2 Badan air penerima BAP Untuk mengetahui kualitas air badan air penerima BAP, sungai yang
dijadikan sampel adalah Sungai Pesanggrahan karena berbatasan langsung dengan tapak proyek. Pengambilan sampel di inlet IPAL dan outlet IPAL. Contoh air
diambil dengan water sampler yang mewakili bagian permukaan sampai dasar perairan. Selanjutnya dianalisis di laboratorium PT. Mutu Agung Lestari. Variabel
yang diamati dapat dilihat pada Tabel 10. Variabel kualitas air yang diukur dibandingkan dengan Baku Mutu PPRI No. 822001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pengambilan contoh air perairan sungai sebanyak 2 titik sampling yaitu: ± 100 m sebelum lokasi TPA dan ± 100 m dari
outlet IPAL. Tabel 10. Kualitas badan air penerima BAP yang akan dianalisis di
TPA Cipayung
No Parameter
Satuan Peralatan
Metode Analisis
1. 2.
3. 4.
5.
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
1. 2.
Fisik: Bau
TDS Kekeruhan
Rasa Suhu
Kimia p H
DO BOD
COD Magnesium Mg
Khrom Heksavalen Cr Kadmium Cd
Timbal Pb Amoniak NH
3
Nitrat NO
3
Nitrit NO
2
MBAS Minyak dan Lemak
Total Fosfat PO
4
MIKROBIOLO GI Fecal Coliform
Total Coliform C
- mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl jml100ml
jml100ml Timbangan Analitik
TurbiditriTitrimetri
- Termometer
p H-meter Buret, DO meter
Buret Buret
Buret AAS
AAS AAS
Spektro fotometer Spektro fotometer
Spektro fotometer Buret
Spektro fotometer Spektro fotometer
Tabel MPN Tabel MPN
Organoleptik Gravimetrik
Gravimetrik Organolepti
Pemuaian Potensiometer
Winkler azide modified WinklerInkubasi 5 hari
Reflux dengan K
2
Cr
2
O
7
2 jam Titrasi EDTA
Spektrofotometrik Spektrofotometrik
Spektrofotometrik Spektrofotometrik
Spektrofotometrik Spektrofotometrik
Methylene blue Spektrofotometrik-Infra merah
Molibdat MPN
MPN Sumber : Kriteria Mutu Air PPRI No.282001. Gol. III
3 Air Lindi Sampel air lindi diambil pada inlet dan outlet kolam air lindi. Air lindi
disetarakan dengan air limbah cair yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-51MENLH101995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri dan SK Gub. Jabar No. 6 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Limbah Cair. Adapun variabel kualitas air lindi
yang akan diukur dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kualitas air lindi yang akan dianalisis di TPA Cipayung
No Parameter
Satuan Metode Analisi
1. 2.
3.
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
14.
Fisik Padatan terlarut
Warna Kekeruhan
Kimia p H
Besi Fe Mangan Terlarut Mn
Tembaga Cu Seng Zn
Krom Heksavalen Cr6+ Kadmium Cd
Air Raksa Hg Timbal Pb
Sulfida Nitrat-N
Nitrit-N BOD
5
COD Mgl
PtCo FTU
- mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl Gravimetrik
Turbidimetrik pH meter
Potensiometrik SNI-M -63-1990-03
SNI-M -73-1990-03 SNI-M -63-1990-03
AAS SNI-M -35-1990-03
AAS Spektrofotometrik
Titrimetrik Spektrofotometrik
Spektrofotometrik Titrimetrik
Titrimetrik Baku Mutu: SK Gubernur Jawa Barat No. 61999
5.2.1.2. Mikrobiologi Lingkungan
Pengambilan sampel mikrobiologi lingkungan TPA dilakukan pada air sumur sekitar TPA Cipayung dan di badan air penerima. Variabel mikrobiologi air
sumur mengacu pada Permenkes RI No. 416MenKesPerIX1990. Variabel di badan air penerima mengacu pada peraturan Kriteria Mutu Air PPRI No. 282001.
Gol. III. Adapun mikrobiologi air sumur dan BAP dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Mikrobiologi yang akan dianalisis di air sumur dan BAP TPA Cipayung
Sumber : Permenkes RI No.416MenKesPerIX1990 dan Kriteria Mutu Air PPRI No.282001. Gol. III
Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam sampah adalah bakteri, virus, protozoa, jamur, fungi, ganggang, dan cacing. Jenis-jenis mikroorganisme
yang dapat berkembang biak dengan cepat dalam sampah adalah bakteri, jamur, dan cacing. Sampah merupakan sumber beberapa jenis penyakit
menular dan dapat menyebabkan keracunan. Bahan beracun, bahan kimia, bakteri, virus, jamur yang ada dalam timbunan sampah, dapat berpindah
tempat ke tempat lain melalui air lindi. Apabil cairan dari sampah yang mengandung bibit penyakit masuk ke dalam air badan air penerima BAP dan
sumur, maka akan berpengaruh terhadap penyebaran mikroba patogen atau penyakit menular di dalam air.
5.2.1.3. Sosial Ekonomi Masyarakat
Pengambilan responden dilakukan di sekitar TPA Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Pengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini sesuai dengan pernyataan Soehartono 1999 yang menyatakan bahwa data yang diambil berdasarkan pertimbangan maksud dan tujuan
penelitian. Responden terdiri atas pemangku kepentingan yang mengetahui permasalahan dan kondisi TPA Cipayung dari berbagai lembagainstansi
terkait, swasta, LSM, masyarakat di sekitar TPA non pemulung, pemulung, aparat Kecamatan, Lurah, dan tokoh masyarakat formal dan informal. Data
yang diamati yaitu karakteristik, sosial ekonomi dan tanggapan responden terhadap keberadaan TPA Cipayung seperti dicantumkan pada Tabel 13.
Tempat Parameter
Satuan Peralatan
Metode Analisis
Kualitas air
sumur dan badan air penerima
BAP
Mikrobiologi
Coliform jml100ml
Tabel MPN MPN
Tabel 13. Pengambilan jumlah responden
No Sampel
Jumlah 1.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan 2 orang
2. PengusahaSwasta
2 orang 3.
Perguruan Tinggi IPB dan UI 2 orang
4. Organisasi non pemerintah LSM
2 orang 5.
Masyarakat di sekitar TPA 83 orang
1. Karakteristik responden Pemilihan responden dalam penelitian akan menggunakan metode
purposive sampling, untuk mendapatkan responden yang memahami isu yang sedang diteliti. Wawancara dan penyebaran kuesioner dilakukan secara
stratified random sampling yakni dilakukan hanya pada orang terpilih yaitu responden yang terkait langsung dengan kegiatan di TPA. Wawancara dengan
menggunakan daftar kuisioner terhadap 91 orang responden, yang terdiri atas 8 responden lembaga pemerintah, tokoh masyarakat di Kelurahan Cipayung,
sedangkan 83 responden merupakan masyarakat yang terlibat dalam pemanfaatan di TPA. Responden yang diambil adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar TPA yang jaraknya antara 0-1 km dan 1-10 km dari TPA. Hal-hal yang ditanyakan adalah tingkat pendidikan responden, status dan
tanggung jawab, usia, alamat, profil tempat tinggal, jarak rumah dengan TPA, jumlah penghuni, lama tinggal atau menetap, status kependudukan untuk
kelompok pemulung. 2. Sosial ekonomi responden
Data sosial ekonomi diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden di sekitar TPA Cipayung dengan menggunakan kuisioner yang ber-
isi tentang jenis pekerjaan responden, pendapatan, dan pengeluaran kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan, dan kesehatan.
3. Tanggapan responden terhadap TPA Tanggapan terhadap keberadaan TPA diperoleh dari hasil wawancara
langsung dengan responden di sekitar TPA Cipayung dengan menggunakan kuisioner. Hal yang ditanyakan meliputi dampak yang dirasakan terhadap
keberadaan TPA, keuntungan dan kerugian dari keberadaan TPA di sekitar tempat tinggal responden serta penyakit yang diderita oleh responden di
sekitar kawasan TPA Cipayung.
5.2.2. Data Sekunder
Data sekunder berupa gambaran umum serta data pelengkap lain diperoleh dari Pemda Kota Depok, BPS, Badan Meterolo gi dan Geofisika Jakarta, serta dari
instansi terkait lainnya. Data penelitian yang akan diambil antara lain jumlah sampah kumulatif, luas lahan TPA yang terpakai, lama waktu atau umur TPA, dan
berbagai data pelengkap lainnya yang bersumber dari laporan, dokumen, dan hasil penelitian dari berbagai instansi yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan. Data yang diperoleh dari Badan Meterologi dan Geofisika Jakarta berupa iklim rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir suhu, curah hujan,
kelembaban nisbi, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari. Data sosial ekonomi penduduk dicatat dari Biro Statistik Kota Depok Jawa Barat, dan data
kesehatan masyarakat diperoleh dari puskesmas di Kecamatan Cipayung Kota Depok.
5.3. Kondisi Kualitas Lingkungan 5.3.1. Fisik dan Kimia Air
Hasil pengamatan kualitas air pada beberapa lokasi sampel seperti sumur pantau, rumah penduduk, rumah penduduk seberang sungai dibandingkan dengan
Peraturan Permenkes No. 416MENKESPERIX1990, badan air penerima BAP berdasarkan kriteria mutu air PPRI No. 282001 Gol. III, dan kualitas air lindi
menggunakan baku mutu limbah cair SK Gub. Jawa Barat No. 61999.
5.3.1.1. Kualitas Air Sumur
Hasil analisis beberapa variabel kualitas air sumur pada tiga lokasi sampel di antaranya:
a. Kekeruhan
Hasil analisis kekeruhan pada 2 lokasi sumur pantau di rumah penduduk dan rumah penduduk seberang sungai masing-masing sebesar 0,75; 0,30; 0,15 NTU
nephelometric turbidity units. Hasil uji variabel kekeruhan air sumur pada ketiga lokasi masih di bawah nilai ambang batas NAB. Kekeruhan dalam perairan
dapat disebabkan oleh berbagai ukuran materi yang bervariasi dari bentuk koloid ke dispersi kasar tergantung pada tingkat turbulensinya. Tingkat kekeruhan juga
dipengaruhi oleh padatan tersuspensi dan koloid yang terkandung di dalam perairan. Produksi perairan secara tidak langsung dipengaruhi oleh kekeruhan.
Nilai kekeruhan yang tinggi akan mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga proses fotosintesis akan berlangsung pada lapisan air yang
lebih tipis, dengan demikian produks i perairan akan semakin menurun. Kekeruhan juga dapat mempengaruhi kehidupan organisme air, derajat kekeruhan
yang tinggi akan mengganggu organ-organ pernapasan atau alat penyaring makanan dari organisme air, sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Kekeruhan merupakan suatu ukuran banyaknya bahan-bahan tersuspensi yang terdapat di dalam air, seperti senyawa organik. Air yang keruh akan
memberi perlindungan pada kuman. Pada air yang mengandung zat organik dan anorganik, mikroorganisme dapat berkembang dan hidup baik. Oleh karena itu,
bakteri terdapat pada semua sistem air yang dapat merugikan atau tidaknya tergantung pada kondisi optimum yang menunjang pertumbuhannya. Pe-
nyimpangan terhadap standar kualitas yang telah ditetapkan yaitu 25 NTU nephelometric turbidity unit akan menyebabkan gangguan estetika dan
mengurangi efektivitas desinfeksi air Effendi, 2000. Hal serupa juga dinyatakan oleh Slamet 2007 kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan
tanaman atau hewan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pertumbuhan bakteri tersebut. Bakteri juga merupakan zat organik
tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air.