Pengelolaan Sampah Terpadu Rekomendasi Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Kota Depok 1. Strategi Pengembangan

Tabel 26. Pengelolaan sampah terpadu No Tahapan Pengelolaan Sampah Terpadu Keterangan 1. Cegah Diterapkan dengan meminimalkan jumlah barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung kimia berbahaya dan tidak mudah terdekomposisi 2. Pakai ulang reuse Memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. Barang diusahakan dipakai berulang-ulang. 3. Daur ulang recycle Mengolah barang yang tidak terpakai menjadi barang baru. Upaya tersebut memerlukan campur tangan produsen dalam prakteknya. Namun, beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh masyarakat. Pengomposan, pembuatan batako dan briket merupakan contoh produk hasilnya. 4. Tangkap energi energy recover Banyak diterapkan pada sampah yang memiliki nilai kalor bakar tinggi. Sampah organik pun bisa diaplikasikan pada upaya tersebut melalui gas metan yang dihasilkan saat proses pembusukan. Upaya tangkap energi bisa diterapkan sebelum atau sesudah upaya buangan sampah berlangsung. 5. Buang dispostal Merupakan alternatif terakhir jika semua cara di atas telah dioptimalkan. Pembuangan sampah pun harus dilakukan secara aman pada lokasi yang telah disepakati

7.11. Kesimpulan

Tahun 2013 sampah yang masuk ke TPA Cipayung diprediksikan sudah melebihi kapasitas daya tampungnya, maka langkah yang dapat diambil oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok adalah dengan menambah luas TPA dan memaksimalkan lagi program 3R + 1P dimulai dari sumber sampahnya, sehingga sampah yang akan masuk ke TPA semakin sedikit dan usia TPA dapat bertambah serta dapat mengurangi biaya operasional pengangkutan sampah ke TPA. Peran serta masyarakat dalam pembiayaan tampaknya cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari realisasi pemungutan retribusi dari tahun 2001 sampai 2005 yang rata-rata hampir mencapai 100 dari target. Hasil survei rumah tangga memperlihatkan bahwa sejumlah sampel rumah tangga yang mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah di Kota Depok, hampir seluruhnya 98 tidak menerapkan pola 3 R. Sampel rumah tangga yang tidak mendapat pelayanan pengangkutan sampah, 28 di antaranya masih membuang sampah ke jalan atau ke sungaiselokan, 68 membuangnya ke tanahlahan kosong

7.12. Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2000. Kota Depok dalam Angka 2007. Bapeda Kota Depok. Depok. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok. 2007. Audit Lingkungan TPA Cipayung- Kota Depok. PT. Sucofindo Prima Internasional Konsultan. Jakarta. Gani. D.S. 2007. Kebudayaan, Pendidikan, dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Indonesia. Ilmu Penyuluhan Pembangunan Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia Menuju Kemandirian. No 2. 3 : 129-135 Hartisari. 2007. Sistem Dinamik Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. SEAMEO BIOTROP. Bogor. Hidayat, B. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Pembelajaran dari Berbagai Pengalaman. Penerbit Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Pokja AMPL. Jakarta. MENLH dan JICA. 2003. Draft Naskah Akademis Peraturan Perundang- Undangan Pengelolaan Sampah. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. MENLH. 2007. Buku Panduan Implementasi 3R. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Saribanon, N. 2007. Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat Kasus di Kotamadya Jakarta Timur. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor Soerjani, M. R. R. Ahmad. Munir. 2008. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. UI-Press. Jakarta. Sterman. J.D. 2000. Business Dynamics: System Thinking and Modeling for a Complex World. Irwin McGraw-Hill. Boston. Sudrajat, H.R. 2006. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya. Jakarta. Suparlan, P. 2004. Masyarakat Kebudayaan Perkotaan : Perspektif Antropologi Perkotaan. Penerbit YPKIK.Jakarta.