dan manufer kendaraan, penentuan titik bongkar, penyiapan pembagian lahan pembuangan sampah, kebutuhan tanah penutup, alat berat yang akan dioperasikan
dan kolam lindi sudah diaktifkan start-up serta sasaran lain seperti papan nama, rambu-rambu lalu lintas, peringatan, dan tanda bahaya dan perlengkapan kerja
sarung tangan, dan masker. a. Jalan masuk ke lahan landfill
Jalan masuk ke lahan landfill berfungsi untuk mempermudah pengoperasian alat berat dan truk masuk ke dalam lahan landfill sehingga pekerjaan menjadi
lebih efektif dan efisien. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan jalan masuk ke area
landfill: 1. Kemiringan ram tidak lebih dari 6;
2. Konstruksi bisa menahan beban alat berat; 3. Luas area pembongkaran sampah pada dasar landfill cukup untuk manuver
kendaraan. b. Penyiapan rute, arah dan manufer kendaraan
Penyiapan rute, arah, dan manufer kendaraan bertujuan agar transportasi kendaraan yang masuk dan keluar TPA dapat berjalan lancar.
c. Penentuan titik bongkar Penentuan titik bongkar bertujuan agar proses pembongkaran sampah dari
kendaraan pengangkut sampah menjadi lebih teratur dan terarah. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan titik bongkar
sampah antara lain: 1. Lokasi pembongkaran harus lebih dekat dengan sel yang dioperasikan
ujung atau tepi sel; 2. Kendaraan pengangkut sampah diupayakan agar dapat segera mencapai
titik bongkar; 3. Lokasi pembongkaran harus dilengkapi dengan papan petunjuk.
d. Penyiapan pembagian lahan pembuangan sampah Penentuan batas pembagian lahan sangat diperlukan untuk menata dan
memantau pengoper asian TPA dengan baik. Lahan TPA Cipayung dibagi atas
4 zona, setiap blok terdiri atas sel-sel harian. Pembagian lahan TPA dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pembagian lahan TPA Cipayung Contoh perhitungan penyiapan pembagian lahan:
1. Perhitungan sel jangka pendek sel harian Volume sampah yang masuk TPA 450 m
3
hari, jika persentase pemadatan 60, maka volume sampah setelah pemadatan sebanyak 270 m
3
hari. Jika tinggi timbunan sampah 1,2 m dengan lebar timbunan 10 m, maka
panjang sel harian sebanyak 270 m
3
hari1,2 m x 10 m = 22,5 m. 2. Perhitungan jangka menengah blok
Jika lebar sel harian 10 m dengan panjang sel 22,5 m maka luas sel 225 m
2
tebal lapisan satu lapis. Bila direncanakan masa pakai jangka menengah 1 bulan, maka luas blok operasi bulanan adalah
30 hari x 225 m
2
= 6.750 m
2 .
3. Perhitungan perioda jangka panjang Apabila direncanakan 1 zona untuk masa pakai 1 tahun, maka luas zona
operasi tahun adalah: L Zona tahunan = 12 bulan x 6.750 m
2
= 8,10 Ha Bila luas lahan TPA Cipayung yang akan dibangun seluas 2 Ha, maka
masa pakai lahan adalah = 20.000 m
2
6.750 m
2
bln = 3 bulan Garasi
Kantor
Blok II Blok I
3 2
1
untuk lapisan pertama. Masa akhir operasi direncanakan 7 lapis, jadi masa pakai lahan = 7x3 bulan = 21 bulan 1,75 tahun.
e. Penentuan kebutuhan dan penempatan tanah penutup Untuk menentukan besarnya kebutuhan tanah dilakukan perhitungan dengan
memperhatikan hal sebagai berikut: Jika setiap lapisan timbunan sampah padat dengan ketebalan 1,5 m maka akan
diperlukan tanah penutup harian setebal 20 cm sebanyak 13,3 dari volume sampah setelah dipadatkan. Tanah penutup antara ketebalan 30 cm akan
dilakukan setelah timbunan mencapai 2 lapis. Penambahan tanah penutup akhir dengan ketebalan 50 cm, dilakukan pada akhir operasi TPA
TPA akan ditutup. 1. Kebutuhan tanah penutup harian SLF
Volume sampah dipadatkan = 450 m
3
hari x 0,6 sebesar 270 m
3
hari. Tebal tanah penutup setelah dipadatkan = 15 cm. Persentase tanah penutup
15 cm120 cm sebesar 12,5. Tinggi timbunan sampah 1,2 m. Luas lahan TPA yang digunakan sebanyak 20.000 m
2
. Luas sel harian sebanyak 225 m
2
. Jumlah sel dalam satu lapis sebanyak 20.000 m
2
atau 89 buah. Kebutuhan tanah penutup harian untuk satu sel sebanyak 270 m
3
hari x 12,5 atau 33,75 m
3
hari. 2. Kebutuhan tanah penutup antara
Luas lahan 20.000 m
2
. Tebal tanah penutup antara setelah pemadatan sebanyak 30 cm dilakukan pada lapis ke dua. Kebutuhan tanah penutup
antara dilakukan setiap lapis ke dua. Maka kebutuhan volume tanah penutup antara 0,3 m x 20.000 m
2
x 2 = 12.000 m
3
. 3. Kebutuhan tanah penutup akhir
Luas lahan 20.000 m
2
. Tebal tanah penutup antara setelah pemadatan setebal 50 cm. Dilakukan pada lapis akhir tidak akan dioperasikan lagi,
maka kebutuhan volume tanah penutup akhir 0,5 m x 20.000 m
2
= 10.000 m
3
. Tanah penutup akhir diambil dari stok tanah yang ada di TPA. Diperlukan alat berat untuk mengoperasikan TPA dengan sistem sanitary
landfill. Pemilihan alat berat harus memperhatikan fungsinya, seperti a Buldozer berfungsi menggusur sampah dan tanah dan meratakan,
memadatkan sampah dan tanah; b Exavator berfungsi untuk memindahkan tanah, menggali tanah, dan pembuatan saluran; c Sarana-
sarana lain seperti papan nama, rambu-rambu lalu lintas serta rambu peringatan harus terpampang; d Perlengkapan kerja, sebelum bekerja
perlengkapan kerja seperti sarung tangan, masker sudah harus tersedia dan pada saat bekerja harus dipergunakan.
2. Pengoperasian TPA
Dalam pengoperasia n TPA tahapan-tahapannya adalah: a. Penerimaan dan pendataan sampah
Kegiatan penerimaan dan pendataan sampah diperlukan untuk meng- evaluasi dan merencanakan pengembangan TPA. Pengukuran dapat di-
lakukan secara manual dengan cara mengukur ketinggian muatan sampah dalam kendaraan pengangkut. Data pengukuran selanjutnya dicatat oleh
petugas dan dibukukan. Pencatatan disusun dalam bentuk tabulasi, meliputi: hari, bulantanggaltahun, jam kedatangan, jam pergi, nomor
polisi truk, dan volume sampah. b. Jadwal operasional penimbunan sampah
Jam kerja operasi penimbunan sampah sudah harus ditentukan waktunya yaitu mulai pukul 7.
00
sampai 17.
00
c. Jadwal Pembongkaran sampah Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembongkaran sampah
yaitu waktu pembongkaran sampah , transportasi pembongkaran, dan pola pembongkaran sampah.
1. Waktu Pembongkaran Waktu pembongkaran sudah harus ditentukan pukul kerjanya, misalnya
sebelum pukul 15.
00
pembongkaran sampah sudah harus selesai karena pukul 15.
00
-17.
00
akan dilakukan untuk perataan dan pemadatan tanah penutup.
2. Transportasi pembongkaran Transportasi pembongkaran merupakan kegiatan memindahkan sampah
dari dalam truk pengangkutan ke titik bongkar. Proses pengaturan pembongkaran sampah sangat berkaitan dengan kebutuhan personil di
lapangan dan untuk mengantisipasi gundukan sampah yang lebih besar serta antrian kendaraan yang panjang di lokasi TPA. Mengantisipasi hal
tersebut perlu dilakukan pengaturan antrian kendaraan dan jam kerja pembuangan.
3. Pola pembongkaran Pola pembongkaran sampah sangat dipengaruhi kondisi cuaca, seperti
pembongkaran pada musim kemarau dan musim hujan. Mengantisipasi kondisi tersebut pembongkaran sampah di TPA Cipayung menerapkan
kedua pola tersebut, seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Pola pembongkaran sampah di TPA Cipayung
No Pembongkaran Sampah pada
Musim Kemarau Pembongkaran Sampah pada
Musim Hujan
1. Kendaraan pengangkut sampah melakukan
pembongkaran sampai ke titik yang di- rencanakan melalui jalan kerja di dalam
landfill sehingga memudahkan alat untuk meratakan dan memadatkan.
Pembongkaran dapat dilakukan dari atas jalan operasi dengan sistim curah.
2 Untuk melakukan pola tersebut, jalan kerja
di dalam landfill harus memperhatikan ke- tebalan lining dan ke-dalaman saluran
drainase lindi. Alat berat hanya dapat bekerja dari
atas timbunan sampah sehingga pemadatan tidak optimal.
3 Dengan melakukan pola seperti ini peng-
operasian akan lebih efektif.
d. Pembentukan sel harian Pembentukan sel harian dilakukan dengan tinggi 1,2 m lebar 10 m dan
panjang 22,5 m.
e. Penggusuran sampah Penggusuran dilakukan dengan menggunakan buldozer. Pola penggusuran
sampah sangat dipengaruhi kondisi cuaca, seperti penggusuran pada musim kemarau dan musim hujan. Penggusuran sampah pada musim
kemarau dilakukan pada dasar landfill, sehingga alat berat bekerja lebih optimal. Penggusuran sampah pada musim hujan dapat dilakukan dari atas
timbunan sampah. Alat berat hanya dapat bekerja dari atas timbunan sampah sehingga pemadatan tidak optimal.
f. Perataan dan pemadatan sampah Perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan menggunakan alat
berat yaitu truk loader. Perataan dan pemadatan sampah yang dilakukan adalah:
Peralatan dilakukan lapis demi lapis, setiap lapis diratakan sampai setebal 20-60 cm dengan cara mengatur ketinggian blade alat berat. Pemadatan
sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas 3-5 kali. Perataan dan pemadatan dilakukan sampai ketebalan sampah 1,5 m.
Langkah- langkah perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan menyiapkan alat berat pada posisi berdekatan dengan titik bongkar yang
siap untuk dijalankan, namun tidak mengganggu manuver truk. Setelah selesai dan meninggalkan lokasi pembongkaran, alat berat segera
diarahkan ke depan bongkaran sampah yang diratakan kearah sel yang akan diisi
g. Operator alat berat tetap memperhatikan patok-patok pembatas sel, agar perataan tidak menyebar ke luar sel
h. Perataan diulangi untuk bongkaran sampah berikutnya. Sampah di- sebarkan keseluruh permukaan sel dengan ketebalan yang sama. Sampah
seluruh permukaan sel terisi satu lapisan i. Bila kedatangan truk agak berkurang, maka gunakan waktu untuk
memadatkan sampah dengan menggilas 3-5 kali lintasan pulang pergi
j. Setelah seluruh sel tertutup dengan lapisan sampah dan telah dipadatkan, maka pemadatan dilanjutkan ke sel berikutnya.
k. Kegiatan pemadatan dilakukan, sampai seluruh lahan ditutup dengan tanah.
l. Penutupan sel sampah harian Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah timbulnya bau, sampah
berserakan, bahaya kebakaran, berkembangbiaknya lalat atau binatang pengerat dan mengurangi timbulan lindi serta untuk penstabilan
timbunan sampah. Proses penutupan sampah akan dilakukan dengan menggunakan alat berat dengan cara meratakan dan pemadatan dengan
tanah penutup. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan peralatan dan
pemadatan tanah adalah sebagai berikut penutupan sampah persediaan tanah penutup hendaknya dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi
sel yang akan dioperasikan. Penutupan dilakukan dengan meratakan tanah setebal 25 cm di atas permukaan sel sampah, kemudian
dilakukan penggilasan 2-3 kali lintasan hingga menjadi padat atau mencapai ketebalan 20 cm dengan kemiringan tanah pada sisi-sisi
lahan TPA tidak lebih dari 30
o
. 2. Pelaksanaan penutupan tanah antara
Untuk mencapai sistem yang akan diterapkan dibutuhkan tambahan alat berat 1 unit buldozer
a. Alat berat Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum alat berat dioperasikan
adalah tangki BBM jangan sampai kosong, air accu dan kondisi accu, air radiator, kondisi rantai, pembersihan filter udara,
pemanasan mesin, dan sistem hidrolis semua harus dalam keadaan baik. Sebelum alat berat dioperasikan, operator telah menyiapkan
dan mencatat kebutuhan bahan untuk operasi alat berat tersebut dalam buku laporan harian.
b. Dump truk Dump truk digunakan untuk mengangkut tanah penutup sel harian
maupun penutup akhir. c. Peralatan khusus
TPA Cipayung dilengkapi dengan peralatan khusus: 1. Pemadaman kebakaran, yang berfungsi untuk pengendalian
kebakaran pada lahan timbunan sampah. 2. Kendaraan tangki penyiram air, yang berfungsi untuk pe-
nyiraman lahan TPA yang belum tertimbun sampah pada saat musim kemarau sehingga tidak menimbulkan retakan tanah.
3. Pipa penangkap gas Fungsi dari penangkap gas adalah untuk menyalurkan gas yang
terbentuk dalam timbunan sampah akibat proses degradasi sampah. Sistem pengendalian gas menggunakan sistem perpipaan.
Dalam melakukan operasi sistem penangkap gas harus dikoordinasikan dengan operator alat berat karena dalam penyebaran sampah di sekitar
pipa gas harus ada perlakuan khusus sehingga tidak mengganggu pipa itu sendiri.
Pengoperasian pipa gas dilakukan dengan casing berdiameter 30 cm yang dipasang pada pipa gas dan dimasukkan kerikil berdiameter 3-5
cm, setelah itu sampah disebar dan dipadatkan di sekitar selubung pipa hingga lapis pertama. Setelah selesai lapis pertama casing tersebut
diangkat untuk tahap selanjutnya dilakukan secara berulang ulang. 4. Kegiatan pemulung
Kegiatan pemulung sebaiknya tidak diperkenankan karena dapat mengganggu operasi lapangan di TPA.
5. Pengoperasian instalasi pengolahan lindi Tujuan dan sasaran pengoperasian kolam lindi adalah untuk
mengurangi polutan-polutan pencemar yang terkandung dalam lindi, sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Untuk itu,
instalasi pengolahan lindi ini harus dioperasikan dengan baik agar berfungsi sebagaimana mestinya. Pengairan air lindi dari lahan
penimbunan sampah dialirkan ke bangunan pengolah secara gravitasi melalui pipa inlet dan outlet dari setiap kolam kemudian diproses
secara alamiah. Pemeriksaan terhadap kualitas dan kuantitas air lindi dilakukan terhadap:
a. Kuantitas lindi Besaran debit air lindi sangat dipengaruhi oleh iklim dan pola
pengoperasian penimbunan sampah. Pengukuran debit lindi di- lakukan menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Titik pengukuran
dilakukan sebelum masuk kolam lindi. b. Kualitas lindi
Kualitas lindi diperiksa di laboratorium setiap beberapa bulan sekali.
Titik pengambilan contoh meliputi: 1. Outlet dari lahan timbunan sampah.
2. Outlet dari kolam anaerob. 3. Outlet dari kolam fakultatif.
4. Outlet dari kolam maturasi. 5. Parameter kualitas lindi.
Variabel kualitas leachate meliputi sifat fisik, kimia dan biologi. a. Desifeksi
Penambahan bahan kimia pada bak desifeksi berfungsi untuk membunuh bakteri.
b. Pengujian kualitas lindi meliputi fisik, kimia, dan biologi. 6. Pengujian kolam anerobik
Lindi dimasukkan sampai ke ambang outlet, kemudian aliran air dihentikan ke dalam kolam dengan cara menutup aliran kolam. Agar
terjadi pertumbuhan bakteri, lindi dibiarkan selama 2 minggu dan kemudian setelah 2 minggu kadar BOD sudah dapat diperiksa. Apabila
penurunan BOD belum tercapai, maka proses pengujian tersebut
ditunggu kembali hingga 2 minggu lagi dan seterusnya. Apabila efesiensi pengurangan BOD telah tercapai, secara bertahap dan setiap
hari aliran lindi akan mencapai debit rencana setelah 1 bulan. Kadar BOD diperiksa secara periodik.
7. Pengujian kolam fakultatif Pengujian dilakukan bersama dengan kolam anaerobik. Kolam diisi
dengan air sampai ambang outlet setelah itu ditambahkan air dari kultur kolam yang mengandung kultur algaganggang sebanyak 1
literm
3
kolam fakultatif dan biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah. Pemeriksaaan Kadar BOD dilakukan
secara periodik. 8. Pengujian kolam maturasi
Pengujian dilakukan bersamaan dengan kolam lainnya. Kolam diisi dengan air sampai ambang pipa outlet, kemudian dimasukkan beberapa
ekor ikan sebagai indikator kondisi air. Air dimasukkan dari kolam maturasiaerasi alamiah secara bertahap sedikit demi sedikit, setelah itu
diamati kondisi yang ada. Kadar BOD diperiksa pada aliran kelur secara periodik lalu ditambahkan debit aliran dari kolam aerasi bila
ikan tetap dapat hidup berarti kadar BOD tercapai sesuai rencana.
3.9. Kualitas Sumberdaya Manusia SDM
Sebagaimana diketahui, kualitas sumberdaya manusia memberikan pe- ranan yang sangat besar dalam menunjang berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan kemajuan suatu bidang atau usaha. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Depok didukung oleh 65 orang karyawan yang terdiri atas 57 orang Pegawai Negeri Sipil PNS dan 8 orang tenaga kontrak. Masing-masing karyawan tersebut
dibedakan dalam beberapa komposisi sesuai dengan tingkat pendidikan, golongan, jabatan struktural, dan pendidikanpenjenjangan.
Selain yang berstatus PNS dan tenaga kontrak, terdapat pula karyawan yang berstatus sukwan Dinas. Pada umumnya sukwan Dinas bekerja di lapangan,
baik yang ada di bidang kebersihan, UPTD IPLT-TPA, dan UPTD Pemakaman. Jumlah keseluruhan sukwan Dinas yang ada di lingkungan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Depok sebanyak 455 orang. Komposisi kepegawaian Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok dapat diihat pada Tabel 7 dan komposisi
tenaga sukwan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Komposisi kepegawaian DKP Kota Depok
A Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah
Pasca SarjanaS2 8 orang
SarjanaS1 20 orang
Sarjana MudaD3 2 orang
SMUSLTA 23 orang
SLTP 1 orang
SD 1 orang
B Berdasarkan Golongan
Golongan IV 5 orang
Golongan III 29 orang
Golongan II 22 orang
Golongan I 1 orang
C Berdasarkan Jabatan Struktural
Eselon II B 1 orang
Eselon III A 5 orang
Eselon IV A 12 orang
D Berdasarkan PendidikanPenjenjangan
Diklat Pim TK II 1 orang
Diklat Pim TK III 3 orang
Diklat Pim TK IV 15 orang
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok 2007