Dampak Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika

c. Dampak Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika

1. Hegomoni Wacana Publik Mungkin benar bahwa konglomerasi media di era konvergensi telematika ini akan

menguntungkan dari segi bisnis. Dari sisi pendapatan iklan dan juga efisiensi kerja para jurnalisnya. Namun konglomerasi media bukan sekedar urusan bisnis. Konglomerasi media

mendorong munculnya hegomoni 48 wacana di publik.

“Dengan konglomerasi media di era konvergensi telematika ini, akhirnya informasi akan dikuasai oleh segelintir orang saja,” ujar Andras Harsono, “Opini publik di Indonesia ya hanya dikuasai beberapa perusahaan media besar itu,”

Televisi yang dimiliki oleh jaringan konglomerasi media misalnya, memiliki potensi pemirsa yang besar di Indonesia. Dengan besarnya pemirsa tersebut, menimbulkan kecenderungan hegomoni wacana. Kecenderungan itu bertambah besar bila kemudian konglomerasi media itu juga merambah dunia online.

Nama Stasiun TV Transmission Potential

Site

Viewer (juta)

RCTI 49 49 115,7 SCTV 47 117,8 ANTV 50 23 87,4 TPI 51 28 90,6 Indosiar 40 113,5 Global TV 52 20 108,8 Trans TV 53 30 100,7 Trans 7 54 27 92,8 TV One 55 26 108,8 Metro TV 56 52 97,8

Potensi Pemrisa Televisi, sumber presentasi Satriyo Dharmanto 57

“Jika konvergensi telematika ini kemudian mendorong monopoli kepemilikan media dari berbagai kanal 58 , maka itu akan dapat mempengaruhi opini publik yang luar biasa,” ujar Farid Gaban, “Dan opini publik ini kan berpengaruh pada pembuatan kebijakan publik,”

Farid Gaban mencontohkan persoalan pembangunan jalan tol misalnya. “Pilihan membangun jalan tol atau rel kereta api, itu kan public policy,” ujarnya, “Bisa dibayangkan bila wacana publik mengenai hal itu dikuasai oleh konglomerat media yang juga berkepentingan atau memiliki bisnis infrastruktur,”

“Group Bakrie misalnya, selain menguasai media 59 , mereka juga punya bisnis jalan tol, properti dan tambang,” kata Farid Gaban, “Jika konglomerasi media di era konvergensi telematika ini tidak diatur akan berbahaya sekali,”

2. Menurunnya Kualitas Jurnalistik Selain itu di era konvergensi telematika ini memungkinkan seorang wartawan menuliskan

berita bukan hanya untuk satu kanal informasi saja, tapi berbagai kanal sekaligus. Misalnya, seorang wartawan dapat menulis berita untuk ditampilkan di media cetak, ditayangkan di running text televisi, disiarkan di radio dan diupload (unggah) di media online.

“Meskipun itu menurut kaidah bisnis dapat lebih efisien, namun menurut saya harus dibatasi,” ujar Farid Gaban, “Ini akan berpengaruh pada kualitas jurnalistik, wartawan menjadi kekurangan waktu untuk menambah bahan bacaan, akibatnya berita yang dihasilk annya pun tidak lagi kritis,”

Selain itu, menurut Farid Gaban, posisi wartawan akan semakin lemah. “Dengan membebani wartawan untuk menulis berita di berbagai kanal sekaligus, keuntungan pemilik modal di media semakin berlipat‐lipat sementara penghasilan wartawan sendiri tidak jauh berubah ,” katanya, “Ini juga ak n berpengaruh pada kualitas karya jurnalistik,” a

Bahaya yang lain dari integrasi media cetak, televisi, radio dan online, lanjut Farid Gaban, media massa cenderung memuaskan yang online atau yang cepat. “Sehingga orang lebih memperhatikan berita yang cepat dibanding berita yang berkualitas,” jelasnya, “Jika tidak ada pengaturan‐pengaturan terkait hal ini maka, jurnalistik akan semakin hancur, kesejahteraan wartawan makin turun dan karya jurnalistik pun makin tak berkualitas,”

“Saya tidak tahu pasti, apakah serangkaian dampak buruk dari konglomerasi media di era konvergensi telematika ini disadari oleh kawan‐kawan wartawan,” ujar Farid Gaban, “Tapi menurut saya agak sulit bila wartawan akan kritis terhadap lembaganya sendiri,”

“Konglomerasi media di era konvergensi telematika ini posisi wartawan semakin lemah dan posisi pemilik modal semakin kuat, sehingga mereka akan sulit bila harus mengkritisi kebijakan lembaganya sendiri dalam menyajikan berita,” katanya, “Berita

terorisme di TV One atau kasus Lapindo 60 di Group Media Bakrie 61 misalnya, adakah wartawannya kemudian mengkritisi cara media itu menyajikan berita?