Latar Belakang KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH Abstrak

pemisahan sampah B3 bahan beracun berbahaya rumah tangga. Mengacu pada berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia maka Pemerintah harus menyediakan pelayanan sistem pengelolaan persampahan yang mengikuti kaidah-kaidah teknis, ekonomis, dan lingkungan.

6.2. Metode Analisis AHP

Penentuan priotitas alternatif kebijakan dalam pengelolaan TPA Cipayung dengan menggunakan metode AHP melalui wawancara dengan para pemangku kepentingan. Ha-hal yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan suatu masalah dalam AHP adalah dekomposisi, pemutusan komparatif, sintesis prioritas dan konsistensi logika. Adapun tahapan pada pendekatan AHP meliputi: a Identifikasi sistem, bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan; b Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah; c Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berpasangan didasari oleh pemutusan dari pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cara menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya; d Menghitung matriks pendapat individu; e Menghitung pendapat gabungan; f Pengolahan vertikal; g Revisi pendapat. Pada metode AHP dilakukan pembobotan nilai yang berpengaruh terhadap pemilihan kriteria, berdasarkan peran pemangku kepentingan yang meliputi pemangku kepentingan ekonomi, sosial, dan ekonomi. Pembobotan setiap level didasarkan pada hasil wawancara dengan pemangku kepentingan yang terlibat dalam penentuan alternatif kebijakan pengelolaan TPA Cipayung. Pe- mangku kepentingan yang terkait adalah Pemda, Swasta, LSM, Lembaga Peneliti, dan Masyarakat.

6.3. Hasil Analisis Data Penilaian Tingkat Kepentingan

Hasil analisis data penilaian tingkat kepentingan masing-masing kelompok pemangku kepentingan level 2 terhadap aspek level 3 data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai prioritas kelompok pemangku kepentingan No Pemangku kepentingan Bobot kepentingan Prioritas 1 Pemda 0,460 1 2 Swasta 0,248 2 3 Lembaga Peneliti dan LSM 0,109 3 4 Masyarakat 0,074 4 Dari hasil analisis pendapat menggunakan metode AHP dapat diketahui bahwa pemangku kepentingan yang paling berpengaruh terhadap penentuan alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan TPA Cipayung di Kota Depok adalah Pemda dengan bobot nilai 0,460, pemangku kepentingan yang menjadi prioritas kedua adalah swasta dengan bobot nilai 0,248, pemangku kepentingan berikutnya adalah Lembaga Peneliti dan LSM dengan bobot nilai 0,109 dan pemangku kepentingan yang mempunyai peran rendah adalah masyarakat dengan bobot nilai 0,074 Tabel 20. Berdasarkan hasil pembobotan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemda adalah pemangku kepentingan yang mempunyai tingkat kepentingan paling tinggi terhadap penentuan alternatif kebijakan pengelolaan TPA Cipayung di Kota Depok. Hal ini disebabkan kenyataannya di lapangan dilandasi dengan hukum, serta pengaruh dan peran dari pemangku kepentingan Pemda mengacu pada UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dan diperkuat dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, Pemda Kota Depok memiliki kekuasaan penuh untuk melakukan pengelolaan TPA Cipayung. Swasta atau dunia usaha merupakan salah satu pemangku