Struktur Model Kebutuhan Konsumsi

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 139 diperkirakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan luas panen. faktor tersebut juga harus dipertimbangkan dalam struktur model.

5.7.2.3. Validasi Model

Validasi model merupakan suatu usaha untuk menyimpulkan apakah model yang dibangun merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan Eriyatno, 2003. Validasi model adalah aspek pelengkap dalam metode berfikir sistem yang bertujuan memperoleh keyakinan sejauhmana kinerja model sesuai compatible dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta Muhammadi et al., 2001. Validasi model dilakukan sesuai dengan tujuan pemodelan, yaitu dengan cara membandingkan antara output model kinerja model dengan data empiris, sejauhmana perilaku output model sesuai dengan perilaku data empirik. Validasi model dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan formula persamaan 11. Variabel yang digunakan untuk validasi adalah jumlah penduduk, luas baku sawah, produktivitas padi sawah, luas panen padi sawah, produksi padi sawah, dan produksi padi NTB. Validasi kebutuhan konsumsi dalam penelitian ini tidak dilakukan karena tidak didukung data empiris yang dapat digunakan sebagai data pembanding. Selain itu kebutuhan konsumsi adalah fungsi dari kebutuhan pangan penduduk yang sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk. Kebutuhan konsumsi dihitung berdasarkan jumlah konsumsi penduduk ditambah kebutuhan agroindustri dan stok atau cadangan pemerintah. Sedangkan kebutuhan agroindustri dan stok dihitung berdasarkan jumlah konsumsi penduduk. Dengan demikian untuk memperoleh validitas konsumsi beras dapat didekati melalui validasi parameter jumlah penduduk sebagai variabel utama reference mode. Hasil validasi terhadap parameter-parameter model tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20. Perbandingan nilai paramater antara data aktual dengan output simulasi dalam validasi model periode 2001-2008 Peubah Tahun awal 2001 Tahun akhir 2008 Output 2008 MAPE 1. Jumlah penduduk jiwa 3.862.854 4.363.756 4.364.635 0,02 2. Luas baku sawah ha 210.595 230.986 231.001 0,01 3. Luas panen ha 272.895 306.272 306.424 0,05 4. Produktivitas kwha 46,50 50,85 50,80 0,10 5. Produksi ton 1.268.693 1.557.300 1.557.214 0,01 6. Produksi padi NTB ton 1.459.102 1.750.675 1.750.647 0,00 Nilai MAPE 5 berarti output sangat akurat Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 140 Pada Tabel 5.20 terlihat bahwa berdasarkan hasil validasi model terhadap parameter-parameter sistem dinamis dengan periode validasi 2001-2008 diperoleh rata-rata nilai MAPE 0,03 1. Menurut Hauke et al. 2001 apabila nilai MAPE 5 maka model yang dibuat sangat tepat. Nilai MPE hasil validasi mendekati nol sehingga model yang dibangun tidak bias atau dapat dikatakan nilai simulasi tidak melebihi atau di bawah nilai data aktual.

5.7.2.4. Skenario dan Strategi

Guna memudahkan dalam perumusan strategi dan opsi kebijakan, maka dalam penetapan luas lahan optimum dengan pendekatan neraca produksi dan konsumsi disusun tiga skenario alternatif, yaitu skenario pesimis, moderat dan optimis. Dari tiga skenario yang disusun, kemudian disusun strategi dan opsi kebijakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi untuk mencapai tujuan dari setiap skenario didasarkan pada tingkat intervensi terhadap faktor- faktor kunci sistem produksi padi sawah yang diperoleh dari hasil analisis prospektif yang berjumlah sembilan faktor. Hasil analisis morfologis dan identifikasi ketidaksesuaian dari analisis konsistensi terhadap sembilan faktor kunci tersebut diperoleh skenario dan tingkat intervensi faktor-faktor kunci yang merupakan strategi untuk mencapai tujuan dari masing-masing skenario di atas sebagaimana terlihat pada Tabel 5.21. Tabel 5.21. Skenario dan tingkat intervensi faktor-faktor kunci Skenario Tingkat intervensi faktor-faktor kunci  Kondisi aktual existing condition 1A, 2A, 3A, 4A, 5A, 6A, 7A, 8A, dan 9A  Pesimis 1B, 2B, 3A, 4A, 5B, 6A, 7A, 8A, dan 9A  Moderat 1B, 2B, 3A, 4B, 5B, 6B, 7B, 8A, dan 9B  Optimis 1C, 2C, 3C, 4C, 5C, 6B, 7C, 8B, dan 9C Keterangan: 1-9: faktor kunci ABC: tingkat intervensi faktor kunci Tabel 5.21. memperlihatkan kombinasi dari faktor-faktor kunci dan cluster sebagai strategi untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Pada kondisi aktual, semua faktor kunci memiliki cluster A, yang menunjukkan tidak ada intervensi baru atau sistem berlangsung mengikuti trend 2001-2008. Skenario pesimis dengan strategi mengintervensi faktor kunci 1, 2 dan 5 cluster B, artinya intervensi yang dilakukan sangat terbatas, sehingga kinerja sistem relatif sama dengan kondisi eksisting. Skenario moderat dilaksanakan dengan strategi intervensi enam faktor kunci cluster B, artinya intervensi yang dilakukan cukup moderat, sehingga kinerja sistem diharapkan jauh lebih baik dari kondisi saat ini.