Kebaharuan Penelitian Novelty PENDAHULUAN

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 10 Gambar 1.2. Kerangka pemikiran penyusunan model penetapan luas lahan untuk mencukupi kebutuhan hidup layak petani dan kemandirian pangan Rachman 2001 melakukan kajian ”Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan di Kawasan Timur Indonesia KTI”. Menurut Rachman, konsumsi beras mendominasi pola konsumsi pangan sumber karbohidrat secara keseluruhan menurut daerah maupun menurut kelompok pendapatan, walaupun konsumsi beras rata-rata rumah tangga di KTI lebih rendah dibandingkan nasional. Rachman juga memproyeksi produksi dan kebutuhan konsumsi beras nasional 2005, 2010 dan 2015 berdasarkan data times series 1997-2001, tetapi tidak menggunakan model sistem dinamis. Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian IPB 2002 melakukan Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 11 ”Analisis Skenario Pemenuhan Kebutuhan Pangan Nasional Hingga 2015 Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi Pertanian”, menggunakan analisis ekonometrika. Badan Bimas Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia melakukan ”Analisis Proyeksi Produksi dan Konsumsi Beras Nasional 2015 Ditinjau Dari Aspek Sosial Kelembagaan Pertanian dan Perdesaan” menggunakan analisis regresi linier trend analysis. Untuk memperkirakan kecukupan zat gizi energi tahun 2002-2015 dilakukan analisis berdasarkan angka kecukupan zat gizi dari Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1979, 1988, 1993 dan 1998. Kecukupan ini diterjemahkan dalam bentuk kebutuhan pangan berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Menurut hasil penelitian ini, pendekatan produksi dan availability masih menjadi tema yang dianggap mampu menjamin ketahanan pangan. Irawan 2005 melakukan ”Analisis Ketersediaan Beras Nasional, Suatu Kajian Simulasi Pendekatan Sistem Dinamis”, menggunakan data sekunder. Pengolahan data dengan menggunakan sistem dinamis Powersim. Dalam penelitian ini dilakukan penyederhanan, yaitu tidak mencakup sub sistem distribusi dan tata niaga, mengabaikan pengaruh faktor lingkungan dan pengaruh faktor harga gabah beras terhadap tingkat penawaran. Nurmalina 2007 meneliti tentang ”Model Neraca Ketersediaan Beras Yang Berkelanjutan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional”. Penelitian menitikberatkan neraca ketersediaan hanya pada pangan pokok beras pada tingkat nasional dan regional dengan waktu analisis 2005-2015. Penilaian indeks dan status keberlanjutan sistem ketersediaan beras dianalisis pada tingkat nasional dan regional menggunakan teknik ordinasi Rap-Rice dengan metode Multidimensional Scaling MDS. Tingkat regional mencakup beberapa wilayah, yaitu Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan wilayah lainnya Bali, NTB, NTT, Maluku dan Irian. Metode MDS memfokuskan pada lima dimensi analisis, yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, kelembagan dan teknologi. Sedangkan dimensi kebijakan dan infrastruktur tidak dimasukkan dalam analisis ini. Penentuan faktor-faktor kunci keberlanjutan dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Faktor yang berpengaruh terhadap sistem ketersediaan beras yang berkelanjutan adalah pencetakan sawah, konversi lahan, kesesuaian lahan, penduduk, produksi, produktivitas dan konsumsi penduduk kapita -1 . Menurut Nurmalina, kebijakan perbaikan faktor kunci dari sisi penyediaan produktivitas, produksi, pencetakan sawah dan kesesuaian lahan memberikan hasil kinerja Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 12 model lebih baik terhadap neraca ketersediaan beras yang berkelanjutan di masa yang akan datang, dibandingkan dengan kebijakan perbaikan pada sisi kebutuhan penurunan pertumbuhan jumlah penduduk dan konsumsi kapita -1 . Perbedaan mendasar antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang sekaligus merupakan kebaruan novelty penelitian ini dapat ditinjau dari beberapa aspek, sebagai berikut: 1 Tingkat agregasi penelitian-penelitian sebelumnya adalah nasional dan regional, sedangkan penelitian ini fokus pada tingkat agregasi provinsi yang diperkuat oleh data dan informasi sistem produksi padi sawah pada tingkat mikro usaha tani. 2 Penelitian-penelitian sebelumnya membahas masalah neraca penyediaan beras dan kebutuhan konsumsi beras, sedangkan penelitian ini mencakup permasalahan yang lebih luas, yaitu membahas sistem produksi padi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada agregasi provinsi, dan peningkatan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak KHL petani. 3 Penelitian sebelumnya dalam mencapai tujuan menggunakan analisis ekonometrika, regresi linier dengan pendekatan yang parsial. Analisis sistem dinamis digunakan oleh Irawan 2005 dengan mengabaikan pengaruh faktor lingkungan. Nurmalina 2007 menggunakan analisis keberlanjutan dan analisis sistem dinamis. Dalam penelitian ini menggabungkan analisis MDS, analisis input-output, optimasi, analisis KHL dan Lm petani dan analisis sistem dinamis. 4 Output yang dihasilkan Nurmalina 2007 adalah model neraca penyediaan dan kebutuhan beras regional dengan tiga skenario, yaitu skenario I intensifikasi plus dengan tiga alternatif, skenario II ekstensifikasi plus dan skenario III penekanan penduduk dan konsumsi kapita -1 . Penelitian ini menghasilkan model penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah mendukung kemandirian pangan berkelanjutan dengan tiga skenario, yaitu skenario pesimis, moderat dan optimis masing-masing dengan tiga alternatif. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi novelty penelitian ini adalah dihasilkannya rekayasa Model Penunjang Keputusan Berbasis Data Kuantitatif yang mengintegrasikan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kebijakan- kelembagaan dan teknologi-infrastruktur dalam sistem produksi padi sawah dan permintaan konsumsi padi untuk mencapai kemandirian pangan yang berkelanjutan. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem, Pendekatan Sistem dan Model 2.1.1. Sistem Secara leksikal, sistem berarti susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya. Dengan kata lain, sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks Marimin, 2004. Hartrisari 2007, mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan terorganisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Muhammadi et al. 2001, sistem adalah keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan. Pengertian keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan atau susunan aggregate, yaitu terletak pada kekuatan power yang dihasilkan oleh keseluruhan itu jauh lebih besar dari suatu penjumlahan atau susunan. Pengertian interaksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur, yang memberi bentukstruktur kepada obyek, membedakan dengan obyek lain, dan mempengaruhi perilaku dari obyek. Pengertian unsur adalah benda, baik konkrit atau abstrak yang menyusun obyek sistem. Kinerja sistem ditentukan oleh fungsi unsur. Gangguan salah satu fungsi unsur mempengaruhi unsur lain sehingga mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem disebut bagian sistem atau sub-sistem Muhammadi et al., 2001. Sistem terdiri atas komponen, atribut dan hubungan yang dapat didefinisikan sebagai berikut: 1 komponen adalah bagian-bagian dari sistem yang terdiri atas input, proses dan output. Setiap komponen sistem mengansumsikan berbagai nilai untuk menggambarkan pernyataan sistem sebagai seperangkat aksi pengendalian atau lebih sebagai pembatasan. Sistem terbangun atas komponen-komponen, komponen tersebut dapat dipecah menjadi komponen yang lebih kecil. Bagian komponen yang lebih kecil disebut dengan sub-sistem, 2 atribut adalah sifat-sifat atau manifestasi yang dapat dilihat pada komponen sebuah sistem. Atribut mengkarakteristikkan parameter sebuah sistem, 3 hubungan merupakan keterkaitan di antara komponen dan atribut Muhammadi et al., 2001. Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 14 Menurut Chechland 1981, ada beberapa persyaratan dalam berfikir sistem system thinking, di antaranya adalah: 1 holistik tidak parsial; system thinkers harus berfikir holistik tidak reduksionis; 2 sibernitik goal oriented; system thinkers harus mulai dengan berorientasi tujuan goal oriented tidak mulai dengan orientasi masalah problem oriented; 3 efektif; dalam ilmu sistem erat kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, dimana suatu aktivitas mentransformasikan input menjadi output yang dikehendaki secara sistematis dan terorganisasi guna mencapai tingkat yang efektif dan efisien. Jadi dalam ilmu sistem, hasil harus efektif dibanding efisien; ukurannya adalah cost effective bukan cost efficient, akan lebih baik apabila hasilnya efektif dan sekaligus efisien.

2.1.2. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis Marimin, 2004. Menurut Eriyatno 1999 karena pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem system approach. Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Keunggulan pendekatan sistem antara lain: 1 pendekatan sistem diperlukan karena makin lama makin dirasakan interdependensinya dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem, 2 sangat penting untuk menonjolkan tujuan yang hendak dicapai, dan tidak terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian itu sendiri, 3 dalam banyak hal pendekatan manajemen tradisional seringkali mengarahkan pandangan pada cara-cara koordinasi dan kontrol yang tepat, seolah-olah inilah yang menjadi tujuan manajemen, padahal tindakan-tindakan koordinasi dan kontrol ini hanyalah suatu cara untuk mencapai tujuan, dan harus disesuaikan dengan lingkungan yang dihadapi, 4 konsep sistem terutama berguna sebagai cara berfikir dalam suatu kerangka analisa, yang dapat memberi pengertian yang lebih mendasar mengenai perilaku dari suatu sistem dalam mencapai tujuan.