Tanggungj wab egara a N

B. Tanggungj wab egara a N

Norma‐norma yang termuat dalam konstitusi, tidak saja yang mengatur organisasi kewenangan lembaga, dan hubungannya satu dengan yang lain, yang melahirkan kewenangan atau constitutional authorities, tetapi juga mengatur hubungan Negara dengan warganegara dalam konteks kewenangan yang disebut dengan hak‐hak konstitusional rakyat. Dalam hubungan dengan kekuasaan Negara, hak‐hak warganegara diatur dalam konstitusi sebagai perlindungan dari penyimpanagn perbuatan penyelenggara Negara. Sebagai pemegang kedaulatan rakyat, wujud demokrasi bukan hanya tampak dari penentuan mereka yang duduk dalam kursi kekuasaan Negara melalui hak pilih rakyat yang menjadi salah satu hak konstitusional, tetapi juga tampak dari hak‐hak yang diatur dalam konstitusi, yang merupakan batas yang tidak bisa dilanggar oleh penyelenggara Negara dalam menjalankan kekuasaan Negara, yaitu baik sebagai hak warga Negara atau hak asasi (Siahaa n, 2011).

Dalam UUD 1945 ada hak‐hak yang secara tegas disebut sebagai hak asasi, yang termuat dalam Bab XA UUD 1945, yang merupakan hak yang melekat pada harkat dan martabat manusia sejak lahir, seperti hak untuk hidup, hak untuk diperlakukan sama dan hak untuk mendapat kepastian hukum dan keadilan serta sejumlah hak‐hak asasi lainnya. Hak asasi tersebut dikatakan sesungguhnya tidak tergantung pada Negara, dan telah ada sebelum Negara lahir. Namun hak konstitusional dapat juga dilihat secara timbal balik dengan kewajiban konstitusional Negara. Setiap kewajiban konstitusional Negara yang disebut dalam UUD 1945, menyimpulkan adanya hak konstitusional sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari padanya atau yang melekat pada kewajiban Negara tersebut. Misalnya kewajiban Negara untuk mengalokasi dana pendidikan 20 % dari APBN, serta kewajiban untuk belajar, semua melahirkan hak konstitusional bagi warga Negara, terhadap siapa Negara bekerja, serta yang menjadi tujuan Negara itu sendiri. Oleh karena itu di Dalam UUD 1945 ada hak‐hak yang secara tegas disebut sebagai hak asasi, yang termuat dalam Bab XA UUD 1945, yang merupakan hak yang melekat pada harkat dan martabat manusia sejak lahir, seperti hak untuk hidup, hak untuk diperlakukan sama dan hak untuk mendapat kepastian hukum dan keadilan serta sejumlah hak‐hak asasi lainnya. Hak asasi tersebut dikatakan sesungguhnya tidak tergantung pada Negara, dan telah ada sebelum Negara lahir. Namun hak konstitusional dapat juga dilihat secara timbal balik dengan kewajiban konstitusional Negara. Setiap kewajiban konstitusional Negara yang disebut dalam UUD 1945, menyimpulkan adanya hak konstitusional sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari padanya atau yang melekat pada kewajiban Negara tersebut. Misalnya kewajiban Negara untuk mengalokasi dana pendidikan 20 % dari APBN, serta kewajiban untuk belajar, semua melahirkan hak konstitusional bagi warga Negara, terhadap siapa Negara bekerja, serta yang menjadi tujuan Negara itu sendiri. Oleh karena itu di

Penjabaran teknis dari tanggungjawab Negara tersebut dilihat dari perspektif hukum HAM, dibagi lagi dalam dua rumpun besar hak, yakni hak‐hak sipil dan politik dengan paying konvensi ICCPR (International Convention on Civil and Political Rights), dan hak‐hak ekonomi, sosial dna budaya yang dipayungi dengan konvensi ICE SCR (International Convention on Economic, Social, and Cultural Rights). Namun dalam implementasinya, kedua konvensi tersebut memiliki operasionalisasi yang berbeda. Hak‐hak sipil dan politik pemenuhannya bersifat segera, dan sebaliknya hak‐hak ekonomi, sosial dan budaya pemenu hann a secara berangsur‐angsur (Asplund, dkk., 2010; Iskandar, 2010). y

Pada prinsipnya persoalan perlindungan dan pemenuhan Hak Masyarakat khususnya masyarakat di wilayah perbatasan dalam semua aspek termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) merupakan bagian dari tujuan pendirian suatu negara. Bahkan dalam perspektif Teori Locke Perlindungan hak‐hak Kodrati (hak asasi manusia) merupakan dasar dalam pendirian suatu negara. Setiap orang harus tunduk terhadap kekuasaan negara sepanjang dilakukan untuk menciptakan perdamaian, keamanan dan kesejahteraan serta melindunggi hak‐hak kodrati rakyat, dimana hak‐hak kodrati yang dilindungi negara ini adalah hak‐hak yang tidak dapat dipisahkan dan terpisahkan dari manusia sejak keadaan alamiah atau 'state of nature', yaitu 'life, liberty and estate'. Negara hanya akan memperoleh legitimasi kekuasaannya dari rakyat apabila negara akan merealisasikan hak‐hak rakyatnya (Yahya, 2011). Dalam konteks itu, "ketidakhadiran Negara akan menimbulkan kemerosotan rasa nasionalisme dan kecintaan mereka kepada Negara, sehingga hal ini menjadi problem dalam p laksanaan kedaulatan Negara. e