Kelas Kesesuaian Lahan Sawah

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 49 mempertemukan matching antara persyaratan tumbuh tanaman padi sawah dengan karakteristik lahan baik fisik maupun ekonomi dengan menggunakan perangkat program Automatic Land Evaluation System-ALES CSRFAO, 1983. Persyaratan penggunaankarakteristik lahan untuk pertumbuhan tanaman padi sawah mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian, Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor Djaenudin et al., 2003. Sedangkan karakteristik lahan secara fisik menggunakan hasil pengamatan dan analisis contoh tanah di laboratorium yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP NTB, 2005. Peta kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kabupaten Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Bima mengacu pada hasil evaluasi lahan secara fisik yang telah dilakukan Nazam et al. 2005; 2006, disajikan dalam Peta Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah pada Gambar 3.4; 3.5 dan 3.6. Gambar 3.4. Peta kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kabupaten Lombok Tengah, NTB Nazam et al., 2005. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 50 Gambar 3.5. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Sumbawa Barat Nazam et al., 2006. Gambar 3.6. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Bima Nazam et al., 2005. LEGENDA Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 51 Hasil evaluasi lahan berdasarkan kelas kesesuaian lahan Gambar 3.4, 3.5 dan 3.6 menunjukkan bahwa sekitar 23,78 lahan sawah di NTB dikategorikan sangat sesuai S1, sekitar 41 lahan cukup sesuai S2, dan sisanya tergolong dalam kelas sesuai marginal S3. Faktor penghambat utama adalah bahaya erosi longsor eh, media perakaran rc dan retensi hara nr. Erosi tanah dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Pengolahan tanah pada sistem persawahan dapat menyebabkan hilangnya tanah dan hara mengingat aktivitas pengolahan tersebut biasanya dilakukan pada saat air dialirkan. Aktivitas lain yang juga mempengaruhi penghanyutan tanah dan hara menurut Kundarto et al.2003 adalah kegiatan-kegiatan penanaman, penyiangan, pemupukan dan pemanenan. Dalam penilaian kesesuaian lahan, parameter kualitas lahan yang dipertimbangkan untuk dievaluasi dengan tipe penggunaan lahan input sedang adalah bahaya erosi eh, media perakaran rc, dan rejim suhu udara tc, sedangkan parameter lainnya seperti ketersediaan air wa, retensi hara nr, dan ketersediaan hara na dipertimbangkan pada penilaian lahan input rendah. Di antara parameter kualitas lahan tersebut, media perakaran, rejim suhu udara relatif lebih sulit untuk diatasi. Kualitas lahan bahaya erosi bisa tidak dipertimbangkan mengingat sebagian besar lahan sawah berada pada wilayah dengan kelerengan di bawah 8 dan lahan sawah memiliki pematang untuk menahan laju aliran air permukaan run off. Penambahan hara pada sistem persawahan terutama terjadi pada aktivitas pemupukan dan hara terlarut dalam air irigasi. Selain diserap oleh tanaman dan tanah, hara akan hilang melalui proses penguapan dan pelindian leaching. Pelindian dapat berupa peresapan langsung ke dalam profil tanah berupa infiltrasiperkolasi maupun hara terlarut dalam air drainase. Asdak 1995 dalam Kundarto et al. 2003, menyatakan bahwa proses kehilangan hara dapat disebabkan oleh banyak faktor. Empat faktor utama yang berpengaruh dalam proses kehilangan hara adalah mekanisme yang memungkinkan hara untuk larut yang diperankan oleh air, kontak langsung dengan tanah, gravitasi dan waktu. 3.5. Infrastruktur dan Air Irigasi 3.5.1. Infrastruktur Transportasi Darat, Laut dan Udara Ruas-ruas jalan di Provinsi NTB, terdiri atas ruas-ruas jalan nasional dan jalan provinsi. Berdasarkan SK Menteri PU No. 631KptsM2009, panjang jalan Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 52 nasional di Provinsi NTB sekitar 632.174 km 2 , sedangkan panjang jalan provinsi sesuai Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 376KptsM 2004 adalah 2.367,60 km 2 . Jalur penyeberangan lintas provinsi sebanyak lima buah, terdiri atas dua jalur penyeberangan NTB – Bali, yaitu Lembar – Padang Bai dan Ampenan - Karangasem; satu jalur penyeberangan NTB - Sulawesi Selatan, yaitu Bima - Takalar; dan dua jalur penyeberangan NTB ke NTT, yaitu Sape – Waikelo dan Sape – Labuhan Bajo. Jalur penyeberangan lintas KabupatenKota sebanyak tiga buah, yaitu Labuhan Kayangan Lombok Timur – Poto Tano Sumbawa Barat; Labuhan Telong-Elong Lombok Timur – Benete Sumbawa Barat; Calabai Dompu – Pulau Moyo Sumbawa. Jalur pelayaran Provinsi sebanyak 11 buah, yaitu 1 Labuhan Haji – Benete; 2 Labangka - Cempi; 3 Cempi – Waworada; 4 Waworada – Sape; 5 Telong-Elong – Benete, 6 Benete – Labangka, 7 Labuhan Lombok – Badas, 8 Calabai – Bima, 9 Badas – Kempo, 10 Kempo – Calabai, dan 11 Bima – Sape. Di NTB juga terdapat empat buah bandara, yaitu Selaparang Kota Mataram, Brang Biji Sumbawa, M. Salahuddin Bima dan Sekongkang Sumbawa Barat. Saat ini sedang dibangun Bandara bertaraf Internasional, yaitu Bandara Tanak Awu yang direncanakan beroperasi mulai 2011.

3.5.2. Jaringan Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi yang tersedia di NTB terdiri atas 1 jaringan mikro digital perkotaan meliputi seluruh kota kabupatenkota, 2 situs internet meliputi Kota Mataram, Sumbawa Besar, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima, 3 teknologi seluler meliputi 10 kabupatenkota, 4 telepon otomat meliputi 10 kabupatenkota, 5 jaringan multimedia terpusat di Kota Mataram dengan distribusi Tanjung, Gerung, Praya, Selong, Taliwang, Sumbawa Besar, Dompu, Woha, Bima, 6 jaringan televisi lokal menjangkau siaran ke seluruh wilayah NTB, dan 7 radio lokal menjangkau siaran ke seluruh wilayah NTB.

3.5.2. Sumber, Debit dan Jaringan irigasi

Kondisi sumber dan debit air irigasi di NTB menunjukkan penurunan yang signifikan. Berdasarkan data pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah NTB 2009 – 2013, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 15 tahun sejak 1985-2000 teridentifikasi sebanyak 440 titik mata air yang hilang. Saat ini jumlah titik mata air yang tersisa sekitar 230 titik. Jika laju kerusakan hutan NTB