Kedudukan Pengadilan Pajak Dalam Tatanan Hukum Indonesia

B. Kedudukan Pengadilan Pajak Dalam Tatanan Hukum Indonesia

Dalam tatanan hukum Indonesia, Pengadilan Pajak merupakan suatu pengadilan khusus di Pengadilan Tata Usaha Negara. Hal ini ditegaskan dalam:

1. Undang ­Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Berdasakan Pasal 24 Undang‐Undang Dasar 1945 dan Pasal 1 ayat (1) Undang‐Undang No.

48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman ("UU Kekuasaan Kehakiman"), kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang‐Undang Dasar 1945. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Makamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dan oleh sebuah Makamah Konstitusi.

Badan peradilan yang berada di bawah Makamah Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Selanjutnya Pasal 27 UU Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa pengadilan khusus dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan yang berada dibawah Makamah Agung. Yang dimaksud dengan pengadilan khusus antara lain adalah pengadilan anak, pengadilan niaga, pengadilan hak asasi manusia, pengadilan tindak pidana korupsi, pengadilan hubungan industrial dan pengadilan perikanan yang berada di lingkungan peradilan umum, serta pengadilan pajak yang berada di lingkungan tata usaha negara.

2. Undang ­Undang Peradilan Tata Usaha Negara Pengadilan Pajak sebagai pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan tata usaha negara

juga tegaskan dalam Undang‐Undang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu dalam Pasal 9A dan Penjelasan Pasal 9A Undang‐Undang No. 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang‐ Undang No. 5 tahun 1996 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang berbunyi:

Di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dapat diadakan pengkhususan yang diatur dengan undang­undang.

Yang dimaksud dengan "pengkhususan" adalah deferensiasi atau spesialisasi di lingkungan peradilan tata usaha negara, misalnya pengadilan pajak.

3. Putusan Makamah Konstitusi No. 004/PUU­II/2004 tanggal 8 Desember 2004 Mahkamah Konstitusi dalam putusan No. 004/PUU‐II/2004 tanggal 8 Desember 2004 telah

menegaskan pula sebagai berikut: "Bahwa dapat pula disampaikan, Pengadilan Pajak yang dibentuk dengan

Undang ­undang Nomor 14 Tahun 2002 merupakan salah satu pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan tata usaha negara sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 9A Undang­undang Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang­undang Nomor 9 Tahun 2004 jo Penjelasan Pasal 15

a yat (1) Undang­undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman."

Meskipun Pengadilan Pajak merupakan pengadilan khusus pada Pengadilan Tata Usaha Negara, putusan Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Pasal 33 Undang‐Undang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa Pengadilan pajak merupakan pengadilan tingkat pertama sekaligus terakhir dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak. Hal ini berbeda dengan pengadilan khusus lainnya yang berada di bawah Pengadilan Umum. Pada pengadilan khusus yang berada di bawah Pengadilan Umum, masih

dimung kinkan adany banding ataupun k sasi pada tingkat yang lebih tinggi. a a Kewenangan pengadilan pajak sebagaimana disebutkan dalam. Pasal 31 UU

Pengadilan Pajak adalah:

1. memeriksa dan memutus Sengketa Pajak;

2. dalam hal banding, memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang‐undangan yang berlaku.

3. dalam hal gugatan, memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU Ketentuan Umum Perpajakan dan peraturan perundang‐undangan perpajakan yang berlaku.

Selain tugas dan wewenang tersebut, Pengadilan Pajak bertugas dan berwenang untuk mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak‐pihak yang

b ersengketa dalam sidang‐sidang Pengadilan Pajak.

C. Kedudukan Pengadi an Pajak di Negara Lain l Dalam Artikelnya yang berjudul "Kedudukan Pengadilan Pajak Di Beberapa Negara",

Darussalam membandingkan penyelesaian sengketa pajak melalui badan peradilan di negara Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Korea Selatan, Jepang dan Malaysia. Dalam kesimpulannya, Darussalam menyatakan bahwa penyelesaian sengketa melalui badan peradilan pada Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Korea Selatan, Jepang dan Malaysia, tampak bahwa badan peradilan yang menyidangkan sengketa pajak pada negara‐negara tersebut berada pada lingkup lembaga yudikatif dan tidak bercampur dengan lingkup lembaga eksekutif seperti layaknya di Indonesia.