Penguatan Peran KAN Dalam Kebijakan Daerah di Sumatera Barat

5. Penguatan Peran KAN Dalam Kebijakan Daerah di Sumatera Barat

Di Sumatera Barat, terutama sejak penerapan sistem pemerintahan desa berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979, peradilan adat di jalankan oleh kerapatan adat nagari (KAN). Secara formal keberadaaan ini dikukuhkan oleh instrumen hukum negara di daerah yaitu Perda No.

13 Tahun 1983 tentang Kerapatan Adat Nagari. Sebelum itu, fungsi peradilan adat dijalankan oleh kerapatan nagari (KN) yang keberadaan utamanya sebagai lembaga perwakilan dan legislatif nagari. Walinagari karena jabatannya sekaligus sebagai ketua KN. Oleh karena itu KN yang anggotanya terdiri dari semua unsur (ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai) juga 13 Tahun 1983 tentang Kerapatan Adat Nagari. Sebelum itu, fungsi peradilan adat dijalankan oleh kerapatan nagari (KN) yang keberadaan utamanya sebagai lembaga perwakilan dan legislatif nagari. Walinagari karena jabatannya sekaligus sebagai ketua KN. Oleh karena itu KN yang anggotanya terdiri dari semua unsur (ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai) juga

B arat. 11 2 Pasca kembali ke Nagari tahun 2000 di Sumatera Barat, eksistensi hukum adat

kembali dikuatkan. Penguatan eksistensi hukum adat tersebut dikuatkan melalui Perda No.

2 Tahun 2007 Tentang Pokok‐Pokok Pemerintahan Nagari dan Perda No. 6 Tahun 2008 Tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya. KAN sebagai representasi dari hukum adat menjalankan fungsinya sebagai penyelesaian sengketa sako dan pusako. Dalam pasal 12 dalam Perna No. 6 Tahun 2007 ini menjelaskan bahwa sengketa tanah ulayat di Nagari diselesaikan oleh KAN menurut ketentuan sepanjang adat yang berlaku, ”bajanjang naiak, batanggo turun” dan diusahakan dengan jalan perdamaian melalui musyawarah dan mufakat dalam bentuk keputusan perdamian.

Eksistensi KAN ini sebagai lembaga yang menyelesaian sengketa di nagari pernah juga dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi (PT) Padang melalui Surat Edaran (SE KPT) Padang No.W3.DA.HT.04.02­3633 tanggal 27 Mei 1985 tentang Memperlakukan Hukum Adat Minangkabau Mengenai Sengketa Tanah Pusako Tinggi. Kebijakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Gubernur dan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) dengan mengeluarkan Surat Edaran No. 7/LKAAM­SB­VI­1985 tanggal 10 Juni

1 985 p erihal Penyelesaian Persengk aan Perdata Adat. et Sayangnya kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pengadilan Tinggi dan Surat

Edaran LKAAM ini tidak banyak diketahui oleh hakim‐hakim di Pengadilan dan KAN. Padahal dengan adanya surat ini bisa membantu pengadilan untuk menekan kasus‐kasus perdata adat yang masuk ke pengadilan yang dari tahun ke tahun yang sudah banyak yang masuk dan belum bisa diselesaikan karna tidak semua hakim yang bertugas di pengadilan di Sumatera Barat yang memahami adat istiadat di Sumatera Barat. Di Pengadilan Negri Lima

P uluh K ota kasus sen keta tanah pusako yang masuk adalah 8 kasus tiap tahunnya. g 113 Dalam surat edaran tersebut menjelaskan bahwa setiap pengadilan negri yang

berada dalam lingkungan Propinsi Sumatera Barat yang akan menerima perkara tanah adat/pusako tinggi harus menanyakan kepada para pihak yang bersengketa apakah perkaranya tersebut sudah diselesaikan melalui KAN. Kalau belum, maka PN berhak untuk menolak perkara tersebut. Kalau sudah diselesaikan oleh KAN, maka surat gugatannya harus melampirkan putusan KAN tersebut yang akan di jadikan pedoman oleh hakim di PN dalam memeriksa perkara tersebut.

Apabila dilihat dari kebijakan‐kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, KAN seharusnya bisa menguatkan peran KAN di nagari. Sayangnya kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah tersebut tidak diketahui oleh anggota KAN di nagari. Tidak diketahuinya Perda No. 6 Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya yang memperkuat peran KAN ini, karena lemahnya sosialisasi yang dilakukan pasca perda ini di sahkan. Dan bisa jadi KAN tidak mengetahui isi perda ini, karna dalam judul Perda ini tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya. Seharusnya ada Perda khusus yang mengatur t entang penyelesaian sengketa sako dan pusako di Sumatera Barat. 114

Seperti yang sudah dikemukan diatas bahwa peran KAN selama ini masih belum kuat di Nagari. Ada juga dari sebagian dari masyarakat masih meragukan keputusan yang dikeluarkan oleh KAN. Keputusan hukum adat masih dianggap masih belum kuat dibandingkan hukum negara. Masyarakat masih ragu apakah keputusan yang sudah Seperti yang sudah dikemukan diatas bahwa peran KAN selama ini masih belum kuat di Nagari. Ada juga dari sebagian dari masyarakat masih meragukan keputusan yang dikeluarkan oleh KAN. Keputusan hukum adat masih dianggap masih belum kuat dibandingkan hukum negara. Masyarakat masih ragu apakah keputusan yang sudah

Di Nagari Situjuah Gadang peran KAN sangat kuat dalam penyelesaian sengketa tanah pusako di nagari. Apabila keputusan KAN ini tidak dijalankan oleh para pihak yang bersengketa maka akan jatuh sanksi, mulai yang ringan sampai berat. Sanksi yang terberat adalah pihak yang bersengketa akan ditinggalkan secara adat. Penyelesaian sengketa melalui KAN diusahakan secepat mungkin, untuk menghindari keresahan di masyarakat dan untuk m enjaga kepercayaan masyarakat terhadap KAN yang akan menyelesaikan sengketa.