Kajian berdas ar teori huk um

1. Kajian berdas ar teori huk um

Berkaitan dengan outsourcing, bentuk legislasi yang menjadi bahan analisis hukum adalah Pasal 64‐66 UU 13/2003 jo. Kepmenakertrans Nomor KEP.100/MEN/VI/2004, tentang PKWT jo. Kepmenakertrans No. Kep‐101/Men/VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa pekerja/Buruh jo. Kepmenakertrans No. KEP.220/MEN/X/2004 tentang syarat‐syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, jo. Surat Edaran Menteri Nomor B.31/PHIJSK/2012 tentang Outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Selanjutnya dalam penelitian ini, yang menjadi bahan analisis hukum legisprudensi adalah putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU‐IX/2011.

Sebagai bentuk dari hukum maka legislasi dan legispridensi haruslah merupakan hukum yang baik. Suatu hukum adalah baik apabila memenuhi 8 principles of legality, yaitu:

1. a failure to achieve rules at all, so that every issue must be decided on an ad hoc basis.

2. a failure to publicize, or at least to make avaiable to the affected party, the rules he is expected to observe

3. the abuse of retoactive legislation, which not only cannot itself guide action, but under cuts the integrity of rules prospective in effect, since it puts them under the threat of retrospective change

4. a failure to make rules understandable

5. the enactment of contradictory rules

6. rules that require conduct beyond the powers of the affected party

7. introducing such frequent changes in the rules that the subject cannot orient his action by them

8. a failure of congruence between the rules as announced and their actual adminisration (Lon L Fuller: 1975, 39).

Suatu hukum yang baik adalah yang adil yang bermakna fairness yang terdiri dari dua bagian yaitu interpretasi atas situasi awal dan atas persoalan pilihan yang ada dan seperangkat prinsip yang akan disepakati (Joh Rawls: 1973, 15). Penekanan prinsip proporsionalitas berada dalam proses dan mekanisme pertukaran hak dan kewajiban yang berlangsung secara fair. Prinsip proporsionalitas sebagai equitability contract dengan unsur justice serta fairness. Makna equitability menunjukkan suatu hubungan yang setara (kesetaraan), tidak berat sebelah dan adil (fair), artinya hubungan kontraktual tersebut pada dasarnya berlangsung secara proporsional dan wajar (Peter Mahmud Marzuki: 2003, 205). Unsur fairness (justice as fairness) ditandai dengan prinsip rasionalitas, kebebasan dan kesamaan. Just berarti adil secara substansi (substantive justice) fair berarti adil secara prosedural (procedural justice) (Andre Ata Ujan: 1999, 21). Prinsip proporsionalitas merupakan landasan dalam pendistribusian kemampuan anggota masyarakat dalam memikul beban kewajiban. Prinsip proporsionalitas menekankan pada keseimbangan dalam pembagian kewajiban, bukan keseimbangan posisi tawar (bergaining position) (Ian Mc Leod:

2005, 2 12 dan Yohanes ogar Simamora: 2005, 3). S 4

Aturan hukum haruslah merupakan hukum yang baik. Aturan hukum dalam peraturan perundang‐undangan harus dirumuskan secara tepat, sesuai dengan teori hukum dan filsafat hukum. Rumusan hukum tentang outsourcing diatur dalam Pasal 64‐66 UU 13/2003 merupakan rumusan yang mengandung vague norm, karena menimbulkan interpretasi yang lebih dari satu. Ketentuan Pasal 64 UU 13/2003 adalah “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.” Terhadap ketentuan ini tidak ada penjelasan resmi yang dibuat oleh pembentuk undang‐undang dalam penjelasan Pasal demi Pasal. Rumusan itu apabila dicermati mengandung ketidakjelasan maksud. Pasal 64 UU 13/2003 mengatur tentang bentuk outsourcing, yaitu pemborongan pekerjaan (merupakan outsourcing pekerjaan) dan penyediaan jasa pekerja/buruh (outsourcing pekerja). Terhadap pemborongan pekerjaan diatur lebih lanjut dalam Pasal 65, syaratnya :