Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB
165 Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka pemerintah harus
segera menetapkan lahan sawah sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan amanat UU No. 41 Tahun 2009. Oleh karena itu Peraturan
Pemerintah yang menjadi acuan pelaksanaan UU tersebut harus segera dirampungkan. Sebagai langkah awal, Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Provinsi NTB 2009-2029 yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Perda No.3 Tahun 2010 harus diimplementasikan secara konsisten. Kawasan
peruntukan pertanian harus ditetapkan sebagai lahan pertanian berkelanjutan dengan mematuhi ketentuan pelarangan alih fungsi lahan sawah ke non
pertanian sesuai arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2010 Pasal 59.
Dengan demikian, implementasi penetapan luas lahan optimum untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum penduduk secara mandiri dan berkelanjutan
sejalan dengan amanat UU No. 41 Tahun 2009 dan Perda tentang RTRW Provinsi NTB 2009-2029, agar kebutuhan dasar yang merupakan hak azasi
manusia dapat dijamin ketersediaannya oleh pemerintah bersama masyarakat.
6.2. Strategi Peningkatan Produksi Padi
Sesuai dengan target utama pembangunan pertanian yaitu pencapaian swasembada pangan yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan petani,
maka skenario moderat menjadi alternatif yang paling rasional untuk dijalankan. Ada tiga strategi kebijakan yang harus dilaksanakan dalam skenario moderat,
yaitu 1 strategi peningkatan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum; 2 strategi peningkatan pendapatan petani untuk memenuhi
kebutuhan hidup layak petani, dan 3 strategi pengendalian konsumsi beras. Ketiga strategi tersebut dilaksanakan melalui intervensi faktor-faktor kunci yang
dapat dijabarkan sebagai berikut: Strategi peningkatan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan fisik
minimum penduduk
menjadi isu
yang sangat
penting terkait
dengan permasalahan pangan pokok lebih dari 95 penduduk. Langkah-langkah
strategis yang harus dilaksanakan antara lain:
6.2.1. Pengendalian Konversi Lahan Sawah
Konversi lahan sawah ke non pertanian merupakan ancaman bagi kemandirian pangan, karena bersifat permanen dan multiplikasi. Konversi lahan
dapat berjalan secara sistematis dan sporadis menuju ke arah land rent yang
Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB
166 lebih baik. Peralihan secara sistematis memuat karakter perencanaan dan
keinginan publik sehingga luasan lahan hasil peralihan lebih terkendali dan terkonsolidasi dalam kerangka perencanaan tata ruang wilayah. Peralihan
sporadis memuat karakter lebih individual atau oleh sekelompok masyarakat sehingga luasan hasil peralihan tidak dapat diprediksi dan menyebar tidak
terkonsolidasi Nugroho dan Dahuri, 2004. Oleh karena itu, pengendalian konversi lahan perlu mempertimbangkan kedua karakter tersebut.
Tiga opsi yang dapat dipertimbangkan untuk mengendalikan konversi lahan sawah, yaitu: 1 pengendalian sistematis melalui otoritas sentral yang
membatasi kebebasan dalam mengakses sumber daya lahan, melalui instrumen hukum regulasi sebagai first order condition; 2 pemberian insentif kepada
petani atau pemilik lahan, agar dapat menjalankan fungsi produksi dan konservasi lahan sawah, melalui intrumen ekonomi dan 3 pemberdayaan
masyarakat melalui
community development
sehingga petani
mampu melaksanakan pembatasan alih fungsi lahan sawah dan menjaga warisan
budayanya. Kedua opsi tersebut sebagai second order condition. Insentif yang dapat diberikan antara lain keringanan pajak bagi pemilik yang menjalankan
fungsi produksi padi pada lahan sawahnya dan pengenaan sanksi disinsentif bagi pemilik yang membiarkan lahan sawahnya terlantar.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Pasandaran 2006 dan beberapa pakar. Instrumen yang dapat digunakan sebagai landasan hukum pengendalian
konversi lahan di NTB, antara lain disajikan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1. Peraturan perundangan yang dapat digunakan sebagai instrumen
pengendalian konversi lahan sawah Peraturan dan Perundangan
Tentang 1. UU RI No 26 Tahun 2007
Penataan Ruang 2. Perda Provinsi NTB No.
1 Tahun 2009 Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah RPJMD Provinsi NTB 2009-2013 3. UU No.41 Tahun 2009
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
4. Perda Provinsi NTB No. 3 Tahun 2010
Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi NTB Tahun 2009-2029
Pentingnya pengendalian konversi lahan sawah adalah terkait dengan besarnya dampak yang ditimbulkan, antara lain potensi ancaman terhadap
kecukupan pangan, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, penghematan devisa, pelestarian lingkungan, dan identitas budaya.