Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB
171 perluasan areal padi ladang dan peningkatan IP padi sawah akan menjadi
determinan utama perluasan areal panen pada masa yang akan datang. Dengan mempertimbangkan kondisi konversi lahan, keterbatasan sumber
daya air dan infrastruktur irigasi saat ini, maka untuk mencapai kemandirian pangan diperlukan areal padi ladang seluas 150.000 ha dan peningkatan IP padi
sawah minimal 200. Pencapaian IP dari target yang direncanakan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dan jaringan irigasi serta besarnya insentif
yang diterima petani dari usaha tani padi sawah. Perubahan keuntungan usaha tani padi relatif terhadap komoditas lain
yang dirangsang oleh perubahan harga dan perkembangan teknologi dapat menyebabkan alokasi lahan menurut komoditas mengalami perubahan. Akibat
harga riil gabah yang diterima petani cenderung menurun ditambah dengan stagnasi produktivitas, diperkirakan sebagai pemicu terjadinya pergeseran dari
usaha tani padi ke komoditas lain yang memberikan insentif lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari laju peningkatan luas areal komoditas lain dalam periode 2001-
2008 yang mengalami peningkatan 114. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya pelandaian produksi padi sawah.
6.3. Strategi Peningkatan Pendapatan Petani
Prospek sistem produksi padi sawah sangat ditentukan oleh keberhasilan memberdayakan petani skala kecil karena lebih dari 60 petani menguasai
lahan sempit kurang dari 0,4 ha KK
-1
. Dengan kondisi seperti ini, petani hanya mampu menghasilkan output untuk sekedar dapat bertahan hidup atau
memenuhi kebutuhan fisik minimalnya. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak minimalnya, diperlukan strategi peningkatan pendapatan petani yang
dapat ditempuh melalui berbagai upaya, antara lain:
6.3.1. Peningkatan Efisiensi Usaha Tani
Peningkatan efisiensi usaha tani dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu 1 optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal dan 2 menekan
kehilangan hasil. Meningkatkan efisiensi usaha tani melalui optimalisasi pemanfaatan
sumber daya
lokal dapat ditempuh melalui
pengurangan penggunaan input yang berasal dari luar usaha tani off-farm resources, seperti
pupuk kimia, obat-obatan dan mengoptimalkan pengelolaan dan input produksi dari dalam usaha tani on-farm resources dengan menerapkan sistem pertanian
LEISA Low External Input and Sustainable Agricultura. Dalam sistem ini input
Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB
172 produksi seperti peningkatan pemanfaatan tenaga kerja keluarga, pergirliran
varietas, pendauran ulang limbah pertanian, pemanfaatan pupuk organik dari sisa tanaman dan kotoran ternak. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk organik atau kompos selain dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga mampu menekan biaya produksi juga dapat memperbaiki
kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas lahan. Perbaikan teknologi panen dan pasca panen sangat penting untuk
menekan kehilangan hasil akibat tercecer. Berdasarkan data BPS 1996 kehilangan hasil panen di Indonesia mencapai 20,42, dengan rincian:
kehilangan saat panen 9,5, perontokan 4,8, penggilingan 2,2, pengeringan 2,1, penyimpanan 1,6 dan pengangkutan 0,2. Hasil penelitian Balai Besar
Pasca Panen tahun 2006 menunjukkan angka kehilangan hasil pascapanen padi di lahan irigasi dan tadah hujan berkisar 10,93 – 13,04 Anonim, 2006.
Kehilangan hasil panen dapat ditekan melalui penerapan model pengelolaan tanaman padi terpadu PTT, dapat menekan kehilangan hasil rata-rata 2,4
tahun
-1
. Sedangkan penerapan panen beregu dapat menekan kehilangan hasil panen sekitar 13,1 - 18,6 menjadi 3,8 Badan Litbang Pertanian, 2005a.
6.3.2. Pemberian Insentif dan Penguatan Kelembagaan
Pemberian insentif dalam bentuk subsidi, bantuan langsung maupun skim kredit dengan bunga rendah sangat strategis untuk mengurangi beban petani
dalam menekan biaya usaha tani. Disamping itu upaya meminimumkan biaya transaksi melalui penguatan kelembagaan tani kelompok tani. Perubahan
pendapatan petani dari berbagai kebijakan insentif memberikan dampak langsung pada kontribusi pendapatan petani terhadap KHLnya, seperti terlihat
pada Tabel 6.4. Tabel 6. 4. Perubahan kontribusi pendapatan usaha tani padi sawah terhadap
KHL petani sebagai dampak perubahan kebijakan insentif Kebijakan insentif dan kontribusi pendapatan usaha
tani padi sawah terhadap KHL petani Tipologi Lahan Sawah
Tanpa SP Dengan SP
SP+BBL SP+HPP
- Sawah irigasi teknis 63,63
73,49 75,53
85,18 - Sawah irigasi 12 teknis
50,29 56,15
58,07 64,29
- Sawah tadah hujan 22,32
26,82 26,82
31,52
Keterangan : SP subsidi pupuk, BBL bantuan benih langsung, HPP harga pembelian pemerintah dinaikkan 10