Kelemahan yang dihadapi oleh Kerapatan Adat Nagari Dalam Penyelesaian

4. Kelemahan yang dihadapi oleh Kerapatan Adat Nagari Dalam Penyelesaian

Sengketa Tanah Pusako di Nagari Situjuah Gadang KAN merupakan institusi di nagari tempat berhimpunnya para penghulu suku di satu nagari.

Berdasarkan perda No. 9 tahun 2000 tentang Pemerintahan Nagari yang sudah di revisi menjadi Perda No. 2 tahun 2007 tentang Pokok‐Pokok Pemerintahan Nagari, bahwa penyebutan terhadap KAN tidak harus seragam di semua nagari Dalam Provinsi Sumatera Barat, disamping nama kerapatan adat nagari (KAN) ada juga nagari yang memakai nama lembaga adat nagari (LAN), seperti yang terdapat di Nagari Situjuah Gadang. KAN dan LAN mempunyai fungsi yang berbeda dalam penyelesaian sengketa sako dan pusako di Nagari Situjuah Gadang. Untuk penyelesaian sengketa sako dan pusako KAN adalah pelaksana t eknis d ari LAN.

Sebagai institusi yang diembankan tugas sebagai penyelesai perkara‐perkara perdata adat, terutama yang menyangkut tanah ulayat, KAN terkesan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa penyebabnya antara lain: 110

a. Hegemoni hukum positif. Hukum positif yang dibuat negara menjadikan hukum adat subsistem. utusan KAN seolah‐olah adalah putusa pra pada lem aga peradilan. P n b

b. Intervensi negara KAN versi Perda 13 Tahun 1983 adalah KAN yang tidak lagi independent. Pengaruh negara terlalu besar didalam tubuh KAN, sehingga kemudian KAN menjadi corong pemerintah. Dimana‐mana, institusi adat yang terlalu jauh diintervensi oleh negara menyebabkan institusi terjebak menjadi isntitusi yang lemah dan tidak berguna bagi masyarakat adatnya. Dalam konteks ini, penyelesaian perkara‐ perkara perdata adat, terutama yang berhubungan langsung dengan orang luar (bisa investor atau pemerintah) senantiasa merugikan pihak masyarakat.

c. Tidak lagi diisi oleh ninik mamak yang memiliki integritas. Yang ini sebetulnya kuat dipengaruhi oleh intervensi negara yang terlalu berlebihan kepada KAN. Menurut Perda

13 Tahun 1983, pengurus KAN harus atas persetujuan pemerintah. Artinya, jika berminat menjadi pengurus KAN ambillah hati pemerintah, bukan hati masyarakat.

Banyak faktor yang mempengaruhi dan memperlemah KAN dalam menyelesaikan sengketa‐sengketa hak ulayat di nagari. Walaupun ada kendala tetapi poroses yang telah ditentukan harus tetap berjalan karena tujuanya adalah memberikan rasa keadilan kepada kedua belah pihak yang sedang bersengketa atau berkonflik. Karapatan Adat Nagari (KAN) sebagai tingkat akhir dalam penyelesaian sengketa atau konflik yang terjadi dimasyarakat

nagari, maka kelemahan lain yan sering dihadapi dalam penyelesaian sengketa adalah: g 111

a. Lemahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh anggota KAN di nagari. Pengetahuan dan pemahaman hakim adat yang memutuskan perkara masih lemah memahami hukum negara, sehingga banyak para pihak yang bersengketa tidak yakin terhadap putusan KAN dan akhirnya tetap melanjutkan ke pengadilan negri untuk penyelesaian kasus yang mereka hadapi.

b. Rendahnya pengetahuan prosedur hukum dan wawasan yang kurang tentang bagaimana prosedur hukum yang benar yang harus mereka tempuh dan juga kurangnya pengetahuan masyarakat dan ninik mamak tentang hukum adat itu sendiri dan mereka juga kurang mau tahu tentang hukum adat.

c. Mempunyai kepentingan terhadap sengketa atau konflik yang terjadi, walaupun anggota seksi sako dan pusako telah dipilih dan ditunjuk dari orang‐orang yang mempunyai kompetensi dibidangnya tetapi dalam proses penyelesaian sengketa atau konflik yang sedang berjalan tetap ada yang mempunyai kepentingan terhadap sengketa atau konflik dan juga terhadap salah satu pihak misalnya ada hubungan emosional secara tidak langsung dengan salah satu pihak. Walaupun kendala ini tidak bisa dipungkiri namun selalu diusahakan untuk memberikan solusi yang baik untuk kedua belah pihak.

d. Data‐Data yang kurang. Hal ini terjadi karena data‐data yang dijadikan sebagai pedoman dalam memproses perkara sulit didapatkan seperti data tertulis tentang objek perkara pusako yaitu tentang batas tanah, luas tanah. Kalau dalam sengketa sako juga tentang data tertulis seperti ranji dari suatu kaum.

e. Waktu sidang yang tidak jelas dan sering berubah‐rubah, sehingga banyak dari para pihak yang bersengketa beranggapan bahwa KAN yang menangani kasus mereka tidak profesional.

f. Banyak dari anggota KAN yang menangani sengketa, tidak berada di nagari tempat sengketa terjadi.

g. Ketidak percayaan masyarakat terhadap hukum adat mereka sendiri, sehingga apa yang sudah diputuskan oleh KAN, cendrung kasus tersebut mereka bawa lagi ke pengadilan, karena dianggap bahwa putusan KAN tidak mengikat secara hukum.