16.68 KEADAAN KUALITAS LINGKUNGAN, SOSIAL, EKONOMI DAN KESEHATAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN
perairan Effendi, 2000. TSS yang mengalir dalam aliran air tanah dapat merusak kehidupan ekosistem di dalam air tersebut. TSS jika bercampur dengan air yang
mengandung pembasmi kuman dapat melindungi mikroorganisme dari kuman. Mikroorganisme yang bertahan hidup tersebut dapat mengkontaminasi air Hill,
2004. Sawyer et al. 2003 mengemukakan penentuan TSS penting dalam analisis polusi air. TSS merupakan salah satu variabel utama untuk mengevaluasi
kandungan limbah cair domestik dan menentukan efisiensi unit pengolah limbah. Suhu pada dua lokasi pengambilan sampel sudah di atas NAB yaitu 27.2
C dan 25.1
C menurut Kriteria Mutu Air PPRI No. 822001 Gol. III. Menurut Darmono 2001 suhu tinggi akan berpengaruh terhadap organisme yang hidup di
dalamnya. Suhu air juga dapat mempengaruhi panjang siklus hidup hewan air, dari telur, larva dan masa kedewasaan. Beberapa fase siklus hidup dapat menjadi
lebih cepat pada suhu air yang hangat. Suhu air yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan ikan, akan tetapi tubuh ikan menjadi lemah. Pada suhu yang yang
relatif rendah pertumbuhan ikan sedikit lebih lambat, tetapi ikan tetap sehat. Hewan air Daphnia sp dapat berumur sampai 108 hari pada suhu 8
o
C, tetapi pada suhu 28
o
C umurnya hanya mencapai 29 hari. Umur kutu air Moina sp mencapai 14 hari pada suhu 13
o
C tetapi hanya 5 hari pada suhu 31
o
C. Suhu yang tinggi berpengaruh terhadap sistem syaraf dan sistem pernapasan, karena terjadinya
koagulasi dari protoplasma sel atau menyebabkan tidak aktifnya sistem enzim, sehingga menyebabkan tidak efektifnya sistem enzim, dan menyebabkan
kematian. Hasil pengukuran oksigen terlarut DO pada BAP di dua lokasi
menunjukkan nilai oksigen terlarut telah di atas NAB yaitu sebesar 7,25 mgl di inlet dan 7,09 mgl di outlet dari kadar DO yang diizinkan sebesar 0,06 mgl
menurut Kriteria Mutu Air PPRI Nomor 822001 Gol. III. Tingginya kadar oksigen terlarut DO di BAP disebabkan oleh pengambilan sampel pada siang
hari pada saat matahari bersinar terang, sehingga pelepasan oksigen pada saat proses fotosintesis berlangsung secara intensif. Pada lapisan eufotik perairan lebih
besar kadar oksigen untuk proses respirasi. Kadar oksigen terlarut bisa melebihi kadar oksigen jenuh saturasi sehingga perairan mengalami supersaturasi.
Fluktuasi harian oksigen dapat mempengaruhi variabel kimia lainnya, khusus pada saat tak ada oksigen karena kondisi tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sifat kelarutan beberapa unsur kimia di perairan. Oksigen adalah salah satu gas yang ditemukan terlarut pada perairan.
Kadar oksigen terlarut di perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang dengan
semakin meningkatnya suhu, ketinggianaltitude, dan berkurangnya tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musim bergantung
pada percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air. Kadar oksigen yang terlarut tinggi tidak
menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Oksigen terlarut dengan jumlah cukup diperlukan oleh ikan dan organisme akuatik lainnya. Kebutuhan oksigen
sangat dipengaruhi oleh suhu dan bervariasi antar organisme Effendi, 2000. Keberadaan logam berat yang berlebihan di perairan mempengaruhi sistem
respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih
sakit Tebbut, 1992. Hasil pegukuran BOD pada dua lokasi sampel menunjukkan kualitas air
telah di atas NAB yaitu sebesar 29,57 dan 16,68 mgl dari kadar BOD yang diizinkan sebesar 6 mgl. Salah satu variabel untuk mengetahui kualitas air badan
air penerima BAP adalah BOD. Tingginya nilai BOD diduga berasal dari limbah bahan organik yang masih tinggi. Penyebab lainnya karena IPAL di
TPA Cipayung tidak memakai aerator, sehingga menyebabkan kadar BOD dalam air masih tinggi sewaktu dibuang ke badan air penerima BAP. Kebutuhan
oksigen biologi BOD adalah pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada
suhu 20 C. Peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi
oleh mikroorganisme di dalam air adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air mengandung oksigen yang cukup. Apabila kandungan oksigen dalam
air menurun maka kemampuan bakteri aerobik untuk memecahkan bahan buangan organik akan menurun, bahkan mungkin apabila oksigen yang terlarut tidak
tersedia lagi maka bakteri aerobik akan mati, dalam keadaan seperti ini bakteri anaerobik akan mengambil alih tugas untuk memecahkan bahan buangan yang
ada di dalam air. Proses pemecahan bahan buangan oleh mikroorganisme ada yang memerlukan oksigen kondisi aerobik dan tanpa oksigen kondisi
anaerobik. Hasil pemecahan pada kondisi anaerobik pada umumnya berbau tidak enak, seperti amis dan anyir Wardhana, 2004.
BOD menggambarkan bahan organik yang dapat didekomposisikan secara biologis biodegradable. Bahan organik tersebut bisa berupa lemak, protein,
kanji starch, glukosa, aldehida, dan ester. Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan organik merupakan hasil pembusukan
tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan dari limbah domestik dan industri. Kadar oksigen terlarut pada perairan tawar berkisar antara 15 mgl
pada suhu 0 C dan 8 mgl pada suhu 25
C. Pada perairan laut berkisar antara 11 mgl pada suhu 0
C dan pada 7 mgl pada suhu 25 C. Kadar oksigen terlarut
pada perairan alami biasanya kurang dari 10 mgl Effendi, 2000.
Hasil analisis COD di dua lokasi pengambilan sampel menunjukkan kadar COD masih di bawah NAB yang diiz inkan 50 mgl. Chemical oxygen demand
COD atau kebutuhan oksigen kimia, yaitu oksidasi secara kimia dengan menggunakan kaliumbikarbonat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat. COD
umumnya lebih besar dari BOD, karena jumlah senyawa kimiawi lebih besar dibandingkan oksidasi secara biologis Achmad, 2004. Pengukuran COD
didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan batuan oksidator kuat potassium
bikromat K
2
Cr
2
O
7
dalam suasana asam. Dengan menggunakan bikromat sebagai oksidator, diperkirakan sekitar 95-100 bahan organik dapat dioksidasi
Effendi, 2000. Hasil pengukuran minyak dan lemak pada lokasi BAP di inlet me-
nunjukkan kadar minyak dan lemak sudah pada NAB yaitu 1 mgl, sedangkan pada BAP outlet kadar minyak dan lemak masih di bawah NAB yang diizinkan
yaitu 0 mgl. Keberadaan minyak dan lemak di lokasi sampel berasal dari bahan buangan domestik dan industri.
Kadar nitrit pada BAP di inlet sudah di atas nilai NAB yaitu 1,0 mgl yang diizinkan yaitu 0,06, sedangkan kadar nitrit pada BAP di outlet masih di bawah
NAB yang izinkan. Menurut Effendi 2000 mengemukakan keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses perombakan bahan organik dengan kadar
oksigen terlarut sangat rendah. Sumber nitrit dapat berasal dari limbah industri dan limbah domestik. Nitrit jika dikonsumsi secara berlebihan dapat me-
nyebabkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen.
Hasil pengukuran kandungan seng pada BAP setelah outlet TPA sebanyak 0.21 mgl, nilai tersebut telah melebihi NAB yang diizinkan yaitu
0,5 mgl. Seng termasuk unsur essensial bagi makhluk hidup, membantu kerja enzim. Seng diperlukan dalam fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen
dan berperan dalam pembentukan protein Effendi, 2003. Hasil pengukuran terhadap parameter kimia lainnya yaitu NO
3 -
N, NO
2 -
N, DO, COD, Total fosfat sebagai P, minyak dan lemak, fenol, NH
3 -
N, Cl
2
, SO
4
, H
2
S, deterjen MBAS, B, As, Fe, Co, Ba, Se, CN, Hg, Cd, Cr
6+
, Cu, Pb, Mn, F masih dibawah NAB.