Tanggap Responden Terhadap TPA Cipayung
dirasakan hampir merata baik dari penduduk Kampung Benda Barat, Kampung Bulak Barat, dan Blok Rambutan ketiganya masuk wilayah Kelurahan Cipayung
serta Kelurahan Pasir Putih. Bau menurut mereka tidak terjadi secara rutin, namun temporer dan berhubungan dengan arah angin dengan durasi yang juga tidak
menentu namun biasanya antara 5 hingga 15 menit. Menurut penduduk, bau akan terjadi jika terjadi pembongkaran sampah yang sudah mulai membusuk dan
kebetulan ada angin bertiup ke arah pemukiman. Pada kondisi normal, masalah bau busuk sebenarnya tidak ditemui. Pada dasarnya masyarakat sudah maklum
dengan kondisi bau sampah, mengingat tempat tinggal mereka berdekatan dengan TPA, namun tetap saja penduduk merasa terganggu. Bagi masyarakat di RT 0402
Pasir Putih bagian Selatan, bau bercampur dengan bau peternakan ayam yang lebih dominan, sehingga bau sampah tidak dirasakan terlalu mengganggu. Selain
akibat keberadaan TPA, masalah bau dikeluhkan masyarakat Blok Rambutan khususnya akibat lalu- lintas truk pengangkut sampah. Menurut penduduk
setempat, truk sampah yang sudah kosong dan masih kotor, menebarkan bau yang lebih keras ketimbang truk yang masih terisi muatan. Selain masalah bau,
kedatangan lalat juga dikeluhkan oleh sebagian penduduk. Namun demikian, menurut tokoh masyarakat setempat, kedatangan lalat tidak identik dengan
keberadaan TPA. Lalat hanya datang ke pemukiman pada awal musim penghujan dan musim mangga, serta terjadi menyeluruh baik wilayah yang dekat dengan
TPA maupun wilayah yang relatif jauh. Warga Kampung Bulak Barat menjelaskan lalat tersebut datang selain setelah hujan turun. Lalat tersebut datang
karena ceceran sampah di sepanjang jalan menuju TPA. Keresahan masyarakat akan dapat diatasi jika pengelolaan sampah
dilakukan secara profesional. Permasalahan lalat tidak akan muncul jika penyemprotan anti lalat dilakukan secara rutin terutama di saat musim hujan.
Penyemprotan akan menghilangkan bau sampah yang mengundang lalat. Saat ini DKP sudah mempunyai satu unit alat semprot, sehingga setiap kali warga protes
karena muncul lalat, pada saat itu juga penyemprotan dapat langsung dilakukan. Dampak lain yang dikeluhkan masyarakat di antaranya adalah:
a Lalu lintas truk dan ceceran sampah. Pada saat TPA mulai dioperasikan masyarakat masih jarang yang tinggal di sekitar lokasi TPA. Seiring dengan
berjalannya waktu, banyak kaum pendatang yang terpaksa pindah dari Jakarta dan masuk ke wilayah ini, membangun pemukiman di kanan kiri jalan masuk
TPA. Penduduk yang bermukim di wilayah tersebut umumnya adalah warga pendatang yang bermukim setelah TPA beroperasi. Menurut penuturan tokoh
masyarakat setempat, penduduk Blok Rambutan pernah melakukan protes pada tahun 2004, bahkan sempat dimuat di media massa, namun setelah itu
tidak ada lagi protes. Masyarakat mengeluhkan ceceran sampah yang jatuh dari truk pengangkut di sepanjang jalan mulai dari pertigaan dekat sekolah
hingga pintu masuk TPA, sehingga dirasakan mengganggu kenyamanan dan estetika setempat.
b Abrasi dan perpindahan aliran Sungai Pesanggrahan. Lokasi TPA yang berbatasan dengan sungai Pesanggrahan di sebelah Barat, menimbulkan
masalah terkait dengan perpindahan badan sungai dan abrasi tanah di seberangnya. Menurut penduduk, lokasi TPA adalah tanah bergerak yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap aliran sungai dan menimbulkan abrasi pada lahan di seberangnya. Pengamatan lapang mendapatkan adanya dua titik
abrasi di wilayah kelurahan Pasir Putih, khususnya di RT 0204. c Kekhawatiran akan tanah longsor dan pencemaran air sumur serta rendahnya
harga tanah maupun bangunan di sekitar TPA. Tanah penutup sampah TPA Cipayung diambil dari lahan di sebelah Utara yang berbatasan dengan
Kampung Benda Barat Kelurahan Cipayung. Lokasi pengambilan tanah tersebut sangat dekat dengan pemukiman penduduk sehingga menimbulkan
kekhawatiran penduduk akan terjadinya longsor yang dapat menimpa rumah mereka, khususnya di wilayah RT 0406. Penduduk juga mengkhawatirkan
penggunaan lahan bekas galian tanah penutup tersebut juga akan digunakan sebagai tempat pembuangan sampah baru. Penduduk menginginkan adanya
pemasangan batu untuk mencegah terjadinya longsor. Selain itu, penduduk juga mengkhawatirkan dengan adanya pengelolaan sampah di TPA Cipayung
menyebabkan sumur mereka tercemar sehingga menimbulkan masalah baru.
Namun demikian, penduduk merasa tidak berkebaratan jika yang dibuang nantinya adalah sampah matang karena dinilai tidak akan mencemari
lingkungan mereka. d Rendahnya harga tanah dan bangunan sekitar TPA. Gangguan bau yang
berasal dari TPA menurut pendapat penduduk berpengaruh terhadap rendahnya harga tanah di sekitar lokasi TPA. Harga tanah saat sekarang
umumnya sekitar 12 nilai jual wajib pajak NJOP yaitu sekitar 150 ribu permeter. Orang luar yang membeli tanah di sekitar TPA mengharapkan
keuntungan untuk jangka panjang.