Aspek Tekhnik Operasional 1. Rencana Daerah dan Tingkat Pelayanan

langsung ini juga dibedakan dalam dua tipe, yang dibedakan berdasarkan jenis alat pengangkut yang digunakan yaitu dump truk dan arm roll. Pola komunal ada dua tipe yang digunakan. Perbedaan kedua tipe tersebut adalah pada penggunaan jenis alat angkut yang digunakan. Pada pola komunal Tipe I digunakan alat angkut dump truk sedangkan pada Tipe II digunakan alat angkut arm roll. Pola Pelayanan yang direncanakan untuk Kota Depok dipilih dengan mempertimbangkan hal–hal sebagai berikut: a Pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada; b Topografi daerah pelayanan yang relatif datar; c Letak rumah tinggal yang pada umumnya mengikutimenelusuri jalan; d Volume sampah masing – masing penghasil sampah; dan e Kepadatan penduduk.

7.10.2.2.1. Pola Pelayanan untuk Tahap Mendesak

Pola pelayanan yang akan digunakan untuk tahap mendesak sama dengan pola pelayanan pelayanan saat sekarang dan ditambah dengan UPS Unit Pengolahan Sampah atau pengolahan sampah yang berbasis masyarakat. Jumlah lokasi UPS pada tahap sekarang sebanyak 20 lokasi. Pola perencanaan dalam rangka peningkatan pelayanan persampahan kebersihan di Kota Depok terdiri atas 1 pola pelayanan skala rumah tangga; 2 pola penanganan skala kawasan; dan 3 pola penanganan skala kota.

7.10.2.2.2. Pola Pelayanan Untuk Tahap Jangka Menengah

Pola pelayanan yang digunakan pada tahap pelayanan jangka menengah tersebut merupakan pelengkapan terhadap pola pelayanan yang digunakan pada tahap mendesak. Pelengkapan tersebut terdapat pada penggunaan UPS lebih banyak. Jumlah lokasi UPS pada tahap sekarang menjadi 63 lokasi. Pelaksanaan kegiatan 3R yaitu reduce mengurangi, reuse menggunakan kembali, dan recycle mendaur ulang sampah yang dihasilkan oleh masyarakat akan mengurangi jumlah sampah secara langsung tanpa memerlukan upaya keahlian khusus oleh masyarakat, dengan demikian penyuluhan tentang reduce mengurangi dan reuse mengunakan kembali yang dilakukan lebih kepada upaya untuk mengubah pola pikir masyarakat dalam memperlakukan bahan bekas. Penyuluhan tentang kegiatan recycle mendaur ulang akan mencakup upaya untuk mengubah pola pikir masyarakat dalam memperlakukan bahan bekas dan juga upaya memberikan keahliaan khusus untuk mengolah sampah menjadi bentuk baru, seperti pelatihan pembuatan kompos, kertas daur ulang. Hasil pengamatan terhadap komposisi sampah di Kota Depok, kegiatan daur ulang recycle yang layak dilakukan adalah pembuatan kompos serta daur ulang plastik, besi, dan kuningan. Pelaksanaan daur ulang saat ini sudah dilakukan di TPA Cipayung. Untuk memperkenalkan dan meyakinkan masyarakat agar mau melaksanakan pembuatan kompos tersebut, pengelola kebersihan Kota Depok perlu melakukan proyek perintisanpercontohan pembuatan kompos dan menjamin pembelian kompos yang dihasilkan oleh masyarakat. Metode lain dalam pembuatan kompos yang diusulkan adalah metode terowongan bambu yang pelaksanaannya relatif mudah dan membutuhkan biaya investasi yang tidak besar untuk melaksanakannya. Penjaminan pembelian hasil kompos masyarakat perlu dilakukan karena kesulitan utama yang dialami oleh masyarakat pembuat kompos adalah pemasaran kompos yang dihasilkan, untuk itu diusulkan agar pengelola kebersihan Kota Depok menjamin pembelian kompos yang dihasilkan masyarakat tersebut dan mengunakannya untuk pertamanan kota, dan membuat kerja sama dengan Dinas Pertanian untuk mengunakan kompos tersebut pada kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian. Pembuatan kompos dilakukan dalam satuan usaha berupa usaha daur dan produksi kompos UDPK. Satuan usaha tersebut melakukan dua pekerjaan sekaligus: pembuatan kompos dan usaha pendaur-ulangan bahan-bahan yang dapat langsung dimanfaatkan, baik untuk penggunaan kembali, maupun sebagai bahan baku industri. UDPK sebagai suatu bahan usaha, bertujuan memproduksi kompos bermutu tinggi dari bahan baku sampah perkotaan. Dalam metoda UDPK, proses pembuatan kompos dilakukan secara biologis. Dengan mengandalkan berbagai jenis jasad renik mikroorganisma yang terdapat dalam tumpukan sampah. Proses yang terjadi adalah proses aerobik, yang relatif tidak berbau dan lebih cepat. Pada prinsipnya, yang harus dilakukan adalah mengusahakan berlangsungnya proses ideal, agar jasad renik tersebut dapat hidup dan berkembangbiak secara optimal. Pada masa mendatang perlu adanya usaha dari Pemerintah untuk melakukan usaha daur ulang dan komposting dengan melibatkan masyarakatswasta, terutama pada TPA untuk jangka menengah dan jangka panjang yaitu TPA Cipayung Kota Depok. 7.10.2.3. Rencana Tekhnik Operasional 7.10.2.3.1. Pewadahan Wadah yang diusulkan untuk daerah pemukiman dan pertokoan adalah kantong plastik, bin terbuat dari plastik atau drum bekas yang dipotong dan diberi pegangan untuk memudahkan proses pemindahan sampah ke alat pengumpul. Volume bin disesuaikan dengan produksi sampah yang dihasilkan konsumen dengan kriteria volume mampu menampung sampah untuk produksi 3 hari. Di daerah pasar digunakan bin, kantong plastik atau kardus dan keranjang bekas. Industri rumah tangga dan bangunan institusi yang mempunyai produk sampah besar 100 liter digunakan bin plastik ukuran 200 liter. Penyeragaman penggunaan wadah diharapkan dapat diselesaikan pada awal pelaksanaan tahap jangka menengah, sedangkan pada tahap mendesak masih diizinkan menggunakan wadah seperti jenis sekarang tapi harus diingat fungsinya yaitu harus tertutup dan mudah dikosongkandioperasikan.

7.10.2.3.2. Pengumpulan

Pengumpulan dilakukan dengan dua cara yaitu komunal dan individual. Pada cara komunal, pengumpulan sampah dari pewadahan ke TPS bak sampah akan dilaksankan oleh penghasil sampah. Pada pola individual, pengumpulan sampah dari pewadahan ke TPS bak sampah akan dilaksankan oleh petugas. Pengumpulan secara individual hanya dilaksanakan pada daerah permukiman teratur. Pengumpulan dengan cara individual akan dilakukan dengan gerobak, setiap gerobak dilayani oleh 2 petugas. 7.10.2.3.3. Pemindahan Pada tahap mendesak, lahan pemindahan yang digunakan masih berbentuk TPS bak sampah dan kontainer. Lahan pemindahan yang berbentuk transfer depo tipe I dan kontainer baru mulai digunakan pada tahap awal PJM. Transfer depo direncanakan digunakan sekitar komplek perumahan teratur atau di sekitar pasar bersama yang memiliki jumlah sampah besar lebih besar dari 5 m 3 hari, sedangkan kontainer dan bak sampah yang baru akan digunakan sekitar perumahan teratur dan tidak teratur. Kondisi yang sudah ada berupa TPS seperti bak sampah pasangan batu bata, kontainer dan TPS persil. Penghasil sampah langsung mengumpulkannya ke TPS tersebut, dari TPS dipindahkan ke dalam mobil sampah untuk selanjutnya diangkut ke TPA tempat pemrosesan akhir. Pola yang baru dengan gerobak door to door langsung menuju kontainer dan selanjutnya ke TPA dengan menggunakan arm roll, berdasarkan perencanaan untuk Kota Depok, ada dua macam bentuk pemindahan yang dapat dipakai yaitu: a. TPS pasang batu bata dengan ukuran 4 m 3 . Perencanaan pada tahap mendesak sebagai TPS persil akan ditiadakan diganti dengan TPS pasang batu bata yang berfungsi menampung sampah sementara sebelum dipindahkan ke dump truk selanjutnya dibawa ke TPA. b. Transfer Depo Tranfer depo yang direncanakan adalah tipe I luas 200 m 2 akan digunakan pada tahap jangka menengah dan jangka panjang. Radius pelayanan tiap lokasi ditentukan sepanjang 1 km, sedangkan transfer depo tipe II luas 10 m 2 hanya berupa landasan kontainer.

7.10.2.3.4. Pengangkutan

Pengangkutan sampah dari lokasi pemindahan ke lahan pemrosesan akhir TPA menggunakan dump truk dengan kapasitas 6 m 3 dan arm roll dengan kapasitas 6 m 3 . Alat angkut tersebut milik Pemerintah Kota Depok Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang ada saat ini diperkirakkan masih dapat dipergunakan sampai tahap mendesak. Pemeliharaan dari peralatan sangat diperlukan sehingga dapat berfungsi sampai tahap PJM, tingkat pelayanan akan menurun dengan pola konvensional sehingga penambahan alat angkut tidak signifikan. 7.10.3. Aspek Peraturan 7.10.3.1. Tahap Mendesak Pemerintah Daerah Kota Depok perlu menyusun SOP tentang Pengolahan dan Pengelolaan UPS yang sedikitnya berisi tentang 1 Prosedur pengang- kutanpengumpulan sampah; 2 Prosedur pengoperasian peralatan UPS; 3 Prosedur pemeliharaan peralatan UPS; dan 4 Organisasi pengelolaan UPS.

7.10.3.2. Tahap Jangka Menengah

Pemeritah Kota Depok perlu menyusun pembuatan Peraturan Daerah tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban Kota K3 yang isinya harus mencakup antara lain meliputi: 1. Kebersihan dan Keindahan yang meliputi a. Kebersihan dan keindahan bangunan; b Kebersihan dan keindahan jalan, jalur hijau, dan taman; c Kebersihan dan keindahan pusat perbelanjaan dan pasar; d Kebersihan dan keindahan terminal. 2. Ketertiban yang meliputi a Ketertiban lahan dan bangunan; b Ketertiban jalan, jalur hijau, dan taman; c Ketertiban pusat perbelanjaan dan pasar; d Ketertiban terminal dan penumpang; e Ketertiban dan keamanan lingkungan; f Cara pengambilan, pengangkutanpembuangan dan pe-musnahan sampah; g Badan yang berhak dan mempunyai wewenang dalam melaksanakan pengawasanpenyidikanpenindakan terhadap pe- langgaran Perda sudah dirumuskan dengan jelas. 7.10.4. Aspek Kelembagaan dan Organisasi 7.10.4.1. Tahap Mendesak Pemerintah Kota Depok perlu melakukan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Penambahan seksi penyuluhan dalam struktur organiasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Penyuluh dibutuhkan untuk mengantisipasi kebutuhan akan kelancaran program penyuluhan yang dinilai sangat mendesak mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai perlunya pengolahan sampah dengan metode 3R mulai dari rumah tangga. 2. Penambahan jumlah petugas pesapon petugas penyapu jalan. Petugas pesapon perlu ditambahkan untuk memenuhi rasio 1:1.000 antara jumlah pesapon dan jumlah penduduk yang akan dilayani, yang diperkirakan akan mencapai 328.107 jiwa, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok perlu menambah jumlah petugas pesapon hingga mencapai 328 orang pada Tahun 2010.

7.10.4.2. Tahap Jangka Menengah

Pada tahap jangka menengah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok perlu menambah jumlah petugas pesapon hingga mencapai 361 orang untuk memenuhi rasio 1:1.000 antara jumlah petugas pesapon dan jumlah penduduk yang akan dilayani sampai 2012 yang diperkirakan akan mencapai 361.368 jiwa. 7.10.5 Aspek Partisipasi Masyarakat 7.10.5.1. Tahap Mendesak 1. Penyuluhan penanganan sampah dengan metode 3R. Penyuluhan penanganan sampah dengan metode 3R perlu dilaksanakan, terutama di lingkungan pemukiman yang banyak terdapat lokasi timbulan sampah liar. Penyuluhan dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat ibu- ibu rumah tangga, dan pemuda dan memberitahukan untuk memilah barang- barang apa saja yang dapat di reuse, reduce, recycle, sehingga mereka dapat mempraktekkan langsung dalam kegiatan sehari-hari. 2. Sosialisasi sistem penanganan sampah dengan skala kawasan. Pada tahap mendesak sosialisasi sistem penanganan sampah skala kawasan dilaksanakan dengan sasaran: a. Kelompok-kelompok strategis di masyarakat, seperti anggota legislatif, aparat Pemda, wartawan, LSM, dan tokoh-tokoh masyarakat;