Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) selaku Lembaga Negara Berda sarkan UUD NRI 19 45

1. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) selaku Lembaga Negara Berda sarkan UUD NRI 19 45

Menurut Philipus M. Hadjon, makna kedudukan suatu lembaga negara dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu: pertama, kedudukan diartikan sebagai suatu posisi yaitu posisi lembaga negara dibandingkan dengan lembaga negara yang lain. Kedua, kedudukan lembaga negara diartikan sebagai posisi yang didasarkan pada fungsi utamanya (Philipus M. Hadjon, 2004: 3; Philipus M. Hadjon, 1996: x)

Dengan makna kedudukan dari dua sisi tersebut Ketetapan MPR No. VI/MPR/1973 juncto Ketetapan MPR No. III/MPR/1978 membedakan 2 (dua) kelompok Lembaga

Negara 111 menurut UUD 1945, yaitu Lembaga tertinggi Negara, MPR dan Lembaga Tinggi Negara yang terdiri atas: Presiden, DPA, DPR, BPK, dan Mahkamah Agung (Jamin Ginting, 2008: 73). Namun berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasca amandemen tidak lagi dikenal pembagian dalam kelompok Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara pola Ketetapan MPR No VI/MPR/1973 juncto Ketetapan MPR No. III/MPR/1978 (Philipus M. Hadjon , 2004, 3).

Berkaitan dengan kedudukan yang berarti sebagai posisi yang didasarkan pada fungsi utamanya, Philipus M. Hadjon (2004: 4) memberikan contoh dalam kaitannya dengan kewenangan Mahkamah Konstitusi, dikenal istilah lembaga negara dalam konteks kewenangan Mahkamah Konstitusi memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewena ngannya diberikan oleh UUD …. (Pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945).

Dengan demikian, lembaga Negara adalah badan yang diatur dalam UUD 1945, yang kewenangannya diberikan oleh UUD. Badan apa saja yang kewenangannya diberikan oleh UUD, hingga saat ini pun Mahkamah Konstitusi masih merupakan masalah menyangkut Dengan demikian, lembaga Negara adalah badan yang diatur dalam UUD 1945, yang kewenangannya diberikan oleh UUD. Badan apa saja yang kewenangannya diberikan oleh UUD, hingga saat ini pun Mahkamah Konstitusi masih merupakan masalah menyangkut

Sekarang bagaimana dengan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam sistem ketetatanegaraan RI? Untuk melihat kedudukan DPR dalam sistem ketatanegaraan RI, maka secara eksplisit susunan, kedudukan, tugas dan wewenang daripada DPD diatur dalam Bab VIIA Pasal 22C dan Pasal 22D UUD 1945. Pasal 22C mengatur mengenai susunan DPD sedangkan Pasal 22D mengatur tentang kewenangan DPD.

Pasal 22C UUD NRI 1945, pada intinya menentukan bahwa untuk melaksanakan demokrasi secara nyata, mengenai keanggotaan DPD Pasal 22C UUD NRI 1945 menetapkan: (1) Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu dan pemilu untuk memilih angota DPD dilakukan secara individu bukan atas nama partai; (2) Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR; (3) Susunan dan kedudukan DPD diatur dengan undang‐undang. Adapun proses pemberhentian anggota DPD diatur dalam Pasal 22D ayat (4) UUDNRI 1945 yang menyatakan, “anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang sayarat­syarat dan tata caranya diatur dalam undang­undang .”

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Undang‐Undang Nomor 22 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 27 Tahun 2009 pada Pasal 222 menegaskan bahwa “DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga Negara”. Ketentuan Pasal 222 Undang‐Undang Nomor 27 Tahun 2009 merupakan penegasan, bahwa DPD secara yuridis berkedudukan sebagai lembaga Negara,

tetapi p ermasalahannya te masuk dalam kriteria mbaga N ara yan bagaima akah DPD? r le eg g n Untuk mencoba memahami konsep lembaga Negara dengan pendekatan

perbandingan, Philipus M. Hadjon (2004: 4), memberikan contoh konsep Jerman. Konstitusi Jerman membedakan state organ dengan contitusional organ. Constitusional organ hanyalah menyangkut lembaga‐lembaga (organ) yang status dan kewenangannya langsung diatur oleh konstitusi. Dalam ketatanegaraan Jerman, constitusional organ tertinggi adalah Bundestag sebagai organ yang langsung dipilih oleh rakyat. Adapun state organs adalah lembaga‐lembaga dalam Negara Jerman yang dianggap bertindak atas nama negera Jerman.

Jika kita bandingkan lembaga‐lembaga dalam sistem ketatanegaraan kita, Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara sebelum amandemen UUD 1945 dalam versi konstitusi Jerman adalah constitusional organs dalam arti status dan kewenangnnya langsung diatur oleh UUD. Dengan perbandingan sistem ketetanegaraan Jerman juga, kita bedakan lembaga‐lembaga Negara yang status kewenangannya langsung diatur oleh UUD dengan lembaga Negara yang hanya disebut dalam UUD namun kewenangnnya dideleg asikan pengaturannya oleh undang‐u dang. n

Berkaitan dengan keadaan tersebut dalam suatu sistem ketatanegaraan setidaknya terdapat 3 (tiga) kelompok lembaga Negara: (1) lembaga Negara yang ditentukan dalam UUD; (2) lembaga Negara yang ditentukan dalam UU; dan (3) lembaga Negara yang ditentu kan dalam Keputusan Pre siden.

Menurut Heru Susetyo (2010: 7‐8), bahwa konsep lembaga Negara atau organ Negara sangat luas maknanya. Pertama, dalam arti yang paling luas – organ mencakup setiap individu yang menjalankan fungsi law­cerating dan law­applying. Kedua, yaitu mencakup Menurut Heru Susetyo (2010: 7‐8), bahwa konsep lembaga Negara atau organ Negara sangat luas maknanya. Pertama, dalam arti yang paling luas – organ mencakup setiap individu yang menjalankan fungsi law­cerating dan law­applying. Kedua, yaitu mencakup

disebut sebagai lemb ga Negara yang tersendiri, y itu le a a mb aga Negara dalam arti semp t. i Berdasarkan ketentuan tersebut, maka DPD merupakan lembaga Negara yang

kewenangannya diberikan langsung oleh konstitusi (constitutional organ). Bila Pasal 222 Undang‐Undang Nomor 27 Tahun 2009 tersebut dikaitkan dengan Pasal 67 dan Pasal 68, maka DPD dan DPR memiliki kedudukan yang setara dan seimbang sebagai lembaga Negara, yaitu sebagai lembaga perwakilan rakyat. Ketentuan tersebut cukup dipahami, karena: Pertama , baik DPD maupun DPR keduanya merupakan lembaga Negara yang kewenangannya secara langsung diberikan (atribusi) oleh konstitusi, sehingga keduanya merupakan constitutional organ. Kedua, dari segi rekruitmen DPD memiliki legitimasi yang sangat kuat karena dipilih langsung oleh rakyat sebagaimana DPR 112 . Bahkan dalam batas‐ batas tertentu DPD merupakan lembaga perwakilan yang lebih representatif karena mewujudkan perwakilan dari setiap daerah yaitu penyalur keanekaragaman aspirasi daerah (regional representative), sedangkan DPR hanya sebatas perwujudan aspirasi dan paham politik rakyat (political representative) yang belum tentu mewujudkan perwakilan dari s etiap warga daerah (Jimly Asshiddiqie, 2009: 38).