BNI
170
maturitas bulanan yang dapat digunakan sebagai salah satu sistem pemantauan dan pengelolaan
risiko likuiditas bank.
4. Risiko Operasional
Dengan meningkatnya keragaman dan kompleksitas produk serta aktivitas perbankan
yang ditawarkan kepada nasabah, perkembangan sistem dan teknologi pendukung yang sangat
cepat, serta meningkatnya ekspektasi nasabah dari pelayanan yang diberikan oleh bank, maka
pengelolaan risiko operasional menjadi hal yang sangat penting.
Dari sisi infrastruktur tata kelola dan organisasi, Manajemen Risiko Operasional telah
diimplementasikan di segenap unit bisnis dan unit pendukung sebagai pertahanan risiko
terdepan. Implementasi tersebut didukung dengan pertahanan risiko lapis kedua yang dijalankan oleh
Divisi ERM dan lapis ketiga yang dilakukan oleh Audit Internal dan Quality Assurance.
Pada infrastruktur kebijakan dan prosedur,
Divisi ERM menyediakan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Operasional untuk mendukung
implementasi manajamen risiko operasional di segenap unit bisnis dan unit pendukung yang
didukung juga dengan prosedur transaksi dan operasional yang prudent untuk menjalankan
bisnis sehari-hari.
Proses manajemen risiko operasional di BNI terdiri
dari empat proses utama yang berkesinambungan sesuai dengan kaidah pengelolaan risiko dari BI,
yaitu identifikasi, pengukuran, pemantauan sampai dengan proses pengendalian. Selain keempat
proses tersebut di atas, proses pengelolaan manajemen risiko operasional BNI dilakukan
sesuai dengan best practice, yaitu terbagi ke dalam 5 building blocks yang menggambarkan
suatu proses yang mencakup tata kelola manajemen risiko operasional governance,
penetapan potensi risiko operasional, pemantauan yang aktif, implementasi manajemen risiko yang
aktif dan dilandasi oleh keterbukaan kepada manajemen dan pihak eksternal disclosure.
maturity profile cane be produced and used as one of the bank’s liquidity risk management and
supervision system.
4. Operational Risk
Due to the improvement of variety and complexity of banking products and activities offered to the
customers, system development and supporting technology that are very fast, as well as the
increase of expectation of the customer on the service provided by the bank, operational risk
management has become a crucial matter.
From the side of governance and organizational
infrastructure, the Operational Risk Management has been implemented in all business units and
supporting units as the front line of defense against risk. Such implementation is supported
by second tier defense conducted by the ERM Division and the third tier by the Internal Audit and
Quality Assurance.
On the infrastructure of policy and procedure,
ERM Division provides Guidance for the Implementation of Operational Risk Management
to support the implementation of operational risk management in all business units and supporting
units, that is also supported with prudent transaction and operational procedures to conduct
business on daily basis.
Operational risk management process in
BNI, consists of four main processes which are continuous in accordance with the risk
management provision from BI: identification, measurement, supervision, and control process.
In addition to the above four processes, the operational risk management process in BNI
is done in accordance with the best practice, divided into 5 building blocks which describe a
process that covers operational risk management governance, determination of potential operational
risk, active supervision, implementation of active risk management and based on the openness to
the management and external parties disclosure.
BNI
Functional Review
Corporate Social Responsibility Good Corporate Governance
Corporate Data
171
1 2
3 4
5 Governance
Potential Risks
Determination Active Risk
Management
Active Monitoring
Disclosure
Pengelolaan risiko operasional yang baik di tahun 2011 ditandai dengan menurunnya tren kerugian
risiko operasional sejak tahun 2008. Selain itu mulai tahun 2011 BNI telah dapat melakukan
kalkukasi kebutuhan modal risiko operasional dengan menggunakan pendekatan Standar.
Untuk membantu proses pengelolaan risiko
operasional yang dilakukan oleh setiap unit kerja bank, mulai dari proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan sampai dengan proses pengendalian, BNI telah mengembangkan perangkat risiko
operasional Operational Risk Management tool berbasis web web-based yang diberi nama
PERISKOP Perangkat Risiko Operasional. PERISKOP mempunyai peranan yang sangat
penting karena 3 tiga proses utama dalam proses pengelolaan risiko operasional menggunakan
perangkat ini yaitu Self Assessment, Loss Event Database
dan Key Risk Indicator.
PERISKOP
Self Assessment Loss Event Database
Key Risk Indicators
Self Assessment SA merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan sendiri oleh setiap unit risk owner
dalam mengidentifikasi operational risk issue
yang terdapat di unitnya, mencari penyebabnya, mengukur potensi
kerugian yang mungkin timbul serta mencarikan solusi untuk mengatasinya.
Hasil SA memberikan gambaran potensi risiko yang dihadapi unit untuk 3 bulan
ke depan Merupakan Database atas seluruh
kerugian finansial akibat risiko operasional yang terjadi di seluruh unit
di bank. Data kerugian yang terkumpul melalui modul LED, selain digunakan
untuk pengelolaan risiko operasional yang lebih baik namun juga sebagai dasar
untuk perhitungan kebutuhan modal untuk mengcover risiko operasional
dengan menggunakan Advance Measurement Approach
AMA. Key Risk Indicators
merupakan alat ukur untuk mengidentifikasi potensi risiko
kerugian operasional yang melekat pada produk dan aktivitas sebelum
risiko tersebut terjadi dan memberikan tanda signal jika melebihi suatu range
nilai tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya
A good operational risk management in 2011 is marked with the decrease of operational risk
losses trend since 2008. In addition, starting from 2011 BNI has been able to calculate operational
risk capital requirements by using Standard approach.
To help the operational risk management process
done by every working unit of the bank, starting from the identification measurement, supervision
to the control process, BNI has developed a web-based Operational Risk Management tool
named PERISKOP Perangkat Risiko Operasional Operational Risk Tools. PERISKOP holds a crucial
role since 3 three of the main processes in the operational risk management process have used
this tools: Self Assessment, Loss Event Database and Key Risk Indicator.
BNI
172
Business Continuity Management
Gangguanbencana yang diakibatkan oleh faktor alam atau perbuatan manusia dapat terjadi
pada fungsi-fungsi usaha BNI yang kritikal sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
bisnis dan layanan BNI. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka BNI telah menerapkan
Manajemen Keberlangsungan UsahaBusiness Continuity Management
BCM yang diharapkan dapat meminimalisir risiko operasional pada saat
terjadinya kondisi darurat atau bencana. Pengembangan perangkat tersebut sejalan dengan
peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk melaksanakan proses pengendalian risiko
dan mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank, serta selaras
dengan persyaratan pada dokumen Basel II yang mewajibkan Bank untuk memiliki rencana
keberlangsungan usaha dan rencana darurat business continuity management dan contingency
management
guna memastikan kemampuan Bank untuk dapat tetap beroperasi dan membatasi
kerugian jika terjadi gangguan terhadap aktivitas bisnisnya.
Dalam kondisi bencana disaster, BNI telah
menyiapkan organisasi spesifik yang terdiri dari Eksekutif Senior sebagai koordinator
penanggulangan bencana yang memiliki level kewenangan dan efektif sejak Crisis Management
Team
CMT yang beranggotakan Direksi men- declare
menyatakan kondisi status bencana.
Terkait dengan implementasi Business Continuity Plan
BCP, BNI telah menetapkan Pedoman Perusahaan Kebijakan dan SOP Rencana
Penanggulangan Bencana, Panduan Penyusunan, Panduan Pengujian dan Pemeliharaan BCP serta
penyusunan standarisasi petunjuk signage keselamatan gedung.
Setiap
langkah Recovery Strategy
dan Proses Recovery
yang dilaksanakan dipantau dan dilaporkan ke Crisis Management Team CMT
sampai kondisi dinyatakan normal kembali. Untuk memastikan tingkat kesiapan dan evaluasi
BCP Business Continuity Plan, BNI telah melakukan pengujian atas implementasi BCP di
seluruh unit operasional. Hal ini dilakukan secara rutin tiap tahun untuk mengetahui tingkat kesiapan
masing-masing unit, ditinjau dari segi organisasi maupun infrastruktur BCP yang dimilikinya. Hasil
Business Continuity Management
Disruptiondisaster caused by the nature or human error may happen to BNI’s critical business
functions, and in result interrupt BNI’s service and business activities. To anticipate such event, BNI
implemented a Business Continuity Management BCM which expected to be able to minimize
operational risk by the time of emergency event or natural disaster.
The development of such tools is in line with the regulation of Bank Indonesia which obligates the
bank to conduct risk control process and manage the risks that may endanger the bank’s business
continuity, in line with the requirements on Basel II which obligates the Bank to own a business
continuity management plan and contingency management plan to ensure the Bank’s ability to
remain in operation and limit the losses should there be any disruption to its business activity.
In a condition of disaster, BNI has prepared a
specific organization which consists of Senior Executives as disaster management coordinator
which have authority effective since the Crisis Management Team CMT which consists of
Board of Directors declares a disaster condition.
Related to the implementation of Business
Continuity Plan BCP, BNI has developed a Company Policy Guidance and SOP for Disaster
Management Plan, Guidance for Development, Testing and Maintenance of BCP as well as the
development standard safety signage in the building.
Every step of Recovery Strategy and Process Recovery shall be monitored and reported to the
Crisis Management System until the condition is declared as normal.
To ensure the level of readiness and evaluation of BCP Business Continuity Plan, BNI has examined
the implementation of BCP in all operational units. This is conducted routinely every year to know the
level of readiness of each unit, viewed from the organization and BCP infrastructures it has. The
result of the routine evaluation and examination
BNI
Functional Review
Corporate Social Responsibility Good Corporate Governance
Corporate Data
173
dari evaluasi dan pengujian rutin tersebut terlihat dari penanganan yang sistematis dan terarah
dalam menghadapi bencana baik yang disebabkan oleh manusia maupun oleh alam sehingga
aktivitas operasional BNI di lokasi bencana dapat tetap berjalan pada tingkatan tertentu walaupun
beberapa sarana dan prasarana penunjang aktivitas bisnis mengalami gangguan.
BNI telah memiliki Gedung BCP di tempat
tertentu, sebagai lokasi alternatif untuk kelangsungan bisnis Bank apabila terjadi
bencana disaster pada Kantor Pusat BNI yang dilengkapi dengan Disaster Recovery Site, Backup
Infrastructure
dan Backup Peralatan Komputer yang dibutuhkan dalam penanggulan bencana.
Selain itu, perangkat BCM juga dilengkapi berbagai tools analysis untuk mengevaluasi dampak,
Recovery Time Analysis, Recovery Tools dan
berbagai Recovery SOP bagi setiap unit.
5. Risiko Lainnya Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi