Ker apatan Adat Nagari

2. Ker apatan Adat Nagari

Lembaga KAN ini dulunya dikenal dengan istilah Kerapatan Nagari (KN).Pada zaman tersebut para penghulu yang ada di nagari mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi pemerintahan dan juga adat. Hal ini dapat dilihat antara lain bahwa ”sebagai unit pemerintahanterendah, Kelarasan, Nagari dan Dusun mempunyai fungsi yang sangat strategis. Ketiga unit ini, terutama sekali unit administratif Nagari ”dipegang” kuat‐kuat oleh pemerintah. Kebijakan ini terutama sekali didasarkan oleh kenyataan bahwa dalam Lembaga KAN ini dulunya dikenal dengan istilah Kerapatan Nagari (KN).Pada zaman tersebut para penghulu yang ada di nagari mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi pemerintahan dan juga adat. Hal ini dapat dilihat antara lain bahwa ”sebagai unit pemerintahanterendah, Kelarasan, Nagari dan Dusun mempunyai fungsi yang sangat strategis. Ketiga unit ini, terutama sekali unit administratif Nagari ”dipegang” kuat‐kuat oleh pemerintah. Kebijakan ini terutama sekali didasarkan oleh kenyataan bahwa dalam

Namun dalam perjalananya ada gebrakan yang dilakukan oleh de Stuers, Michiels atau van Swieten serta beberapa pejabat tinggi lainya dalam kehidupan politik daerah (tradisional) lebih banyak pada penciptaan (atau penghapusan sebuah Nagari) dan pengangkatan (atau pemecatan) Kepala Nagari. Kepala Nagari yang mereka angkat dinamakan ”panghulu basurek”, pengangkatanya dinyatakan dengan Besluit(Surat Keputusan) pemerintah.” 102

Kenyataan lain yang berkaitan dengan pemerintahan adat dijadikan pemerintahan nagari pada zaman kolonial adalah:

1. Zaman ada masa pe p meri ntahan kol onia l tida menga k cuhkan pemerin tahan adat.

2. Zaman pada waktu pemerintahan Belanda adanya perhatian kepada nagari dengan mengadakan anasir‐anasir modern sebagai p litik dualisme. o

3. Zaman pemulihan kembali pemerintahan nagari yang bersendi pada hukum adat. pemerintahan adat nagari dijadikan pemerintahan yang sah di nagari melalui I. G. O. B. ” 103

”Lahirnya I. G. O. B Stbl. 1938 No. 490 berlakulah ketentuan‐ketentuan tentang cara mengatur dan mengurus rumah tangga nagari‐nagari di tanah seberang menurut konsepsi baru nagari dinyatakan satu badan hukum bumi putera yang diwakili oleh kepala nagarinya. Tatanan dan wewenang dari pada nagari serta susunan pemerintahan nagari dan alat‐alat nagari lainya sedapatnya dibiarkan diatur oleh hukum adat. Ini berarti susunan dari kerapatan adat diambil dan diterima serta dijadikan sebagai aparatur pemerintahan dalam nagari yang syah. Clan yang ada bisa hidup terus dan dihormati dalam I. G. O. B. Tetapi dalam mengambil kebulatan, diadakan pengawasan dari residen, sehingga tiap‐tiap kebulatan yang berlawanan dengan aliran negara dapat dihalangi oleh residen.”

Setelah zaman kemerdekaan struktur pemerintahan dan adat yang ada dibentuk baru dan disesuaikan yaitu dengan nama Karapatan Nagari (KN). Dengan segala perubahan yang terjadi di Indonesia dari zaman ke zaman sampai kepada desentralisasi dengan otonomi yang ada pada saat sekarang ini, maka Karapatan Nagari atau Karapatan Adat Nagari (KAN) tetap eksis dalam kehidupan masyarakat Nagari sebagai tingkat akhir dalam

penyele saian sengket dalam al ini sengketa ko da pusako. a h sa n

Berdasarkan uraian diatas sejauh mana upaya‐upaya eksistensi pengakuan Karapatan Adat Nagari (KAN) diakui secara formal di masyarakat Minangkabau atau Sumatera Barat. Untuk melihat hal itu seiring perkembangan yang terjadi maka pemerintah Sumatera Barat mengeluarkan Perda No. 13 tentang nagari sebagai kesatuan masyarakat hukum adat. Dalam ketentuan ini diatur secara khusus tentang kedudukan dan fungsi Karapatan Adat Nagari (KAN) di Sumatera Barat. Maka dengan adanya ketentuan ini, Lembaga adat yang mempunyai kekuatan hukum formal dalam penyelesaian sengketa dalam masyarakat adat di Sumatera Barat adalah Karapatan Adat Nagari (KAN ).

Setelah digantinya Undang‐undang No. 22 Tahun 1999 dengan Undang‐undang No.

32 Tahun 2004 tentang Pokok‐pokok Pemerintahan Daerah dan Perda No. 2 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari, yang menetapkan bahwa pelaksana pemerintahan terendah di Sumatera Barat (baik di kabupaten termasuk Mentawai, maupun di kota) adalah nagari. Kerapatan Adat Nagari tetap dimasukkan sebagai salah satu lembaga dalam struktur Pemerintahan Nagari, di samping BAMUS Nagari dan Pemerintahan Nagari, yang fungsinya ditetapkan melalui Perda Kabupaten/Kota.” 105

”Berhubung Kerapatan Adat Nagari (KAN) dibentuk dan disusun melalui Perda No.

13 Tahun 1983, tentang Nagari sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat (baik di kabupaten maupun kota), Perda No. 9 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Nagari (nagari sebagai pengganti desa) dan Perda No. 2 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari (baik di kabupaten termasuk Mentawai maupun kota), maka sesuai dengan Pasal 1 angka 2 Undang‐ Undang No. 5 Tahun 1986 Kerapatan Adat Nagari merupakan Badan dan Pengurus KAN merupakan Pejabat Tata Usaha Negara” 106 . Keputusan KAN merupakan Putusan Tata Usaha Negara, sehingga jika ada pihak yang merasa dirugikan oleh keputusan KAN itu, yang mempunyai kompetensi absolut untuk mengadilinya adalah Peradilan Tata Usaha Negara, buka Peradilan Pidana.” 107