perkotaan, dan kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang disebabkan oleh polutan
tersebut. Tchobanoglous et al. 1993 mengatakan pencemaran tersebut umumnya
akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama, sebagai contoh di sekeliling TPA akan terjadi pencemaran oleh gas yang berasal dari sampah dan lindi.
Pencemaran oleh lindi akan terus berlangsung selama 30-50 tahun walaupun TPA tersebut sudah ditutup. Gas di TPA mempunyai resiko yang signifikan dan
berdampak negatif terhadap lingkungan. Gas metan merupakan 50 gas yang ada di TPA yang akan masuk ke atmosfer dan menyumbangkan 2-4 dari pemanasan
global gas rumah kaca. Zat pencemar secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian.
Pertama pencemar yang tidak dapat terurai nondegredable pollutan antara lain kaleng aluminium, garam merkuri, bahan kimia yang berantai panjang, DDT,
yang tak dapat dikurangi kadarnya di alam atau penurunan kadarnya di alam lamban sekali. Ke dua adalah pencemar mudah terurai degradable pollutan
antara lain limbah rumah tangga, yang dapat mengalami penguraian secara cepat, secara alamiah atau melalui rekayasa seperti di pengolahan limbah. Limbah rumah
tangga umumnya merupakan limbah pangan dan tidak membahayakan bagi kesehatan. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam limbah rumah tangga
dapat menjadi sumber makanan bagi mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Apabila perkembangannya signifikan, akan mereduksi oksigen terlarut dalam air
Betty dan Rahayu, 1990. Keadaan tersebut mengurangi oks igen terlarut dan selanjutnya mengganggu kehidupan mikroba.
2.5. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Partisipasi berasal dari Bahasa Inggris “participation” yang berarti ambil bagian atau melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain.
Kamus Webster, menyebutkan arti partisipasi “ adalah mengambil bagian atau ikut menanggung bersama orang lain” Natsir 1986. Partisipasi apabila
dihubungkan dengan masalah sosial mempunyai arti, suatu keadaan seseorang
akan ikut merasakan sesuatu bersama-sama dengan orang lain sebagai akibat adanya interaksi sosial. Secara harfiah, partisipasi berarti “ turut berperan serta
dalam suatu kegiatan “, “ keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat
didefenisikan secara luas sebagai “ bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam
dirinya maupun dari luar dirinya dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan” Moeliono, 2004.
Tjokroamidjojo et al. 1980 mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijakan
kegiatan, memikul beban dan pelaksanaan kegiatan, memetik hasil serta manfaat kegiatan secara adil. Partisipasi berarti memberi sumbangan dan turut serta
menentukan arah atau tujuan pembangunan, yang ditekankan adalah hak dan kewajiban setiap orang. Koentjaraningrat 1984 berpendapat bahwa partisipasi
mempunyai arti memberi sumbangan dan turut menentukan arah tujuan pembangunan, ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi
setiap masyarakat. Seseorang dengan kemampuan ekonomi yang tinggi mampu berpartisipasi
dalam berbagai bentuk, misalnya tenaga, uang, ide atau pemikir an. Hal ini berarti bahwa tingkat partisipasinya juga lebih tinggi dibandingkan seseorang yang
kemampuan ekonominya lebih rendah. Selain itu, partisipasi bersifat murni tanpa pamrih, dan tanpa motif ekonomi. Sebaliknya seseorang yang kemampuan
ekonomi rendah akan berpartisipasi atas dasar pamrih, yakni untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut GTZ 1997 pendekatan partisipatif diperlukan
untuk melibatkan semua pihak sejak langkah awal, mulai tahapan analisis masalah, penetapan rencana kerja sampai pelaksanaan dan evaluasinya.
Kegiatan partisipatif dapat dikelompokkan pada dua kelompok sasaran yaitu partisipasi para pengambil keputusan, dan partisipasi kelompok setempat yang
terkait dalam pengelolaan lingkungan hidup.