Daftar Pustaka SISTEM PENGELOLAAN TPA SAMPAH Abstrak

Wiyatmoko, H. dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengelola dan Menyingkirkan sampah. Abdi Tandur. Jakarta. Winardi. 1999. Pengantar Tentang Teori Sistem dan Analisis Sistim. Penerbit Mandar Maju. Bandung.

VIII. PEMBAHASAN UMUM

Saat ini Kota Depok merupakan salah satu wilayah yang sedang ber- kembang sangat pesat. Letak geografis Kota Depok yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta yang merupakan Ibu kota Negara, membuat posisi Kota Depok sangat strategis. Hal ini yang membuat Kota Depok semakin berkembang. Kota Depok menjadi daerah lintas antara Jawa Barat dan Jakarta, bahkan Kota Depok menjadi wilayah yang sangat startegis untuk bermukim warga masyarakat dari Jawa Barat maupun warga masyarakat dari kota lainnya. Kota Depok merupakan daerah penyeimbang atau counter magnet sekaligus penyangga Kota Jakarta, sehingga menyebabkan terjadinya perkembangan pembangunan di bidang sarana dan prasarana serta infrastruktur. Pesatnya perkembangan pembangunan menyebabkan laju pertumbuhan penduduk di Kota Depok meningkat. Peningkatan jumlah sampah diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini terjadi karena pola hidup masyarakat Kota yang semakin konsumtif, sehingga mem- pengaruhi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan, akhirnya meningkatkan beban kinerja TPA jika sampah tersebut tidak dikelola dari sumbernya Buana, 2004. Persampahan merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup yang semakin meningkat dan komplek. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, timbulan sampah dengan akumulasi buangan sampah padat yang bersumber dari berbagai kegiatan masyarakat juga ikut meningkat. Oleh sebab itu, diperlukan suatu sistem pengelolaan yang cepat dan cermat guna memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan, sosial, ekonomi, dan kesehatan terutama terhadap masyarakat yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi TPA Cipayung. Salah satu upaya dalam melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan adalah mereduksi sampah dari sumbernya langsung. Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari prinsip 3R+1P yaitu reduce mengurangi, reuse menggunakan kembali, recycle mendaur ulang, dan partisipasi pelibatan masyarakat MENLH dan JICA, 2003. Untuk mencegah pencemaran lingkungan perairan di kawasan TPA, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Permenkes No.416MENKESPERIX1990 untuk kualitas air sumur, PPRI No.282001 Gol. III untuk kualitas badan air pe- nerima BAP, dan SK Gub. Jawa Barat No.61999 untuk kualitas air lindi. Hasil pengukuran kualitas air pada beberapa lokasi sampel di sumur menunjukkan beberapa variabel sampel yaitu besi Fe, mangan Mn telah di atas NAB yang diijinkan. Kualitas air di BAP Badan Air Penerima yang sudah di atas NAB adalah unsur nitrit NO 2 - N, BOD 5 dan seng Zn. Kualitas air lindi di TPA Cipayung yang telah di atas NAB adalah unsur besi Fe, mangan Mn, BOD 5 , COD dan fenol. Kadar fenol sudah di atas NAB yang diizinkan untuk Golongan I. Tingginya variabel kimia pada lokasi sampel diduga disebabkan oleh keadaan perairan dalam kondisi anaerob akibat tingginya kadar bahan organik pada saat proses dekomposisi yang berasal dari lokasi TPA. Hasil uji pemeriksaan Coliform pada kualitas air sumur dan BAP Badan Air Penerima masih di bawah nilai NAB. Kegiatan di TPA menimbulkan berbagai tanggapan dari responden di sekitar lokasi TPA. Tanggapan tersebut dapat dikategorikan berdasarkan manfaat yang diterima sebagai akibat beroperasinya TPA di daerah mereka. Sebagian besar tanggapan responden terhadap TPA Cipayung kurang sebanyak 58,62, buruk sebanyak 27,59, tanggapan baik sebanyak 9,19 dan tanggapan tidak tahu sebanyak 4,60. Munculnya berbagai tanggapan tersebut terkait dengan manfaat dari TPA yang dirasakan langsung oleh responden. Bagi responden yang mendapatkan manfaat, baik langsung misalnya sebagai karyawan atau pemulung maupun tidak langsung ada sanak keluarganya yang bekerja sebagai karyawan tanggapannya positif. Mereka yang merasa tidak mendapat manfaat, tanggapannya negatif. Sikap positif umumnya ditunjukkan oleh masyarakat lokal, sementara sikap negatif lebih banyak ditunjukkan oleh komunitas pendatang, yang hanya tinggal di sekitar TPA tetapi bekerja di tempat lain. Gangguan lingkungan yang dikeluhkan masyarakat akibat dampak TPA yang dirasakan oleh responden di antaranya adalah bau sebanyak 45,98, banyak lalat sebanyak 8,05,