Penciptaan Lapangan Kerja Baru Pada Kegiatan Non Pertanian

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 175

6.4.1. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk

Pengendalian pertumbuhan penduduk adalah salah satu strategi menurunkan konsumsi beras. Laju pertumbuhan penduduk NTB dalam delapan tahun terakhir tergolong cukup tinggi, yaitu secara agregasi mencapai 1,67 tahun -1 . Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan, maka diperkirakan pada tahun 2023 jumlah penduduk NTB mencapai 5,6 juta jiwa dan membutuhkan beras setara GKG sebanyak 1,79 juta ton tahun -1 . Dengan kondisi kapasitas produksi padi yang semakin menurun, maka pengendalian pertumbuhan penduduk merupakan langkah strategis yang harus dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan. Peraturan perundangan yang mengatur tentang masalah kependudukan adalah: UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

6.4.2. Diversifikasi Pangan

Isu strategis dalam pelaksanaan diversifikasi pangan terkait dengan aspek teknis produksi, aspek sosial budaya dan ekonomi. Ketiga aspek tersebut perlu dipadukan secara harmonis dan bermuara ke dalam pengembangan daerah berdasarkan komoditas lokal. Faktor penghambat diversifikasi pangan menurut Syah 2009 antara lain: a tidak berkembangnya keterkaitan hulu dan hilir serta sektor ekonomi terkait lainnya; b kurang dihargainya pangan pokok setempat; c pendapatan dan daya beli yang rendah dan d pengembangan kebijakan dan IPTEK terlalu bias pada beras. Faktor pendorong pelaksanaan diversifikasi pangan pokok adalah a sangat back to basic dan based on local resources; b gaya hidup modern yang serba praktis, waktu terbatas; c hasil-hasil penelitian di bidang budidaya dan pasca panen dan d pengembangan agro industri di tingkat lokal Syah, 2009. Pengembangan kebijakan dan IPTEK yang terlalu bias pada pada beras menyebabkan sumber daya yang tersedia didayagunakan untuk meningkatkan produksi padi. Akibatnya komoditas lokal sumber karbohidrat alternatif kurang mendapat perhatian, dan hal jelas menghambat diversifikasi pangan. Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi makanan non beras seperti singkong, jagung, ubi jalar, dan lain-lain yang secara sosial telah berakar di perdesaan seringkali dipersepsikan negatif atau diidentikkan sebagai masyarakat