Tempat PemrosesanPembuangan Akhir TPA
petugas mencatat nomor polisi kendaraan, volume sampah yang masuk, sumbernya, komposisi dominan sampah, bobot sampah yang masuk setelah
dilakukan penimbangan, serta waktu datang dan pergi truk pengangkut sampah.
3 Penimbangan Truk sampah menuju ke pos penimbangan untuk ditimbang, sehingga
didapatkan bobot netto sampah yang masuk. Truk sampah harus ditimbang kembali setelah melakukan penuangan sampah.
4 Penerimaan sampah Sarana penerimaan adalah bak penuangan sampah dari truk. Sampah
dituangkan pada bak yang dipersiapkan dengan baik dan rapi sebelum dilakukan pemilahan sortasi. Sarana penerimaan juga berfungsi sebagai
tempat penampungan sampah sementara sebelum diproses lebih lanjut. 5 Pendorongan sampah
Setelah didorong ke kolam pembuangan sampah kemudian sampah diratakan, didorong oleh petugas menuju input conveyor sortasi dengan
menggunakan alat-alat pendorong hand loader secara manual. Pendorongan dilakukan secara bertahap sehingga petugas sortasi bisa melakukan pemilahan
dengan baik. 6 Pemilahan sortasi
Pada saat sampah berada di belt conveyor, sampah dipilah. Pemilahan sampah yang masih bisa di daur ulang dilakukan secara manual oleh petugas
pemilah, dan dikumpulkan dalam wadah khusus yang telah disediakan. Posisi petugas pemilahan akan saling berhadapan dan pada posisi selang-seling.
Sampah yang masih memiliki nilai ekonomi layak daur ulang akan dipilah berdasarkan jenisnya dan akan didaur ulang lebih lanjut apabila tersedia
mesin pengolah, sedangkan apabila belum tersedia mesin pengolah, maka akan disalurkandipasarkan kepada pihak lain yang mampu mendaur
ulangnya. Sampah B3 juga dipilah dan dikumpulkan secara khusus untuk dilakukan penanganan khusus B3.
Sampah non hayati yang tidak memiliki nilai ekonomis juga dipilah pada tahap tersebut. Bagian yang dapat terbakar akan diinsinerasi pada insinerator,
sedang bagian yang non-combustibel akan dikumpulkan secara khusus untuk diangkut ke TPA. Pada instalasi tersebut akan ditempatkan 2 unit belt
conveyor sortasi dengan panjang masing-masing 10 m dan lebar 1 m. Perlengkapan yang perlu disediakan adalah wadah-wadah untuk menampung
hasil sorting berdasarkan jenisnya dan alat untuk mobilisasi wadah-wadah tersebut menuju penampungan sementara.
Estimasi sampah non hayati yang dipilah dapat didaur ulang ± 10, sedangkan sampah organik hayati yang dapat diproses menjadi kompos ±
50. Sampah yang tergolong B3 diperkirakan ± 2. Sisa pemilahan merupakan sampah yang tergolong reject combustible dan reject non-
combustible. Sampah yang tergolong reject combustible diperkirakan dapat dibakar pada insinerator, sedangkan sampah yang merupakan reject non-
combustible akan dibawa ke landfill sebagai alternatif terakhir. 7 Pencacahan Crusher
Sampah organik yang akan diproses lebih lanjut menjadi kompos akan dicacah terlebih dahulu. Sampah organik dari belt conveyor sortasi
akan dilanjutkan ke belt conveyor input dengan kemiringan ± 29° sehingga sampah organik hayati akan berjalan naik menuju input mesin pencacah
sampah Crusher. 8 Pengomposan
Pengomposan merupakan alternatif dalam penanganan sampah organik. Metode pengomposan telah banyak diperkenalkan, dan untuk pengomposan pada
instalasi pengolahan sampah tersebut dapat menerapkan metode apa saja asal biayanya memenuhi kemampuan. Contoh sistem pengomposan yang diterapkan
pada instalasi ini, di antaranya: a pengomposan; dan b pengomposan dipercepat. a Pengomposan
Convensional Model Windrow merupakan teknologi standar yang secara alami dan bertahap mampu melakukan dekomposisi, fermentasi,
pematangan, dan pengeringan materi organik yang sudah dihancurkan
hingga menjadi kompos yang dapat digunakan. Materi kompos dibiarkan terdekomposisi secara alamiah oleh kegiatan bakteri yang
menghasilkan panas pada tumpukan kompos. Panas yang timbul akibat tumpukan kompos selain membunuh patogen juga membantu proses
perbaikan dan pengeringan. Secara perlahan materi organik me- lepaskan cairan dan gas metan dari materi organik yang ter-
dekomposisi. Proses aerasi juga berlangsung alamiah. Proses windrow membutuhkan 21 – 30 hari untuk menghasilkan kompos berkualitas
baik. Peralatan yang dibutuhkan berupa segitiga bambu mamanjang dengan rangka kayu.
b Pengomposan dipercepat Sistem pengomposan ini dapat menjadi pilihan utama untuk
menggantikan sistem pengomposan konvensional. Sistem
pengomposan dipercepat ini dilakukan dengan proses rekayasa sehingga waktu yang dibutuhkan sampai terbentuknya kompos
berkualitas dapat dipersingkat. Proses pengomposan hanya mem- butuhkan waktu 5–7 hari. Rekayasa yang dilakukan pada sistem
ini, yaitu seperti pengaturan nutrisi dan rekayasa pemasukan udara. Pada awalnya sistem pengomposan di TPA Cipayung direncanakan
menggunakan sistem pengomposan dengan model windrow, tetapi sangat besar kemungkinan untuk mengembangkan proses
pengomposan dipercepat. 9 Penyaringan
Kompos matang kemudian disaring dengan menggunakan mesin penyaring ayakan dan pada instalasi ini akan dipasang mesin penyaring yang
berdiameter wiremesh 4, 5 dan 10 mm dengan prinsip rotary screening. Penyaringan sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hasil kompos yang
baik, karena berdasarkan penelitian ternyata diameter materi kompos sangat berpengaruh terhadap kompos itu sendiri.
10 Daur ulang plastik
Daur ulang bahan non organik berupa plastik akan dipisahkan dulu berdasarkan jenisnya, kemudian diolah oleh mesin penghancur plastik sampai
menjadi biji plastik yang siap untuk diolah lebih lanjut. Daur-ulang plastik bukan merupakan teknolo gi utama dalam pengolahan sampah terpadu, karena
plastik hasil pemilahan dapat langsung dijual ke lapak atau bandar plastik, tetapi untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan teknologi secara
terpadu maka pengolahan sampah plastik juga direncanakan, disamping untuk peningkatan nilai ekonomi harga jual.
11 Daur Ulang Kertas Sampah kering yang berupa kertas, seperti kertas karton, koran, dan
kardus dapat didaur ulang kembali menjadi kertas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pengolahan kertas merupakan teknologi pelengkap, bukan
sebagai teknologi utama dalam pengolahan sampah terpadu. Sampah kertas dipilah berdasarkan jenisnya, kemudian dihancurkan dengan mesin
penghancur kertas dan selanjutnya dibentuk menjadi bubur kertas dan dapat
dicetak dengan cetakan yang dirancang khusus.
12 Biogas Merupakan gabungan gas metan CH
4
dan gas karbondioksida CO
2
yang muncul akibat proses biodegradasi materi organik dalam kondisi kurang atau tanpa oksigen O
2
. Biogas dapat dikonversi menjadi sumber energi listrik.
MENLH dan JICA 2003 mengemukakan salah satu contoh negara yang telah sukses melakukan pengelolaan sampah adalah Kanada. Sejumlah
Departemen Pemerintah Pusat sudah mengadopsi suatu peran kepemimpinan di dalam manajemen sampah padat. Sebagai contoh, lingkungan Kanada melalui
disain dan implementasi Program ”tanpa sampah = no waste” telah mengurangi sampah yang dikirim ke landfill sebanyak 80 dari sejumlah fasilitas kantor.
Sukses dari program ”tanpa sampah” adalah dimasukkannya dalam bidang pendidikan pada porsi yang besar, komponen pendidikan menyediakan karyawan
yang memiliki informasi praktis dan mengerti tentang 3R. Program ”tanpa sampah” juga dirancang untuk membuat karyawan lebih mudah untuk mendaur
ulang barang sisa dibanding untuk membuangnya, dan untuk memastikan bahwa program 3R tersebut layak maka pusat daur ulang dimaksimalkan.
Hasil dari program ’tanpa sampah”, lingkungan Kanada mampu memulai pengumpulan dan pendauran ulang karet sintesis di daerah ibu kota. Prakarsa lain
di bidang manajemen sampah padat di Pemerintah Pusat Kanada meliputi: a Implementasi dari prakarsa penghematan kertas di seluruh Pemerintahan; b
Implementasi pengurangan sampah secara menyeluruh dan program pupuk kompos di correctional services Kanada; c Pengembangan suatu pemandu
komunikasi program 3R oleh Dinas Peker jaan Umum dan Kantor Pemerintah Kanada pada tahun 1997; d Pengembangan suatu database Pekerjaan Umum dan
Kantor Pemerintah Kanada untuk menyimpan fasilitas informasi dasar tentang timbulan sampah dan pengurangan sampah; e Perancangan suatu model pelatihan
dasar komputer bagi Pemerintah hijau computer based training = CBT yang berisi suatu manajemen sampah padat oleh panitia Pemerintah Pusat pada sistem
manajemen lingkungan federal committee on environmental management system = FCEMS.