensi agar setiap dimensi mencapai kinerja yang maksimal. Akan tetapi dalam penilaian pakar menunjukkan bobot yang rendah, disebabkan antara lain adanya keterbatasan dalam setiap teknologi yang dhasilkan. Teknologi seringkali menghendaki persyaratan kondisi lingkungan tertentu untuk mencapai output yang optimal. Dalam sistem produksi padi, keterbatasan teknologi ditunjukkan oleh terjadinya pelandaian produktivitas levelling off, yaitu suatu kondisi dimana penambahan per unit input hara yang tidak diikuti oleh peningkatan produksi padi. Apabila input produksi seperti pupuk terus ditambahkan justru mengakibatkan terjadinya penurunan produksi Low of Diminishing Return karena keterbatasan potensi hasil varietas dan kesuburan lahan, sehingga pendapatan petani semakin rendah. Suatu teknologi dikatakan baik apabila memenuhi sedikitnya empat syarat, yaitu secara teknis dapat diterapkan, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial diterima dan tidak merusak lingkungan FAO,1989; Harwood, 1987.

5.5.7. Nilai Stress dan Koefisien Determinasi

Ketepatan konfigurasi dari suatu titik yang mencerminkan data aslinya dapat diukur dengan melihat nilai stress dari hasil analisis ordinasi Rap-Sisprodi terhadap setiap dimensi yang dianalisis. Kemampuan setiap atribut untuk Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 126 menjelaskan dan memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan sistem yang dikaji dengan melihat nilai koefisien determinasi R 2 setiap dimensi yang dianalisis. Nilai stress dan koefisien determinasi setiap dimensi, dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15. Nilai stress dan koefisien determinasi multidimensi Dimensi keberlanjutan Nilai indeks keberlanjutan Stress R 2  Ekologi 58,54 0,14 0,95  Ekonomi 51,98 0,14 0,95  Sosial 50,84 0,13 0,95  Kebijakan dan Kelembagaan 53,12 0,15 0,94  Teknologi dan Infrastruktur 52,91 0,15 0,95 Nilai indeks 50,01 – 75,0 dikategorikan cukup berkelanjutan Nilai stress 0,25 berarti goodness of fit Nilai R 2 95 atau 80 berarti kontribusinya sangat baik Tabel 5.15 memperlihatkan bahwa nilai stress rata-rata dimensi adalah 0,14 dan nilai R 2 rata-rata adalah 0,95. Didalam Rapfish, nilai stress dikatakan baik apabila nilainya 0,25 Malhotra, 2006, berarti nilai goodness of fit dalam MDS yang menyatakan bahwa konfigurasi atribut dapat mencerminkan data aslinya. Sedangkan nilai R 2 sebesar 0,95 menunjukkan bahwa atribut atau faktor yang dinilai pada setiap dimensi mampu menerangkan dan memberikan kontribusi 95 terhadap keberlanjutan sistem yang dikaji. Menurut Kavanagh 2001, nilai R 2 yang baik apabila 80 atau mendekati 100.

5.5.8. Pengaruh Galat

Evaluasi pengaruh galat Error acak dengan menggunakan analisis Monte Carlo bertujuan mengetahui: a pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, b pengaruh variasi pemberian skor, c stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, d kesalahan pemasukan atau hilangnya data missing data, dan e nilai stress dapat diterima apabila 20. Hasil analisis Monte Carlo terhadap semua dimensi ditunjukkan pada Tabel 5.16. Tabel 5.16. Hasil analisis Monte Carlo dan nilai stress multidimensi Dimensi Keberlanjutan Nilai indeks Keberlanjutan Analisis Monte Carlo Stress  Ekologi 58,54 57,92 1,06  Ekonomi 51,98 50,87 2,13  Sosial 50,84 50,60 0,47  Kebijakan dan Kelembagaan 53,12 52,82 0,56  Infrastruktur dan Teknologi 52,91 52,66 0,47 Keterangan: Akurasi dijamin pada taraf 95 Akurasi dijamin pada taraf 99.